ARTI ‘MUSIK’ BAGI AKTIVIS JIHADI (2)

Other

by Arif Budi Setyawan

Bila mengacu pada hasilpenelitian para ahli seperti yang saya kutip pada tulisan sebelumnya, manusiamenyukai musik karena pada dasarnya manusia itu menyukai pola yang merupakan keterampilanesensial untuk bertahan hidup. Misalnya, manusia akan mengenali pola-pola bunyiyang menandakan apakah gemerisik pohon mengindikasikan adanya hewan berbahayayang akan menyerang, atau apakah asap menandakan manusia harus lari karena apibisa saja segera datang.


Artinya, menyukai ‘musik’ itusebenarnya merupakan keinginan bawah sadar semua manusia. Teori ini terbuktiketika dulu salah satu metode menghafal matanatau isi sebuah kitab dilakukan dengan cara bersenandung. Dan saya punya ceritaseorang guru yang sangat disukai oleh muridnya karena ketika mengajarkantentang tajwid atau Nahwu Shorof (ilmu tata bahasa Arab) dipesantren, beliau menyenandungkan bagian-bagian yang harus dihafal olehmuridnya sehingga menghafalnya terasa menyenangkan.


Setelah mengetahui bahwa menyukai‘musik’ merupakan salah satu keinginan bawah sadar manusia, saya lalu menyimpulkanbahwa menyukai musik itu seperti menyukai makanan enak atau menyukai keindahan(alam, wanita, pakaian,kendaraan, dll), sehinga yang diperlukan adalah aturanatau batasan agar tidak menjadi berlebihan yang mengganggu keseimbangan dalamfungsi sebagai seorang hamba Allah. Segala sesuatu yang berlebihan itu pasti tidakbaik.


Golden rule saya dalam musik adalah : tidak boleh membuat saya lupa mengingat Allah atau lebih menyukai musik daripada berdzikir atau membaca Al Qur’an. Jadi, meskipun saya suka mendengarkan 'musik' yang saya sukai, tapi hingga saat ini tidak ada satu pun lagu atau nasyid yang saya hafal 100% liriknya. Hanya ingat  sebagian saja di bagian yang paling enak irama dan mudah diucapkan. Dan selalunya ketika saya misalnya sedang menyanyikan sebuah lagu atau nasyid terus akan masuk kamar mandi atau akan memulai sebuah pekerjaan, saya justru langsung ingat bahwa saya harus baca do’a bukan bernyanyi lalu beristighfar.



Dari semua 'musik' yang saya sukai itu tidak ada yang sampai membuat saya fanatik dengan yang saya sukai itu. Mungkin ini karena bawaannya saya adalah mudah menerima sesuatu yang baru untuk kemudian menempatkan sesuatu itu sesuai porsinya masing-masing. Saya selalu mengambil sebatas apa yang bermanfaat bagi saya dan mengabaikan yang lain, termasuk dalam menyukai sebuah karya musik.


Nah, ketika saya menjalani masahukuman di lapas ada sebuah perubahan cara pandang saya pada hal-hal yang sayasukai, yaitu lebih memperhatikan bagaimana sebuah karya yang saya sukai sepertimanga/anime,lagu,dan novel tercipta.Gara-garanya saya suka main ke Balai Latihan Kerja dan melihat bagaimanasusahnya orang membuat sebuah lukisan, atau karena sering main ke sanggar musikmelihat orang latihan nge-band sehingga tahu bagaimana susahnya menyelaraskananeka ragam suara menjadi sebuah lagu yang enak didengar. ( Di kolom My Story and My Hope saya akan ceritakan hal ini lebih jauh)


Dari situlah saya sekarang jadilebih mudah menghargai karya seseorang atau sekelompok orang, baik itu karya dibidang musik, karya tulis, maupun karya seni yang lain, sebagus atau sejelekapa pun karya itu. Menghargai itu beda dengan menyukai lho ya…hehehe. 


Ok, pada tulisan selanjutnya sayaakan lanjutkan tentang ‘jihadis culture’ yang berkaitan dengan musik. Pantenginterus kolom Musik ruangobrol.id untuk mengetahui kelanjutannya.


(Bersambung, In sya Allah)


Source Image : https://storage.googleapis.com/app-nesia-wordpress-production/2017/07/aplikasi-musik-1.jpg

Komentar

Tulis Komentar