Pelajaran dari 'Hari Terburuk Israel dalam Sejarah Perangnya'

Analisa

by Administrator



Oleh: Dr Noor Huda Ismail

Pada tanggal 7 Oktober 2023, Israel merasakan pukulan yang paling buruk dalam sejarahnya setelah mendapatkan serangan tak terduga dari Hamas. Dalam sebuah artikel berjudul "Israel’s Worst Day at War" yang ditulis oleh Thomas L. Friedman, seorang kolumnis Opini dari The New York Times, ia menulis bagaimana momen krusial tersebut memiliki dampak yang luas tidak hanya bagi israel, namun juga Timur Tengah bahkan mungkin dunia.

Israel, sebuah negara yang selalu berada dalam sorotan internasional, menghadapi serangan mendalam dari Hamas, yang membuat semua orang termasuk Friedman, seorang penulis yang sangat dihormati dalam hal analisis tentang Israel, merasa terkejut. Nahum Barnea, seorang kolumnis berpengalaman dari surat kabar Yediot dan teman lama Friedman, menyebutnya sebagai "hari terburuk yang bisa saya ingat dalam hal militer dalam sejarah Israel."

Pertanyaannya adalah, mengapa serangan ini sangat merusak bagi Israel? Pertama-tama, serangan ini adalah bentuk penghinaan besar bagi militer Israel. Mereka diinvasi oleh kekuatan militer Hamas yang tidak lebih besar dari "Luxemburg." Serangan ini bahkan berhasil membawa sandera-sandera Israel melintasi perbatasan Gaza yang sebelumnya dianggap sebagai benteng yang hampir tak terkalahkan. Hal ini tentu merupakan pukulan besar bagi kapabilitas penangkalan Israel.

Selanjutnya, serangan ini mengungkapkan kelemahan dalam intelijen Israel yang selama ini diandalkan. Bahkan ketika Hamas terlihat melakukan manuver-manuver latihan sebelumnya di perbatasan Gaza, intelijen Israel tidak menganggap serius tindakan tersebut. Mereka mengira Hamas hanya mencoba membuat militer Israel gelisah, bukan persiapan serangan yang sesungguhnya. Namun, Hamas meluncurkan serangan yang kompleks dan canggih dari darat dan laut.

Namun, yang lebih buruk adalah ketika Hamas berhasil menculik beberapa warga Israel, termasuk wanita lanjut usia, anak-anak, dan setidaknya satu prajurit, serta membawa mereka kembali ke Gaza. Hal ini tentu akan menjadi masalah besar bagi Israel. Sebelumnya, pada tahun 2011, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahkan harus melepaskan 1.027 tawanan Palestina untuk membebaskan satu prajurit Israel dari tahanan Hamas di Gaza. Sekarang, jika Hamas menyandra warga sipil Israel, Netanyahu mungkin harus mengosongkan seluruh penjara Israel yang berisi tahanan Palestina.

Ini tentu akan membatasi kemampuan Israel untuk melakukan tindakan balasan. Segala tindakan yang diambil oleh militer Israel di Gaza selanjutnya akan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap nyawa tawanan sipil. Ini adalah dilema yang sangat rumit.

Selain itu, pemimpin militer dan perdana menteri Israel tahu bahwa kemungkinan akan ada penyelidikan terhadap bagaimana serangan Hamas ini bisa terjadi. Mereka harus menjalani perang ini sambil tahu bahwa akan ada audit inteljen dan keamanan setelah perang ini selesai. Ini adalah situasi yang sangat sulit, dan membuat mereka harus membuat keputusan-keputusan sulit dalam kondisi yang penuh tekanan.

Selain itu, artikel ini juga menganalisis bagaimana politik perpecahan di Israel, terutama di bawah kepemimpinan Netanyahu, telah merusak negara ini. Upaya Netanyahu untuk melemahkan Mahkamah Agung Israel telah memecah belah masyarakat dan militer Israel. Orang-orang sudah lama memperingatkan betapa berbahayanya situasi ini. Seorang mantan direktur jenderal Kementerian Pertahanan Israel, Dan Harel, bahkan mengatakan bahwa "Saya belum pernah melihat keamanan nasional kita dalam keadaan lebih buruk."

Pertanyaan terbesar adalah mengapa Hamas memulai perang ini tanpa provokasi langsung? Ada kemungkinan bahwa serangan ini dilakukan atas perintah Iran, yang menyediakan dana dan senjata kepada Hamas. Iran mungkin ingin menghentikan normalisasi hubungan antara Arab Saudi, saingan mereka, dan Israel. Normalisasi ini akan membantu Otoritas Palestina di Tepi Barat dan dapat menjadi ancaman serius bagi Hamas.

Semua ini adalah masalah kompleks yang akan memiliki dampak besar di seluruh wilayah Timur Tengah dan bahkan dunia. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, satu hal yang pasti adalah bahwa masa depan Israel dan Palestina akan terus menjadi sorotan dunia.

Artikel ini mengingatkan kita tentang bagaimana konflik di Timur Tengah memiliki dampak luas yang melampaui wilayah tersebut. Ini adalah pengingat bahwa perdamaian adalah pilihan yang lebih baik daripada perang, dan bahwa pemimpin di seluruh dunia harus berusaha untuk mengatasi perbedaan mereka dengan cara damai dan beradab.

Komentar

Tulis Komentar