“Kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat, China, Rusia, dan negara-negara Eropa Barat, sebaiknya tidak terlibat dalam perang antara Iran dan Israel,” demikian antara lain dikemukakan Ulil Abshar Abdalla, dalam diskusi bertema "Perang Iran-Israel” yang digelar PBNU Jumat pekan lalu.
Selain Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla, hadir pula sebagai pembicara, pengamat Timur Tengah Dina Sulaiman, dan jurnalis senior Timur Tengah Mustafa Abdul Rahman. Diskusi ini dipandu oleh Rozali Ahmad.
Upaya Netanyahu Mengalihkan Isu Dalam Negeri
Dina Sulaiman menekankan bahwa Israel memulai perang dengan menyerang beberapa titik strategis Iran pada Jumat dini hari 13 Juni 2025. Israel beralasan serangan itu merupakan tindakan preventif atas potensi serangan nuklir Iran. Padahal, menurut Dina, aturan PBB dan hukum internasional tidak mengenal istilah serangan preventif semacam itu.
“Benarkah ada nuklir di Iran? Ketua IAEA Rafael Grossi melaporkan pada bulan Mei, tidak ada bukti Iran mempunyai senjata nuklir. Dan tuduhan Iran punya nuklir itu sudah dilontarkan Netanyahu sudah sejak 1996,” imbuh Dina.
Lebih lanjut Dina menjelaskan jika perang ini merupakan pertaruhan dari Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu. Pasalnya, posisinya di Israel sendiri sedang terjepit, karena Parlemen Israel sedang melakukan voting untuk membubarkan kabinetnya atau tidak.
“Sehingga perang ini adalah upaya Netanyahu mengalihkan perhatian di dalam negeri Israel, ketika dia sedang dituduh korupsi. Dia terancam masuk penjara. Yang kedua, terkait eskalasi di Gaza. Dunia makin kencang mengecam tindakan Israel di Palestina,” demikian Dina menjelaskan.
Selain itu, negara-negara besar seperti Rusia dan China juga mengecam perang yang diprovokasi oleh Israel tersebut. Meskipun begitu Dina belum bisa memastikan apakah kedua negara itu akan ikut terlibat atau tidak. Sedangkan Amerika Serikat, belakangan malah sudah melakukan serangan ke beberapa titik wilayah Iran.
Lebih lanjut Dosen Universitas Padjadjaran itu mengingatkan risiko keterlibatan aktor besar. Iran bisa saja menutup Selat Hormuz, jalur vital minyak dunia, yang sudah pasti berdampak besar pada Amerika Serikat. Kondisi ini berpotensi menyebabkan gangguan pasokan energi dan resesi global, termasuk pada Indonesia.
Pentingnya Negara-Negara Besar Upayakan Dialog
Sementara itu Ketua PBNU) menyerukan Ulil Abshar Abdalla agar kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat, China, Rusia, dan negara-negara Eropa Barat tidak terlibat dalam perang antara Iran dan Israel. Menurut Uli keterlibatan itu bisa langsung maupun tidak langsung, misalnya dengan memasok senjata bagi kedua negara.
Menurut Ulil keterlibatan negara-negara besar justru akan memperlebar konflik dan membuat eskalasi perang ke kawasan lain. Negara-negara besar seharusnya menjadi jembatan penyelesaian dengan cara diplomasi dan dialog, bukan memperkeruh situasi.
“Aktor-aktor besar mencoba mengupayakan diplomasi dan dialog. Karena tidak ada cara lain menyelesaikan perang kecuali dialog, meskipun dalam situasi sekarang hal itu sulit dilakukan,” tambah Ulil.
PBNU mengecam serangan Israel ke Iran sebagai pelanggaran hukum internasional, dan memahami respons Iran yang mempertahankan kedaulatan bangsanya. PBNU mendesak kedua negara untuk menahan diri dan segera mengakhiri konflik agar tidak merembet ke wilayah lain di Timur Tengah. Mereka juga meminta Pemerintah Indonesia untuk aktif mendorong diplomasi di tingkat global.
"Gus Yahya (Ketum PBNU) menegaskan bahwa sejak hari pertama ketika serangan Israel terhadap Iran terjadi, PBNU langsung mengeluarkan pernyataan resmi mengutuk keras agresi militer tersebut," ujar Ulil mengutip pernyataan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf yang disapa Gus Yahya saat menggelar pertemuan dengan Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi di Kantor PBNU, Jakarta.
Penentu Nasib Palestina
Jurnalis Timur Tengah Mustafa Abdul Rahman menilai Perang Iran-Israel sangat penting bagi nasib Palestina. Pasalnya Iran melalui Pan Islamismenya jika menang melawan Israel bisa mewujudkan Resolusi PBB nomor 242 soal larangan pendudukan suatu wilayah. Resolui ini sudah lama dibuat oleh PBB, namun tidak satu pun negara yang mampu melaksanakannya. Karenanya kalau Iran menang, akan dapat memaksakan resolusi itu untuk dijalankan Israel. Pendapat Mustafa tersebut diamini Dina Sulaiman.
“Israel memiliki empat sistem pertahanan udara. Namun ternyata semua bisa ditembus Iran. Sejauh ini Iran-Israel masih seri. Tapi kalau berlanjut, Israel cenderung kalah,” demikian disampaikan mantan Jurnalis Kompas di Mesir itu. [Akhmad Khusairi]
Komentar