Jelang Nataru Eks Napiter Surabaya Serukan Toleransi dan Perdamaian

News

by Abu Fida Editor by Redaksi

Surabaya, 19 Desember 2024 - Sebuah momen bersejarah tercipta di sudut Kota Surabaya saat Yayasan Belajar Bersama Tafaqquh bersama Komunitas Pejuang Damai (KPD) Surabaya menggelar acara bedah buku dan deklarasi sikap di Warkop Sidorame. Acara yang mengangkat tema "Membangun Kesadaran dan Kebanggaan Berbangsa" ini menjadi titik temu antara eks narapidana terorisme (napiter), akademisi, dan masyarakat umum dalam upaya memperkuat fondasi toleransi menjelang perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.


Dr (Candidat). M. Saifuddin Umar, Lc., M.Pd. (Abu Fida) dan Ustadz Fuadi tampil sebagai narasumber utama dalam bedah buku "Jihad Toleransi Ibnu Taimiyah". Dalam paparannya, Abu Fida menekankan pentingnya memahami konsep jihad yang benar sesuai ajaran Islam. "Jihad yang sejati adalah perjuangan melawan hawa nafsu dan bersikap toleran pada tempatnya dan upaya membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia, bukan tindakan kekerasan yang justru mencederai nilai-nilai kemanusiaan," ujarnya.

Dari kiri ke kanan: Ustadz Abu Fida, moderator, dan Ustadz Fuadi (Dok. Pribadi Abu Fida)


Yang menarik adalah pernyataan sikap yang dibacakan oleh para eks napiter Surabaya setelah acara. Mereka dengan tegas menyatakan komitmennya untuk menjaga kedamaian Indonesia, khususnya selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). "Kami yang pernah tersesat, kini telah menemukan cahaya perdamaian. Pengalaman kami menjadi pelajaran berharga bahwa kekerasan bukanlah jalan yang dibenarkan agama," ungkap salah seorang eks napiter yang hadir.


Pernyataan sikap itu berbunyi:
“Kami dari eks narapidana teroris NKRI Surabaya menghimbau kepada seluruh eks napiter dan eks Jamaah Islamiyah serta masyarakat pada umumnya, untuk menjaga dan merawat suasana kondusivitas menjelang Natal 25 Desember 2024 dan suasana pada malam tahun baru 2025, serta menjaga toleransi agar kerukunan tetap terjaga di wilayah kesatuan Negara Republik Indonesia”

Ustadz Fuadi dalam sesi diskusinya menegaskan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin yang mengajarkan toleransi kepada seluruh makhluk. "Pemahaman agama yang mendalam justru akan menuntun kita pada sikap toleran dan menghargai perbedaan, dan ditambahkan bahwa buku ini telah mewakili kegelisahan ummat dalam merespon pemikiran ekstremisme akhir-akhir ini " jelasnya.


Acara yang berlangsung di Warkop Sidorame ini tidak hanya menjadi forum akademis, tetapi juga ruang dialog terbuka. Sesi tanya jawab diwarnai dengan diskusi hangat tentang berbagai isu aktual, mulai dari tantangan radikalisme hingga strategi membangun kohesi sosial di era digital.
"Ini adalah momentum penting di mana para eks napiter membuktikan bahwa perubahan itu nyata. Mereka tidak hanya bertobat, tetapi juga aktif menjadi agen perdamaian," ujar Koordinator KPD Surabaya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program berkelanjutan untuk membangun resiliensi masyarakat terhadap paham ekstremisme.

Suasana diskusi dan tanya jawab (Dok. Pribadi Abu Fida)


Kehadiran berbagai elemen masyarakat dalam acara ini, mulai dari aktivis perdamaian, tokoh agama, akademisi, hingga perwakilan pemerintah menunjukkan dukungan luas terhadap upaya menjaga harmoni sosial. Mereka sepakat bahwa kedamaian adalah tanggung jawab bersama yang harus terus dijaga dan dipupuk.


Acara ditutup dengan pernyataan sikap komitmen bersama untuk menjaga kondusivitas selama periode Nataru 2024-2025. Para peserta juga membentuk jejaring komunikasi untuk memantau dan mencegah potensi gangguan keamanan selama masa perayaan.


Inisiatif ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, di antarnya dari Polrestabes Surabaya dan KP3 Tanjung Perak Surabya dan perwakilan dari pemerintah kota Surabaya. "Ini adalah contoh nyata bagaimana mantan napiter bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga perdamaian. Kesadaran dan perubahan mereka patut diapresiasi dan didukung," ujar salah satu pejabat yang hadir dalam acara tersebut.


Momentum ini diharapkan tidak hanya berhenti sebagai sebuah acara seremonial, tetapi menjadi katalis perubahan yang lebih luas dalam membangun Indonesia yang damai dan toleran. Sebagaimana pesan yang terus digaungkan sepanjang acara: "Dalam keberagaman, kita temukan kekuatan. Dalam perbedaan, kita rayakan persatuan.”[]

Komentar

Tulis Komentar