Hasil FGD Ruangobrol Dengan Pekerja Sosial Sentra Handayani (2)

News

by Arif Budi Setyawan Editor by Arif Budi Setyawan

Untuk mendapatkan kesamaan pemahaman akan rencana kolaborasi, Ruangobrol mengundang 6 orang pekerja sosial Sentra Handayani ditambah satu peneliti soal rehabilitasi WNI eks pengikut ISIS ke rumah komunitas Omah Betakan di Moyudan Sleman Yogyakarta. Kami mengadakan sesi sharing dan diskusi selama sehari penuh pada Senin 5 Februari 2024.

Jalannya Kegiatan

Kegiatan diawali dengan sarapan bersama di salah satu ruang outdoor Omah Betakan. Sambil sarapan yang ditemani oleh DR. Noor Huda Ismail, para peserta tampak sangat menikmati suasana sarapan yang berbeda dengan yang biasa dilakukan oleh para peserta di tempat lain. Beberapa obrolan ringan sambil sarapan semakin mengakrabkan antara tim dari Sentra Handayani dengan tim Ruangobrol.

Acara kemudian bergeser ke dalam ruang komunitas Ruangobrol. Untuk sesi pertama adalah sesi sharing antara tim Ruangobrol dengan para peserta. Dalam sesi ini DR. Noor Huda Ismail didampingi oleh salah satu credible voices yang juga menjadi kontributor dan peneliti untuk Ruangobrol, Arif Budi Setyawan. Keduanya saling melengkapi ketika menjelaskan kerja-kerja Ruangobrol selama ini.

Sesi sharing diawali dengan sambutan dan perkenalan dari kedua belah pihak. Lalu dilanjutkan dengan pemutaran film “The Terrors Dot Connector” yang menceritakan perjalanan transformasi salah satu credible voices Ruangobrol. Film itu menjadi pemantik pemaparan kerja-kerja Ruangobrol yang pada intinya adalah berfokus pada menciptakan dan menyebarkan narasi positif.

Lebih lanjut DR. Noor Huda Ismail menjelaskan bahwa narasi positif adalah narasi yang menjelaskan sebuah proses dari negatif ke positif. Gerakan Ruangobrol bukan mengkonter sebuah narasi, tapi menjelaskan dengan storytelling. Storytelling akan lebih kuat bila pembawa pesannnya adalah para credible voices. Sarananya bisa melalui tulisan di ruangobrol.id, audio visual di media sosial Ruangobrol, film, dan podcast.

Dalam konteks pekerjaan para Pekerja Sosial (Peksos) yang menangani rehabilitasi WNI eks pengikut ISIS, Ruangobrol ingin membantu menciptakan narasi positif dalam proses 5R (Repatriasi, Rehabilitasi, Relokasi, Reintegrasi, dan Resiliensi) WNI eks pengikut ISIS. Kisah para Peksos dalam menangani klien dan perkembangan klien bisa diolah menjadi narasi positif.

Pada sesi sharing itu pihak Sentra Handayani menjelaskan tentang wewenang, struktur Unit Pelaksana Tugas (UPT) yang ada di seluruh penjuru negeri, kendala dan tantangan yang dihadapi, serta harapannya setelah menjalin kerjasama dengan Ruangobrol.

Setelah coffee break, acara dilanjutkan ke sesi diskusi. Dalam diskusi ini yang dibahas adalah konsep materi apa saja yang perlu dibuatkan modul, dan siapa yang paling urgen untuk mendapatkan pelatihan setelah modul itu jadi. Dari tim Ruangobrol juga meminta masukan dan persetujuan terkait rencana produksi konten narasi positif yang akan melibatkan Peksos Sentra Handayani.

Acara kemudian dilanjutkan lagi setelah istirahat dan makan siang. Kali ini adalah sesi pengambilan video sesi wawancara dengan para Peksos yang dibagi menjadi 3 grup. Dalam wawancara terungkap beberapa kisah menarik selama proses rehabilitasi WNI eks pengikut ISIS. Juga tantangan dan kendala yang dihadapi, serta harapan para Peksos agar proses rehabilitasi semakin baik. Sesi ini berlangsung dari pukul 13.30 hingga 15.30.

Pukul 16.30 semua peserta diajak ke sebuah kafe di kawasan Bukit Menoreh untuk bersantai sekaligus makan malam. Sesi ini dipergunakan oleh tim Ruangobrol untuk meningkatkan kedekatan emosional dengan para Peksos. Terutama dari tim peneliti yang akan banyak bekerjasama di masa mendatang.

Sepulang dari makan malam, telah menunggu sepasang suami istri yang memiliki keluarga di Kamp Al Roj Suriah. Keduanya ditemui oleh DR. Noor Huda Ismail, seorang Peksos Sentra Handayani, dan seorang peneliti Ruangobrol.

Dalam pertemuan itu sang suami menyampaikan kabar terakhir keluarganya di Kamp Al Roj yang bisa berkomunikasi meskipun tidak bisa intensif karena terkendala sarana komunikasi di kamp. Yang pada intinya kondisi di sana semakin memburuk. Sehingga pihaknya sangat berharap akan ada program repatriasi dari pemerintah Indonesia. Keluarga siap menerima dan meyakini itu akan lebih menyelamatkan daripada membiarkan mereka berada di kamp yang justru bisa membuat semakin radikal karena merasa banyak pendukungnya.

(Lihat foto-foto kegiatan pada artikel Foto Kegiatan Sharing dan Diskusi Ruangobrol Dengan Pekerja Sosial Sentra Handayani)

(Bersambung)

Komentar

Tulis Komentar