Persiapan Launching Film “Pilihan” dan Aplikasi RUMI di Singapura

News

by Arif Budi Setyawan Editor by Arif Budi Setyawan

Minggu ini kami di Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) disibukkan dengan persiapan acara peluncuran film “Pilihan” dan aplikasi RUMI (Ruang Migran). Acara itu akan diselenggarakan di Ruang Nusantara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Singapura pada Minggu 25 Februari 2024.

Undangan dan link pendaftaran peserta sudah disebar sejak kemarin. Kabar terakhir yang kami terima dari pihak KBRI Singapura, peserta yang mendaftar telah mencapai 100 orang per 20 Februari 2024 dan masih akan terus bertambah.

Film “Pilihan” dan aplikasi RUMI untuk smartphone merupakan bagian dari proyek yang dikerjakan oleh KPP sejak Mei 2023. Proyek yang dibiayai oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia ini salah satunya bertujuan menciptakan piranti edukasi kreatif bagi para pekerja migran dalam melawan ekstremisme di dunia maya.

Film “Pilihan” merupakan sebuah film yang menceritakan sosok Ani Ema Susanti, mantan pekerja migran Indonesia yang menjadi filmmaker dan aktivis sosial pemenang penghargaan, memulai perjalanan yang berani untuk menghadapi sisi gelap ekstremisme yang bersembunyi di balik bayang-bayang dunia maya. Ketika misinformasi, disinformasi, dan ujaran kebencian meracuni ruang digital, Ani berupaya menjelaskan jalan menuju pemberdayaan dan ketahanan.

Ani Ema Susanti (pegang mic) di acara launching film layar lebar pertamanya,”Glo Kau Cahaya” (Foto: Antara)

Melalui lensa kameranya, Ani mengungkap kisah-kisah mencekam dari individu-individu yang hidupnya telah tersentuh oleh daya tarik ekstremisme kekerasan. Di antara mereka adalah Ika Puspitasari dan Listyowati, dua mantan pekerja migran yang terjerat janji-janji menipu dari perekrut online yang terkait dengan pendukung ISIS. Kisah-kisah mengerikan mereka menjadi pengingat akan bahaya yang mengintai di dunia maya.

Namun di tengah kegelapan, sinar harapan menembus. Masuklah Masyitoh, yang akrab dipanggil “Mosquito”, seorang pekerja migran yang bersemangat di Singapura dan tidak mau terpengaruh oleh bayang-bayang ekstremisme. Dengan tekad yang tak tergoyahkan, ia memanfaatkan kekuatan media sosial dan pendidikan untuk memberdayakan dirinya dan komunitasnya, menjadi mercusuar ketahanan di dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

Saat Ani menggali lebih dalam inti permasalahan ini, dia menjalin kerjasama dengan akademisi, organisasi akar rumput, dan sesama pekerja migran, mengumpulkan sumber daya kolektif untuk memerangi penyebaran ekstremisme. Bersama-sama, mereka menavigasi jaringan rumit dinamika sosial dan hambatan kelembagaan, bertekad untuk membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.

Sedangkan aplikasi RUMI (Ruang Migran) adalah sebuah aplikasi inovatif yang menyediakan platform bagi pekerja migran untuk berbagi kisah inspiratif dan solidaritas mereka. Di setiap unggahan, mereka dapat melawan kegelapan, menyuarakan pendapatnya, dan membentuk narasi ketahanan mereka sendiri.

Lebih jauh tentang film “Pilihan”, sang sutradara, Ridho Dwi Ristiyan memberikan penjelasan sebagai berikut:

Ridho Dwi Ristiyan, Sutradara muda asal Pati Jawa Tengah yang menyutradarai film “Pilihan” (Dok. Pribadi)

“Film ini mengikuti perjalanan Ani Ema Susanti, seorang mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Hongkong yang beralih profesi menjadi sutradara film, yang mencoba memahami fenomena radikalisme yang muncul dalam media sosial, khususnya di kalangan komunitas migran. Melalui sudut pandang dari perjumpaan Ani dengan Listyowati, seorang pekerja migran yang terperangkap oleh janji palsu yang dipropagandakan secara online, dan kisah inspiratif Masyitoh, yang menggunakan media sosial untuk mengejar pendidikan, “Pilihan” menggali kompleksitas kehidupan migran dan dampak media sosial.

Sebagai sutradara, proyek ini memiliki makna pribadi bagi saya, mengambil inspirasi dari karya sebelumnya dalam film “Kembali ke Titik,” yang mengeksplorasi tema radikalisme dan perempuan. Melalui “Pilihan,” saya ingin tidak hanya untuk mengungkapkan perjuangan yang dihadapi oleh pekerja migran tetapi juga untuk menekankan pentingnya pilihan dalam merubah nasib seseorang.

Merefleksikan pengalaman saya sendiri dan yang dibagikan kepada saya oleh Ani Ema, saya sangat tergerak oleh ketangguhan dan tekad pekerja migran yang berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Kisah-kisah mereka menjadi pengingat tentang pentingnya sifat empati, pengertian, dan dukungan dalam mengatasi kesulitan. Melalui “Pilihan,” saya berusaha untuk memicu percakapan tentang peran media sosial dalam komunitas migran dan menginspirasi penonton untuk bertindak melawan penyebaran ekstremisme dan misinformasi secara online”.

Komentar

Tulis Komentar