Kami berharap acara ini menjadi pembuka dan ajang perkenalan paguyuban kepada publik, khususnya masyarakat Bojonegoro. Bahwa ada sebuah perkumpulan yang didirikan oleh para eks napiter di Bojonegoro yang ingin berkarya untuk bangsa dan negara.
Hari ini mungkin kegiatan kami masih terkait dengan hal-hal berbau pencegahan ekstremisme-terorisme, tapi ke depan kami juga ingin berkarya di bidang ekonomi, lingkungan, sosial, literasi, kesehatan, dan lain-lain.
Untuk itu kami membuka diri untuk kolaborasi dengan semua pihak yang ingin bekerjasama dengan kami. Tidak perlu takut lagi dengan kami. Kami tidak akan merekrut orang untuk bergabung dalam gerakan terlarang. Justru kami ingin merekrut siapapun yang bisa membantu kami dalam proses penebusan dosa dengan berkarya untuk bangsa dan negara. Karena itu paguyuban kami juga terbuka untuk siapapun yang ingin bergabung. Tidak hanya untuk para eks napiter.
Kutipan pidato sambutan Ketua Paguyuban Karimon (Karya Inspirasi Harmoni) pada acara dialog kebangsaan di Universitas Bojonegoro (Unigoro) di atas menyiratkan tiga hal penting yang perlu diketahui oleh publik. Pertama, untuk menunjukkan keberadaan para eks napiter yang telah bertobat. Kedua, bahwa para eks napiter yang telah bertobat itu perlu mendapatkan dukungan ketika sudah kembali ke masyarakat, karena mereka ingin berkarya bagi bangsa dan negara sebagai bagian dari “penebusan dosa” mereka. Ketiga, para eks napiter telah membuka diri untuk kehadiran pihak-pihak yang ingin mengenal dan bekerjasama dengan mereka.
Ketiga hal di atas sebenarnya merupakan bagian dari upaya para eks napiter –dalam hal ini adalah eks napiter yang tergabung dalam Paguyuban Karimon-- untuk membantu menciptakan community resilience (ketahanan masyarakat) dalam isu radikalisme-terorisme. Sebagai “mantan teroris”, mereka punya modal sosial berupa pengalaman yang bisa menjadi bahan edukasi masyarakat mengenai radikalisme-terorisme yang sangat bagus. Sehingga seharusnya mereka menjadi aset berharga bagi masyarakat. Namun, kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya radikalisme-terorisme, ditambah dengan beredarnya asumsi yang salah mengenai para mantan teroris, membuat kebanyakan masyarakat memandang eks napiter sebagai sebuah masalah.
Baca juga: Sinergi Multipihak Dalam Dialog Kebangsaan Di Universitas Bojonegoro
Keresahan dan kekhawatiran masyarakat pada para mantan pelaku terorisme yang pulang dari penjara juga bukannya tanpa alasan atau tanpa dasar. Masyarakat tidak mengetahui riwayat pembinaan atau perubahan pemikiran dan perilaku mereka selama menjalani masa hukuman. Masyarakat tidak mengetahui seberapa jauh keterlibatan atau peran mereka dalam kelompok radikal. Masyarakat juga tidak mengetahui bagaimana proses mereka menjadi 'teroris'. Dan masih banyak ketidaktahuan masyarakat yang lainnya terkait isu terorisme dan radikalisme ini.
Tapi, bukankah dengan banyaknya ketidaktahuan itu masyarakat seharusnya malah pro-aktif untuk mendekati para mantan pelaku terorisme agar bisa mengetahui jawaban dari ketidaktahuannya itu? Bukan malah menjauh atau malah tidak peduli? Karena sebenarnya ketika pengetahuan masyarakat akan isu radikalisme-terorisme bertambah melalui penjelasan para mantan pelaku terorisme itu akan meningkatkan ketahanan masyarakat atas isu ini.
Untuk membuat masyarakat menjadi pro-aktif dalam meningkatkan pengetahuannya mengenai radikalisme-terorisme berdasarkan pengalaman mantan pelaku terorisme, pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengubah persepsi masyarakat tentang para mantan pelaku terorisme. Untuk mengubah persepsi itu diperlukan bukti nyata yang menunjukkan bahwa mereka telah berubah.
Baca juga: Menilik Kolaborasi Pentahelix Dalam Acara Dialog Kebangsaan Di Universitas Bojonegoro
Acara dialog kebangsaan yang diinisiasi oleh Paguyuban Karimon di Bojonegoro tempo hari merupakan bentuk pembuktian kepada masyarakat bahwa para eks napiter di Bojonegoro telah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Para eks napiter itu telah berhasil meyakinkan pihak-pihak yang kemudian membantu dalam terlaksananya kegiatan tersebut. Mulai dari akademisi, instansi pemerintah, BUMN, dunia usaha, hingga media. Maka seharusnya setelah ini tidak ada lagi penghalang antara masyarakat dengan para eks napiter yang ingin berkarya bersama masyarakat.
Para eks napiter yang ingin berkarya dapat dipandang sebagai bagian penting dalam menciptakan community resilience. Pengalaman dan pengetahuan mereka di masa lalu jika dipadukan dengan keinginan masyarakat dalam menciptakan community resilience di isu radikalisme-terorisme, akan melahirkan banyak pencapaian bersama yang menakjubkan di masa depan. Meskipun untuk sampai di sana akan memerlukan perjuangan yang panjang dan akan menghadapi berbagai tantangan.
Namun, setidaknya kesuksesan para eks napiter Bojonegoro mengadakan kegiatan Dialog Kebangsaan yang didukung oleh banyak pihak telah membuktikan kemampuan kolaborasi mereka. Di mana kolaborasi merupakan modal terpenting untuk menciptakan community resilience.
Foto: Ketua Paguyuban Karimon menyampaikan pidato sambutan di acara Dialog Kebangsaan di Unigoro (09/01/2025). (Dok. Unigoro)
Komentar