Kelompok JI Berpotensi Kirim Anggotanya ke Afghanistan

News

by Akhmad Kusairi

Mantan Ketua Mantiqi Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia, Nasir Abbas meminta Pemerintah Indonesia terutama aparat keamanan untuk  mewaspadai euforia kemenangan Taliban di Afghanistan. Pasalnya, menurut alumni pelatihan milter Afghanistan itu, masyarakat umum rentan terbawa arus dan menganggap ini kemenangan Islam. Pola berpikir semacam ini menjadikan mereka rentan direkrut kelompok teroris, terutama Jamaah Islamiyah (JI).

“Banyak dibaiat. Efek dari euforia membuat banyak orang untuk masuk. Hal ini juga terjadi pada 2013 lalu, saat ISIS menyatakan kemenangan mereka di Suriah dan membentuk negara khilafah. Banyak simpatisan termasuk JI di Indonesia, yang menganggap ini sebagai kemenangan Islam. Mereka kemudian menggiring opini ini ke masyarakat,” kata Nasir saat menjadi pembicara dalam dikusi “Kemenangan Taliban dan Kebangkitan Jemaah Islamiyah yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR) pada Selasa (24/8/2021).

Selain itu, meskipun tidak secara formal, sebut Nasir Abbas, kelompok JI mendukung Taliban. Hal itu disebabkan karena JI pernah bersama dengan Alqaeda di Afghanistan pada tahun 1998 hingga 2001. Sementara Taliban melindungi Alqaeda saat mereka terlibat aksi teror menyasar gedung WTC Amerika Serikat pada 11 September 2001. Selain itu Taliban saat berkuasa di Afghanistan sebelumnya pernah memberi kesempatan kepada JI untuk bisa mengirim anggota JI di Kamp Alqaeda.

“Alasan lainnya adalah saat Taliban dizalimi Amerika dan aliansinya pada 2001 sejak itu JI membanggkan Taliban yang tidak berhenti untuk melawan tentara Amerika. Ini menginspirasi JI,” imbuhnya

Lebih lanjut sosok yang juga pernah bertempur di Filipina tersebut juga menyebutkan konsep gerakan dan perjuangan Taliban mirip dengan JI.

“Penangkapan 53 anggota JI membuktikan eksistensi dan kebangkitan kelompok JI. Mereka mengubah strukturalnya, mereka mengubah strategisnya, mereka memperkuat kantong pundi-pundi dana mereka untuk mendanai gerakan mereka. Saat ini JI membagi wIndonesia menjadi 3 Khodima (wilayah). Barat, Sumatra. Timur, Pulau Jawa dan Kalimantan. Khodima khusus meliputi Sulawesi, Bali, NTT dan Maluku,” pungkas sosok yang kini aktif dalam program deradikalisasi itu

Pendapat Nasir tersebut diamini oleh Direktur Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR) Moh. Adhe Bakti. Menurut Adhe JI merupakan kelompok yang paling siap dalam merespons kemenangan Taliban. Pasalnya JI mempunyai orang-orang siap dan terlatih.

“Pertama, mereka punya orang-orang yang siap. Mereka terus berjalan. Personelnya masih  banyak. Kedua mereka punya relasi cukup kuat. Pernah melawan musuh yang sama dulu,” imbuhnya

Namun, Adhe memprediksi pengiriman jihadis tersebut tidak terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya masih dalam situasi pandemi Covid-19. Dia memprediksi hal itu terjadi pada 2 hingga 3 tahun ke depan.

“Pada waktu panjang yang ke Afghanistan, bukan yang ingin berperang, tapi yang ingin hidup di bawah naungan syariat Islam,” pungkas Adhe.

ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar