Kisah Yusuf dan Rumah Tingkat di Sri Rejeki Tempat Penggerebekan Densus 17 Tahun Silam

News

by Eka Setiawan

Sebuah rumah bertingkat di Jalan Taman Sri Rejeki Selatan VI RT01/RWIV Kelurahan Gisikdrono, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang digerebek Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri. Sejumlah amunisi dan bom rakitan ditemukan di sana. Machmudi Hariono alias Yusuf ketika itu jadi salah satu yang ditangkap, bersama beberapa temannya, kelompok Jamaah Islamiyah (JI). Kamuflasenya, berdagang sandal.

Penggerebekan oleh pasukan berlogo burung hantu itu terjadi tepat 17 tahun lalu, Juli 2003. Kamis 1 Juli 2020, Yusuf mengajak ruangobrol.id ke lokasi tersebut: rumah bercat putih di ujung jalan kampung. Kanit Idensos Satgas Jawa Tengah juga ikut bersama kami.

“Hanya beda hari saja, dulu digerebek 9 Juli. Ada beberapa orang Densus ketika itu yang datang ke Semarang, seperti Pak Petrus (sekarang menjabat Kapolda Bali berpangkat Irjen Pol), Pak Bekto (sekarang sudah purna tugas), ada juga Pak Martinus yang sekarang jadi Kepala Densus 88 (Irjen Pol Martinus Hukom),” ungkap Yusuf membuka obrolan.

Penangkapan itu mengantarkannya ke vonis 10 tahun penjara, menjalani hukuman 5,5 tahun, termasuk sempat merasakan jeruji Nusakambangan. Yusuf yang juga alumni kamp Moro Filipina menjadikan itu sebagai pelajaran berharga.

“Dulu sempat mau rampok seorang dokter juga di Semarang, karena kami pikir dokter itu banyak uangnya (untuk pembiayaan kegiatan terorisme),” lanjutnya.

Waktu berjalan, garis hidup berubah. Hari ini, Yusuf telah meninggalkan dunia kekerasan yang sempat diyakininya sebagai sebuah kebenaran. Pertobatan Yusuf tak hanya lisan, namun dimanifestasikan dengan perbuatan.

Maret 2020 lalu, Yusuf mendeklarasikan berdirinya Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) pengurusnya juga para mantan narapidana terorisme (napiter) yang tinggal di Kota Semarang; Badawi Rachman, Nur Afifudin, Harry Setya Rachmadi dan Sri Pujimulyo Siswanto. Anggotanya juga ada di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah bahkan hingga Daerah Istimewa Yogyakarta, lebih dari 20 orang. Sekretariat yayasan yang sudah berbadan hukum ini masih menumpang di rumah yang kini ditinggali Yusuf di Jalan Jatisari RT004/RWXIII Kelurahan Gisikdrono, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. Alamat  yang tak jauh dari tempat penggerebekan sebelumnya, hanya berbeda gang saja.

Di bawah komando Yusuf, Yayasan Persadani tampil di garda depan kerja-kerja perdamaian, kontra radikal. Kerap tampil di ruang-ruang kampus, bertatap muka dengan dosen dan mahasiswa, menceritakan kisah lalunya agar tak ada yang terjerumus ke sana, mengisi ruang-ruang diskusi, termasuk diskusi daring yang belakangan kerap digelar seiring Pandemi Covid-19, pun aktif membesuk hingga menjemput mantan napiter.

“Versi saya, langkah membesuk dan menjemput mantan napiter ketika bebas penjara adalah cara untuk masuk ke mereka, biar kenal. Misalnya ada di Jawa Timur, dijemput pas pulang, ada pejalanan sekira 7 jam kami satu mobil, pasti ada komunikasi,” bebernya.

Yusuf yakin, dengan saling kenal dan komunikasi, maka langkah-langkah untuk merangkulnya akan lebih gampang.

“Saya dan teman-teman pernah datang ke mantan napiter yang baru bebas, sampai rumahnya dia tidak mau temui, karena apa? Sebelumnya tidak kenal, padahal kami ingin dialog,” tambah Yusuf.

Berbadan kecil nan enerjik, Yusuf memang sangat aktif melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain untuk kegiatan-kegiatan seperti itu. Dalam seminggu, bisa beberapa kota dan provinsi dia kunjungi.

Seperti hari ini, Sabtu 4 Juli 2020, Yusuf sudah berada di Lapas Cipinang Jakarta. Pagi tadi, sekira pukul 07.00 WIB, Yusuf menelepon saya.

“Saya di Lapas Cipinang, ini sudah mulai apel, besok kita jadi ke Klaten ya?,” katanya dari balik telepon seluler.

Keberadaannya di Cipinang adalah untuk menjemput napiter yang bebas penjara; Eko Purwanto asal Kendal. Sementara maksudnya akan ke Klaten, memang kami berencana ke sana untuk bersilaturahmi dengan mantan napiter yang tinggal di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten: Salman Alfaluti.

Selain kegiatan-kegiatan itu, Yayasan Persadani juga menjajaki bisnis. “Kami jualan telur, rencana dalam waktu dekat juga jualan kambing kurban sebentar lagi Iduladha,” tambah Yusuf.

Kanit Idensos Satgas Jawa Tengah sendiri sangat mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan Yusuf pun termasuk berdirinya Yayasan Persadani. Idensos bersinergi dengan kelompok-kelompok seperti itu untuk bersama-sama berkegiatan.

“Sebagai upaya untuk memutus mata rantai radikalisme, ini adalah kegiatan kontra radikal, di mana negara dan masyarakat hadir untuk kebaikan bersama,” tutupnya.

 

FOTO RUANGOBROL.ID/EKA SETIAWAN

Hari Kamis (1/7/2020) siang, Machmudi Hariono alias Yusuf (kaus cokelat, kiri) menunjukkan rumah tempatnya digerebek Densus 88/Antiteror Polri 17 tahun silam.

Komentar

Tulis Komentar