Larangan Boba Saat Circuit Breaker Singapura

News

by Rizka Nurul

Singapura secara resmi melakukan circuit breaker sejak 17 April 2020 lalu. Circuit breaker atau karantina parsial ini akan berlaku hingga 1 Juni 2020 mendatang. Hingga saat ini, ada 12.075 kasus di negara berpenduduk 5.6 juta jiwa tersebut.

Keputusan ini diambil pemerintah Singapura setelah mendapatkan 1.000 kasus positif dalam sehari. Kasus ini terjadi di daerah padat penduduk buruh migran industri.

Asrama buruh migran menjadi tempat isolasi utama mengingat ada 200 lebih kasus positif per hari dari sana. Ada lima asrama di seluruh Singapura yang ditutup oleh pemerintah. Penghuninya pun dilarang berinteraksi.

Circuit Breaker yang digunakan Singapura bukanlah lockdown. Beberapa terminal kedatangan di Bandara rencananya akan ditutup juga selama 18 bulan. Namun situasi ini peningkatan dari status DORSCON (Disease Outbreak Response System Condition - Kondisi Sistem Respons Wabah Penyakit) sebelumnya dimana ada level green, yellow dan orange sebelum circuit breaker sebelum status Red. Lebih tepatnya, aturan yang lebih ketat untuk melakukan social distancing di masyarakat yang diatur oleh hukum.

Singapura memilih untuk tidak menghentikan semua pekerjaan. Ekonomi bagaimanapun tidak dapat dihentikan. Namun, masyarakat didorong untuk keluar hanya untuk hal-hal yang disebut perlu.

Namun, masyarakat Singapura tidak bisa menyantap Boba, Mcd, Starbucks atau snack lain selama Circuit Breaker. Outlet snack, salon dan petshop tidak luput dari larangan circuit breaker. Singapura bebas boba hingga mereka mengatakan situasi telah normal.

Aturan selama Circuit Breaker di Singapura

Boba atau dulunya tersirat dalam capucino cincau, memang sedang hits di ibukota. Bahkan berbagai merk terkenal hingga mungkin kenal tersebar disudut kota. Jika ini diterapkan juga di Jabodetabek yang menjadi redzone COVID-19, maka suram sekali bukan?

Meskipun beberapa sumber logistik tidak ditutup total seperti pasar atau supermarket, namun yang membuat PSBB tidak stres karena boba dan kawan-kawan. Kengeyelan masyarakat akan menentukan apakah cemilan ini akan turut ditutup juga. Bukan hanya mematikan UKM, tapi juga membuat kurus perut masyarakat dan menurunkan kadar gula tubuh.

Selain ancaman depresi karena kelamaan di rumah, ancaman hipoglikemia juga bisa menyerang masyarakat. Hipoglikemia atau kekurangan glukosa mengakibatkan tubuh akan terus terasa haus, mudah lapar, mudah marah, sulit berkonsentrasi, lelah, pusing, gemetar bahkan jantung berdebar.

Oleh karena itu, sikap kita akan menentukan apakah peningkatan status ini diperlukan atau tidak. Semakin ngeyel, maka semakin mungkin circuit breaker berlaku di Jabodetabek. Sehingga Ngeyel atau tidaknya kita akan mempengaruhi keberlangsungan hidup orang lain, UKM bahkan keberlangsungan negara ini.

Jadi, tetap di rumah aja dan jaga kesehatan ya! Semakin nurut, semakin cepat membaik.

Komentar

Tulis Komentar