Mengenang Glenn Fredly, Musisi Penjaga Semangat Keberagaman

Other

by Ahsan Ridhoi

"Keberagaman adalah rahmat," kata Glenn Fredly kepada Najwa Shihab di acara Shihab & Shihab Narasi TV, 25 Mei tahun lalu.

Dalam kesempatan itu, Glenn hadir dengan mengenakan peci hitam selayaknya muslim dan membuat Najwa memujinya berulangkali atas penampilannya. Glenn mengaku bukan kali itu ia mengenakan peci. "Peci ini kan sudah menjadi simbol nasional. Saya bangga mengenakannya," kata Glenn.

Kepada Najwa, Glenn bercerita tentang pela gandong. Sebuah tradisi Ambon, kampung halaman Glenn, tentang soidaritas dan persaudaraan sesama manusia. Glenn yang lahir dan tumbuh di Jakarta mengaku mendapat pelajaran tradisi itu dari kakeknya. Bahwa semua manusia adalah saudara. Apapun rasnya, apapun agamanya.

"Setiap saudara saya yang muslim datang ke rumah, kakek selalu bilang 'itu gandongmu. Saudaramu.'," kata Glenn.

Glenn memang memiliki perhatian khusus terhadap isu perdamaian. Tujuh tahun sebelum hadir di acara Narasi TV, ia membentuk sebuah gerakan budaya bernama VOTE yang merupakan kependekan dari Voice from The East. Gerakan ini bertujuan untuk menyuarakan aspirasi masyarakat Timur Indonesia. Khususnya tentang keberagaman dan kondisi sosial di sana.

Ide Glenn membikin gerakan itu muncul saat pulang ke Ambon pada 2002. Kala itu Ambon sedang dalam gejolak konflik horizontal antara umat Kristen dan Islam. Sebuah catatan merah sejarah Indonesia pasca reformasi yang terlalu kelam untuk dikenang. Manusia saling bunuh atas nama agama. Tak ada kemanusiaan. Tak ada pela gandong.

Glenn yang belum pernah menginjakkan kaki di Ambon saat konflik, kepada Majalan Voice + ia mengaku kaget sejak tiba di bandara. Jalur penumpang muslim dan nasrani dipisah saat turun dari pesawat. Muslim ke kanan, Kristen ke kiri. Ia merasa tak lagi mengenali kampung halamannya.

Kejadian itu terus terbayang di pikiran Glenn. Ia merasa harus berbuat sesuatu untuk mengembalikan semangat persaudaraan di Ambon. 2004 ia memiliki kesempatan kembali ke Ambon untuk menggelar konser. Saat itu kondisi di sana sudah mereda. Konser berjalan lancar.

Namun Glenn merasa senang lebih dari lancarnya konser. Ia melihat ratusan ribu penonton berkumpul tanpa membedakan latar belakang agama. Semua damai dan mengikuti lantunan lagu yang dinanyikannya.

Pelantun lagu hits berjudul Januari ini, pun terpikir bahwa musik bisa menjadi jembatan bagi manusia untuk saling bersaudara dalam damai. Pikiran itu dibawanya ke Yogyakarta bertemu dengan rapper Marzuki Ismail atau Kill The DJ. Dalam sebuah obrolan di angkringan, VOTE tercetus. Musisi Edo Kondologit, LSM ICW dan Kontras, serta Sultan Hamengkubuwono X ikut bergabung dalam gerakan itu.

VOTE resmi pada 2012. Konser demi konser lintas daerah diselenggarakan untuk tujuan kemanusiaan dan menyuarakan aspirasi masyarakat Timur Indonesia yang selama ini termarjinalkan.

Komitmen Glenn pada keberagaman tak berhenti di situ. Ia terlibat aktif dalam sejumlah acara keberagaman. Bersinggungan dengan lembaga dan pemerhati keberagaman, seperti Yenny Wahid dan Gusdurian. Menghadiri diskusi kecil tentang keberagaman, sampai acara-acara besar.

Salah satu yang rutin dilakukan Glenn, adalah menjadi pengisi konser Ramadan Jazz tahunan di Masjid Cut Meutia. Kepada Najwa, ia mengaku senang mengisi acara itu karena dapat lebih dekat dengan saudara muslimnya. Kedekatan sebagai sesama manusia.

Kegiatannya ini, membuat Glenn Fredly cemerlang bukan hanya sebagai musisi yang mengawali karier sejak 1995 dan menelurkan banyak lagu hits. Bukan hanya sebagai artis yang jadi bahan pemberitaan showbiz. Bukan hanya sebagai anggota Trio Lestari bersama Tompi dan Sandy Sandhoro. Melainkan sebagai manusia yang memanusiakan manusia lain.

Rabu (8/4) kabar duka itu datang. Glenn Fredly meninggal dunia karena penyakit meningitis. Warganet berduka. Melepas kepergiannya dengan kenangan indah.

Kini harus aku lewati
Sepi hariku
Tanpa dirimu lagi
Biarkan kini kuberdiri
Melawan waktu

Selamat jalan, Gandong.

Komentar

Tulis Komentar