Indonesia dalam Pusaran Khilafah dan Virus Corona

Other

by Ruslan Sangadji

Bermula pada Desember 2019 virus corona atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) terdeteksi. Dimulai dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, kemudian menyebar hingga ke seantero dunia.

Dunia dibuat panik, bahkan ada pemimpin negara yang kewalahan menangani penyebaran virus tersebut. Di Amerika, Presiden negara itu seakan menyerah, karena ketidakmampuan paramedis menangani virus corona yang setiap saat bertambah. Amerika sampai teriak-teriak meminta bantuan paramedis.

Di Korea Selatan, ada pemimpin agama yang dijerat pasal pembunuhan. Namanya Lee Man-hee, pemimpin dari sekte sesat Gereja Shincheonji di Korea Selatan, bertekuk lutut meminta maaf terkait penyebaran virus corona di Negeri "Ginseng".

Lee Man-hee merupakan pendiri sekte sesat Gereja Shincheonji, yang dituding punya "andil" di separuh lebih dari 4.000 kasus virus corona di Korea Selatan, karena mengumpulkan pengikutnya dalam sebuah ibadah bersama dan duduk berdekatan tanpa berjarak.

Meski Covid-19 dimulai dari Wuhan, tetapi kini negara itu telah menutup 11 rumah sakit, karena berkurangnya wabah corona di negara itu. Sementara negara-negara lain masih diliputi kecemasan dan kepanikan.

Di Indonesia, jumlah orang yang terinfeksi semakin bertambah dari hari ke hari. Per 1 April 2020, terkonfirmasi 114 poisitif terinfeksi covid-19 dari 1.528 kasus. 1.311 sedang dirawat, 136 meninggal dunia dan 81 pasien yang sembuh. Jumlah itu diperkirakan masih akan bertambah.

Situasi itu mengharuskan Presiden Jokowi harus mengambil kebijakan strategis, agar penyebaran virus corona dapat ditekan. Mulai dari rencana status lockdown, darurat sipil yang diperluas atau status darurat kesehatan.

Lockdown sendiri berarti situasi yang melarang warga untuk masuk ke suatu tempat karena kondisi darurat. Lockdown juga bisa berarti negara yang menutup perbatasannya, agar tidak ada orang yang masuk atau keluar dari negaranya.

Pro-kontra mewarnai kebijakan penerapan status itu. Sejumlah pihak menolak penetapan status lockdown. Mereka beralasan, jika negara ini lockdown maka rakyat akan susah makan, apalagi bagi mereka yang bekerja di sektor informal.

Pengamat politik dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Agus Rianto, seperti dilansir tempo.co, menyatakan bahwa lockdown akan melahirkan sejumlah persoalan bagi Indonesia, khususnya di sektor ekonomi dan politik.

Di sektor ekonomi, lanjutnya, lockdown akan berdampak ke masyarakat kelas menengah ke bawah yang akan kesulitan untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Tetapi, sejumlah orang pendukung khilafah justru sangat getol berteriak agar Presiden Jokowi segera menetapkan status lockdown. Entah apa yang ada di pikiran para pendukung khilafah itu. Fakta itu ada. Sejumlah cuitan di facebook menjelaskan itu.

Ada yang menulis bahwa edukasi itu tak perlu ribet, apalagi tipu-tipu. Yang sederhana saja, jujur dan membumi saja, pasti akan mudah dipahami. Status itu kemudian diakhiri dengan hastag #Lockdown. Bahkan, seseorang dengan nama akun facebook Abu Hamzah sampai menulis: “Pak Jokowi, apakah menunggu Ibu Megawati terjangkit Covid-19 baru dilakukan lockdown?". Saat ditelusuri, foto profil Abu Hamzah berlatarbelakang foto “Umat Perlu KHILAFAH.

Pemilik akun Muadz Haris, tidak panjang menulis status soal lockdown. Ia hanya menulis hastag: #RememberingKhilafah2020
#IslamSelesaikanWabah
#LockdownAjaranIslam
#AtasiCoronaDenganSyariah
#IslamSelamatkanNegeri
#REzimMundurAlonAlon

Masih banyak status serupa yang diposting para pendukung khilafah di Indonesia. Direktur Eksekutif Wisdom Institute Sulawesi Tengah, Lukman S. Thahir menilai, ia mencium ada agenda tersembunyi yang sedang disiapkan oleh para pendukung khilafah untuk mendorong adanya status lockdown.

“Besar kemungkinan kelompok khilafah memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 untuk tujuan penerapan syariat Islam di Indonesia,” kata Dekan Fakultas Ashuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Palu itu.

Padahal, katanya, tak perlu status lockdown. Masyarakat cukup menaati imbauan pemerintah untuk terus jaga jarak, tetap berada di rumah, bekerja dari rumah,sekolah dari rumah, kuliah dari rumah, sering cuci tangan, jaga kebersihan. Sesungguhnya, semua itu sudah sesuai dengan syariat Islam.

“Jadi, Indonesia saat ini sedang berada dalam pusaran virus corona dan khilafah. Perlu diwaspadai, karena virus khilafah itu sama bahayanya dengan virus corona,” tegas Lukman S. Thahir.

Komentar

Tulis Komentar