Menghadapi Kengawuran, Kita Harus Punya Usus yang Ekstra Panjang

Other

by Eka Setiawan

Ada pepatah lama yang menggelitik: buruk rupa, cermin dibelah!

Lho kok bisa? Hla orangnya aja yang sakit jiwa berarti. Yang bermasalah siapa, yang disalahkan siapa. Sama aja dengan keadaan begini; kirim SMS ke gebetan tapi nggak dibalas-balas, terus yang disalahkan HP-nya. Kenapa nggak ada pesan yang masuk.

Agaknya, pepatah itu tetap relevan dengan kondisi sekarang ini. Di mana ada sesuatu yang salah, nggak lantas introspeksi diri, lalu dengan cepat menuding orang lain yang salah, atau lebih ngaco lagi; menuding tempat atau sistem atau alatnya yang salah.

Nggak percaya? lihat aja elite politik kita, yang kira-kira seperti ini: nggak mau kalau penghitungan suara nantinya di hotel itu, karena di sana banyak genderuwo atau jin, bisa-bisa nanti suara kelompok mereka jadi sedikit. Intinya: jadi kalah.

Lhaa mbok mikir sedikit, kira-kira bagi genderuwo atau jin apa untungnya ikut campur urusan politik? Wong dari kelompok genderuwo atau jin nggak ada yang ikut Pemilu atau nyaleg/nyapres kok.

Hidup bersosial memang membutuhkan usus yang panjang alias kesabaran ekstra. Walaupun, ruang sosial memang ‘memaksa’ kita untuk tampil paling bagus, paling ngganteng, paling uayuuu, paling pinter, paling modis, paling tajir melintir, pokoknya paling segalanya lah.

Sebabnya apa? karena di ruang sosial itu ada semacam kontestasi. Di sadari atau tidak. Mau atau tidak mau.

Contoh ya: dalam ruang sosial pekerjaan, lingkungan kantor, bawahan pasti maunya dipandang paling bagus kerjanya di mata bos. Tak peduli, apakah kerjaannya memang betul-betul bagus atau malah ngawur.

Intinya maunya selalu dianggap paling sibuk kerja (kalau bos melihat), paling bagus, sok ngatur sana-sini (kalau bos melihat), merasa pekerjaannya yang paling bagus, yang lainnya pasti tidak lebih bagus dari dia. ((((Hmmmm amatirannnn))))

Tipe-tipe orang ngawur semacam ini perlu diapakan ya? Didoakan saja lah, mugo-mugo cepat sembuh.

Tapi memang tadi itu, perlu kesabaran ekstra berada di lingkungan sosial. Biar nggak ikut-ikutan gila hormat, nggak ikut-ikutan ngawur.

Pada keadaan seperti itu; diam juga bisa jadi pilihan. Asalkan dalam diamnya ada doa-doa yang mengalun, ada kerja-kerja yang tak perlu dipamerkan tapi hasilnya jelas. (((yang begini nih bukan amatirannn))))

Kau harus bisaaa bisaaa berlapang dada...Grup Musik Sheila On 7 mengatakan demikian. Dari pada sakit jiwa, mari menyanyi sajaaaa...

 

SUMBER GAMBAR: https://i0.wp.com/setia1heri.com/wp-content/uploads/2017/10/Kumpulan-Tulisan-lucu-di-kaca-samping-truk-....hehehe....gokil-2017-3.jpg?resize=360%2C480

Komentar

Tulis Komentar