MY JOURNEY : Dinamika Eksperimen Jihad di Indonesia (9)

Other

by Arif Budi Setyawan

Setelah Jabhatun Nushrah (JN)berhasil menguasai beberapa wilayah di Syiria, secara tiba-tiba pihak IslamicState of Iraq melalui juru bicaranya mengumumkan berdirinya Islamic State ofIraq and Syiria (ISIS) dan meminta agar JN melebur ke dalam ISIS. Pihak JN yangmerasa deklarasi ISIS itu di luar rencana dan bukan merupakan perintah dariSyaikh Ayman Adzh Dzhawahiri tentu saja menolaknya, karena mereka datang untukbertempur di Syiria adalah karena perintah dari Al Qaedah pusat.


Inilah awal perpecahan di tengahsebuah kelompok jihad yang paling populer, paling besar, paling kuat, danpaling banyak pendukungnya dari seluruh dunia. Para pendukungnya pun menjadigempar dan tidak sedikit yang mengalami kebingungan dengan apa yang terjadi disana itu. Masing-masing pihak baik JN maupun ISIS berlomba-lomba menjelaskankepada para pendukungnya dengan versinya masing-masing. Para pendukungnya yangdi Indonesia pun ikut terpecah. Ada yang lebih percaya pada JN dan ada pulayang sebaliknya.


Tetapi lambat laun saya melihat–di Indonesia-  ISIS kemudian lebihunggul dari JN dalam mempertahankan pendukung yang lama dan merekrut pendukungbaru. Mengapa ?


  1. Orang-orangyang bergabung dengan ISIS di Syiria lebih agresif –atau lebih tepatnya lebihnarsis- dalam menyebarkan kondisi di sekitarnya, termasuk pembelaan terhadapISIS dalam kasus perpecahan dengan JN. Ini membuat para pendukungnya di seluruhdunia –termasuk di Indonesia- memiliki argumen yang lebih kuat untuk semakinmendukung ISIS.
  2. Sayapmedia yang dimiliki ISIS lebih bagus karena sudah ada sejak era Islamic Stateof Iraq. Karena JN tidak mau mengikuti ISIS, maka segala SDM dan teknologi yangdimiliki ISIS tidak bisa digunakan oleh JN. Hal ini membuat kualitas video danrilisan-rilisan digital dari ISIS lainnya menjadi jauh lebih banyak dan lebihbagus kualitasnya serta lebih tajam dalam propaganda.
  3. ISISmenawarkan sebuah revolusi dalam jihad, yaitu membangun wilayah kekuasaandengan menyerang musuh yang menghalangi di sekitarnya. Hal ini rupanya menjadidaya tarik tersendiri bagi para pendukung jihad di seluruh dunia, di mana halini belum pernah dilakukan oleh Al Qaeda yang menjadi idola para pendukungjihad sebelumnya.

Tapi di kemudianhari revolusi ini menjadi titik awal sebuah ‘radikalisme sadisme’, di mana ISISkemudian memerangi semua pihak yang menghalangi eksistensi ‘khilafah’mereka  termasuk sesama kelompok yangberjihad di Syiria yang mereka anggap menghalangi tujuan mereka.


Dideklarasikannya ISIS menandaiawal dari periode ketiga dunia ‘eksperimen jihad’ di Indonesia, yang mana  baik di ranah online maupun offline menjadikian memburuk sejak terjadinya perpecahan antara ISIS dan JN. Bagi orang-orangyang sudah lama mendukung Al Qaedah akan menganggap ISIS sebagai gerakan yangmenyimpang dari jamaah karena mendeklarasikan sebuah kelompok baru. Sedangkanbagi pendukung ISIS, mereka menganggap jalan perjuangan Al Qaedah sudah kuno,kurang agresif, kurang inovatif, banyak penyimpangan, dll, sehingga perlusebuah terobosan yang baru.


Situasi saling serang dan beraduargumen di antara masing-masing pendukung sangat terasa di majelis-majelisonline maupun offline. Padahal kalau mau dipikir, perpecahan itu kan terjadi disana, bukan di sini. Mengapa pula yang di sini –yang hanya suporter-ikut-ikutan ribut ? Apa memang sudah tabiat masyarakat Indonesia yang sukameributkan sesuatu yang didukungnya ( capres, parpol, tim sepakbola, artis,dll)?


(Bersambung, In sya Allah)

Komentar

Tulis Komentar