Belajar, Bersenang-Senang, dan Guyonan Gus Dur: Kunjungan Seru ke Kantor Polisi Moyudan:

Tokoh

by Noor Huda Ismail Editor by REDAKSI

“Polisi yang baik itu cuma tiga: Pak Hugeng, patung polisi, dan polisi tidur!” 

Lelucon Presiden Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal sebagai Gus Dur itu mencuat kembali di sela waktu kami menunggu mobil jemputan Polsek Moyudan. Sabtu, 21 Desember 2024 menjadi hari tak terlupakan bagi 33 anak-anak dari Yayasan Literasi Desa Tumbuh. Bersama 8 relawan pendamping mereka. Bersama-sama mereka berangkat mengunjungi Kantor Polisi Sektor Moyudan untuk sebuah kegiatan edukatif yang penuh tawa, pelajaran, dan cerita-cerita seru.

Sejak pagi anak-anak berkumpul di pelataran yayasan, menunggu giliran dijemput mobil patroli polisi yang dikemudikan Pak Bhabin Agung Cahyo. Karena mobil patroli hanya muat sebagian, proses penjemputan harus dilakukan dua kali. Saat menunggu itulah humor Gus Dur tadi muncul, ketika anak-anak yang harus menunggu giliran jemputan kedua bercanda, “Wah, kita tunggu giliran sambil jadi polisi tidur saja.”

Di Polsek Moyudan, anak-anak disambut hangat oleh Pak Paijan, Kanit Polsek Moyudan. Penuh semangat Pak Paijan memberikan pengarahan tentang tugas dan fungsi kepolisian. Anak-anak bahkan diajak mengikuti praktik apel pagi ala polisi. Meski barisannya tidak terlalu rapi, semangat mereka tak kalah dari polisi sungguhan.

Mendengar penjelasan tentang berbagai peralatan kerja polisi. (Dok. Yayasan Literasi Desa Tumbuh)

Usai apel anak-anak diajak berkeliling kantor. Kegiatan ini langsung menarik perhatian, terutama saat mereka melihat ruang tahanan. "Wah, begini ya rasanya di penjara," celetuk salah satu anak sambil mencoba memasuki sel. Tentu saja, dengan cepat mereka diberi pengertian bahwa tetap saja lebih baik berada di luar sel, sebagai anak baik yang taat aturan.

Kegiatan berlanjut dengan pengenalan alat-alat kepolisian. Anak-anak melihat borgol, tameng, tongkat, helm, rompi antipeluru, hingga police line. Pak Paijan dengan lihai menyelipkan candaan agar suasana tetap ringan. Ketika Safira dan Jihan maju untuk mencoba borgol, mereka memperagakan adegan seolah-olah menjadi "tersangka" yang ditangkap. Gelak tawa pun pecah. “Wah, kita jadi aktor nih!” ujar Jihan sambil bercanda.

Sesi tanya jawab juga tak kalah seru. Safira, yang terkenal kritis, bertanya, “Kalau saya lagi jalan sama bapak ibu, terus ada apa-apa, saya hubungi siapa?” 

Dengan sigap, Pak Paijan menunjukkan nomor darurat di mobil polisi, “Cukup tekan 110, dan kami pasti datang!” Anak-anak langsung serempak mengulang, “Seratus sepuluh!” seakan sedang menghafal PR dari sekolah.

Kegiatan diakhiri dengan penayangan film edukatif tentang pentingnya kebaikan dan kepatuhan terhadap aturan. Sambil menikmati snack, anak-anak menyimak pesan moral dari film tersebut. Setelah film selesai, Pak Paijan dan Pak Agung Cahyo menyampaikan pesan penting: “Jadilah anak yang baik, taati aturan, dan jangan pernah takut kepada polisi, karena polisi adalah sahabat kalian.”

Saat berpamitan, anak-anak terlihat puas dan senang. Dengan penuh semangat, mereka kembali ke pelataran yayasan diantar mobil patroli. Salah satu anak, sambil tersenyum, berkata, “Sekarang saya tahu, polisi itu nggak cuma ada patung dan yang tidur, tapi juga Pak Paijan dan Pak Agung yang baik hati!”

Pentingnya Pengenalan Profesi Sejak Usia Dini

Pengenalan berbagai profesi, termasuk profesi polisi, memiliki dampak besar dalam pembentukan karakter anak. Menurut teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif anak, pengalaman langsung melalui interaksi dan eksplorasi membantu anak-anak memahami dunia sekitar mereka dengan lebih baik. Piaget menekankan bahwa anak-anak belajar melalui aktivitas nyata yang melibatkan pemikiran dan pengamatan aktif.

Selain itu, Lev Vygotsky dalam teorinya tentang zone of proximal development (ZPD) menggarisbawahi pentingnya dukungan dari orang dewasa atau lingkungan dalam memperluas kemampuan anak. Kunjungan seperti ini memungkinkan anak untuk mengaitkan peran profesi dengan nilai-nilai positif, seperti keberanian, kedisiplinan, dan kerja sama. Lebih khusus lagi, pengenalan terhadap profesi polisi juga membantu mengubah persepsi anak-anak. Mengenalkan anak pada berbagai profesi membantu mereka menghargai kontribusi setiap individu dalam masyarakat. Dalam konteks ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang tugas polisi, tetapi juga memahami bahwa keberadaan polisi adalah untuk melindungi dan melayani masyarakat, bukan untuk ditakuti.

Inilah salah satu cara Yayasan Literasi Desa Tumbuh menanamkan pemahaman dan nilai-nilai positif kepada anak-anak, sekaligus menciptakan hubungan yang lebih erat antara masyarakat dan pihak kepolisian. Dengan pengalaman yang menyenangkan, anak-anak belajar bahwa kebaikan, disiplin, dan kerja sama adalah bagian dari menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat. []

Komentar

Tulis Komentar