ARTI ‘MUSIK’ BAGI AKTIVIS JIHADI (1)

Other

by Arif Budi Setyawan

Berawal dari melihat masihkosongnya rubrik atau kolom musik di ruangbrol.id, saya jadi tertarik untukmenulis tentang musik yang merupakan sebuah keniscayaan yang ditemuisehari-hari. Mau musik yang disukai maupun yang dibenci hampir mustahil bisadihindari jika hidup di zaman modern. Kita mungkin bisa ‘mengharamkan’ musik dirumah kita, tapi bagaimana ketika kita sedang belanja ke mall, ke minimarket,atau punya tetangga yang semua suka musik, atau sedang naik kendaraan umum,atau lagi ngopi di warkop, dst, di mana kita dapati musik di situ ?


Di kalangan aktivis Islam, banyakyang sepakat tentang haramnya alat musik, tapi sepakat akan bolehnyabersenandung tanpa alat musik. Ada juga yang membolehkan alat musik sebatasalat musik perkusi ringan semacam rebana. Saya tidak ingin membahas masalahhukum fiqih-nya musik, tapi yang ingin saya tuliskan adalah tentang pandangansaya sebagai salah satu ‘jihadis’ tentang musik dan ‘jihadis culture’ yangberkaitan dengan musik.


Arti musik menurut KBBI (KamusBesar Bahasa Indonesia) adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalamurutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara)yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.


Definisi musik juga bisadiartikan sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa sehinggamengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alatyang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).


Dari definisi ini, berartisenandung syair dengan nada dan irama tertentu meskipun tanpa diiringi olehalat musik masih bisa disebut sebagai musik. Maka nasyid yang akrab di dunia aktivis (termasuk jihadis) punsebenarnya termasuk musik juga, yaitu musik yang dihasilkan oleh suara manusiamurni.


Untuk nasyid yang tanpamenggunakan alat musik, saya melihat semua kalangan aktivis sepakatmembolehkannya. Baru ada perbedaan ketika sudah menggunakan alat musik, karenamemang ditemukan adanya teks hadits Rasulullah SAW yang melarang penggunaanalat musik. Saya pribadi melihat perbedaan itu ada pada konteks dan seberapabesar derajat ‘larangan’nya, apakah sampai haram yang hard, medium, atau soft.


Saya akan jujur dalammengemukakan pandangan saya tentang musik secara umum, baik yang menggunakanalat musik maupun yang hanya berupa senandung (nasyid). Saya tidak pedulidengan celaan orang dan cibiran orang seperti : jihadis kok suka musik yangmenggunakan alat musik dst… Bagi saya lebih baik jujur dan dicela daripadadiam-diam suka musik seperti itu tapi tidak mengaku demi menjaga nama baik atauagar diterima di suatu kelompok yang mengharamkannya.


Sebelum saya mengemukan pendapatatau pandangan saya tentang musik, saya ingin menyampaikan alasan mengapamanusia menyukai musik menurut para ahli. (Saya kutipkan dari sebuah artikel disini : http://suaramahasiswa.com/inilah-alasan-mengapa-manusia-menyukai-musik/)


Pertanyaan yang muncul adalahmengapa sesuatu yang abstrak seperti musik bisa menciptakan suatu emosi yangkonsisten. Ada kemungkinan bahwa kecintaan manusia pada musik hanyalahkebetulan.


Manusia sejatinya mengembangkanemosi untuk membantu melacak situasi yang berbahaya (ketakutan) dan situasisosial (kegembiraan). Terkadang, nada dan ketukan dari komposisi musikmengaktifkan area otak yang sama.


“Bisa jadi bahwa itu datangsecara kebetulan. Namun, setelah itu berkembang, hal tersebut menjadi sangatpenting,” ungkap Robert Zatorre, seorang neurosaintis di MCGill University.


Riset menunjukkan, ketika manusiamendengarkan musik, otak melepaskan dopamin yang membuatnya bahagia. Menurutsebuah penelitian yang dipublikasikan di Nature Neroscience, peneliti menemukanfakta bahwa pelepasan dopamin paling tinggi terjadi ketika suatu bagian musikmencapai puncak emosional. Saat itu, pendengar musik merasakan “chills” ataurangsangan spesifik pada tulang belakang yang menimbulkan sensasi kegembiraandan kekaguman.


Penelitian yang dipimpin olehZatorre tersebut berhasil menjelaskan alasan manusia menyukai musik.


Secara khusus, otak manusiamelepaskan dopamin selama melakukan aktivitas yang esensial untuk bertahanhidup, seperti kegiatan seksual dan makan.


“Musik melibatkan sistem reaksiyang sama, meskipun itu tidak penting secara biologis untuk bertahan hidup,”ujar Zatorre.


Ada satu kemungkinan bahwa reaksitersebut merupakan fungsi dari kecintaan manusia terhadap pola. Barangkali,manusia dikembangkan dengan kemampuan mengenali pola karena itu adalahketerampilan esensial untuk bertahan hidup.


Misalnya, manusia akan mengenalipola-pola bunyi yang menandakan apakah gemerisik pohon mengindikasikan adanyahewan berbahaya yang akan menyerang, atau apakah asap menandakan manusia haruslari karena api bisa saja segera datang.


Pada kenyataannya, musik adalahsuatu pola. Karena itu, selama manusia mendengar, mereka secara konstan bisamemprediksi melodi, harmoni, dan ritme seperti apa yang akan hadir selanjutnya.Itulah mengapa, biasanya manusia tidak menyukai gaya musik yang tidak familiardi telinganya karena tidak memiliki basis untuk memprediksikan pola pada gayamusik tersebut.


(Bersambung, In sya Allah)


Source Image : https://storage.googleapis.com/app-nesia-wordpress-production/2017/07/aplikasi-musik-1.jpg

Komentar

Tulis Komentar