Peran Penting "Credible Voice" dalam Upaya Pencegahan Terorisme

Analisa

by Administrator

[caption id="attachment_13997" align="alignnone" width="768"] Arif Budi Setyawan (kedua dari kiri) salah satu credible voice di ruangobrol.id mengikuti workshop bertajuk “SEAN-CSO In The Post Covid-19 Environment Workshop” di Manila Filipina pada 14-16 September 2022. (dok, pribadi)[/caption]

Oleh: Noor Huda Ismail

Tindakan terorisme yang merusak, mengancam, dan merenggut nyawa terus menjadi ancaman serius bagi masyarakat global. Di Indonesia, upaya pencegahan terorisme bukanlah hal baru, namun, fokus baru-baru ini telah ditujukan pada salah satu aspek kunci: peran "credible voice" atau suara yang dapat dipercaya dalam upaya pencegahan.

Salah satu contoh konkret adalah langkah yang diambil oleh Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri yang menggandeng mantan tokoh senior kelompok teror Jamaah Islamiyah (JI) untuk memberikan edukasi tentang bahaya terorisme, terutama di lingkungan pondok pesantren (ponpes) di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Tokoh senior tersebut adalah Siswanto alias Arif Siswanto, yang baru-baru ini bebas dari penahanan di Nusakambangan.

Tindakan ini menyoroti pentingnya melibatkan para mantan narapidana terorisme yang telah bertobat dalam upaya pencegahan terorisme. Mereka, sebagai "credible voice," memiliki pengalaman pribadi yang dapat digunakan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bahaya terorisme kepada masyarakat, terutama di kalangan pemuda yang rentan terpapar paham intoleran dan radikalisme.

Pesan utama yang ingin disampaikan adalah bahwa terorisme tidak memiliki basis agama, dan tindakan terorisme selalu merugikan masyarakat luas. Contoh kasus terakhir, seperti insiden bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar Bandung oleh simpatisan ISIS pada akhir 2022, adalah peringatan yang nyata akan ancaman tersebut.

Selain itu, penting untuk memahami bahwa upaya pencegahan terorisme harus dimulai dari kalangan keluarga. Keluarga memiliki peran kunci dalam membentuk karakter anak-anak mereka dan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai kebaikan. Oleh karena itu, melibatkan keluarga dalam upaya pencegahan terorisme adalah langkah yang bijaksana.

Tidak hanya di Indonesia, gerakan terorisme adalah ancaman global, dengan jaringan yang melintasi batas-batas negara. Oleh karena itu, kerja sama internasional dan pencegahan di tingkat pendidikan, termasuk di ponpes, adalah penting. Paham-paham intoleran, radikalisme, dan terorisme dapat memecah belah masyarakat dan negara, dan inilah alasan mengapa langkah-langkah pencegahan harus diambil secara serius.

Melibatkan "credible voice" seperti mantan narapidana terorisme yang telah bertobat adalah langkah yang cerdas dalam memerangi ancaman terorisme. Pengalaman mereka dapat membantu masyarakat lebih memahami bahaya terorisme dan mendorong pemuda untuk mengambil jalan yang benar dalam kehidupan mereka. Semua elemen masyarakat, termasuk keluarga, perlu bersatu untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam menghadapi ancaman ini.

Komentar

Tulis Komentar