Anak Negeri DI Pusaran Konflik Suriah: Peluncuran Buku dan Film Tentang Penanganan Korban Propaganda ISIS

News

by REDAKSI Editor by REDAKSI

JAKARTA - Fenomena tagar #KaburAjaDulu mendadak trending di sosmed dan ramai dibicarakan netizen. Tagar yang merupakan refleksi keinginan banyak orang, terutama anak muda, untuk meninggalkan Indonesia dan mencari kehidupan lebih baik di luar negeri itu mendapat sambutan dan komentar banyak pihak. Bukan hanya pejabat dalam negeri, bahkan sejumlah pejabat negara asing tak mau ketinggalan menanggapi, misalnya Duta Besar Jepang Masaki Yasushi yang menyatakan negaranya sambut baik tenaga kerja Indonesia yang berketerampilan tinggi. 

Keinginan meninggalkan Indonesia dan mencari kehidupan lebih baik di luar negeri sebenarnya bukan hal baru. Masih lekat dalam ingatan kita, ribuan WNI pernah terpesona propaganda masif kelompok ISIS pada 2014-2015.  Mereka terbujuk propaganda berisi ajakan hijrah meninggalkan kehidupan di negara-negara “kafir” – versi  ISIS – menuju indahnya kehidupan di bawah naungan “khilafah” versi ISIS. Dan inilah cikal bakal keberadaan Foreign Terrorist Fighters (FTF) yang kemudian menjadi tantangan global. Propaganda ISIS yang masif dan persuasif menarik sukarelawan dari berbagai negara bergabung ke zona konflik di Suriah dan Irak. 

Ratusan WNI hingga saat ini masih terdampar di kamp-kamp di Suriah harus menerima nasib tak berketentuan. Lalu adakah peluang bagi mereka  untuk kembali ke Indonesia? Stigma terhadap mereka demikian kuat, karena tanpa pandang bulu masyarakat menganggap semua “returnis” membawa dampak negatif. Sangat penting berbagai pihak memikirkan strategi tepat terkait pemulangan warga Indonesia mantan “kombatan ISIS” ini. Suatu pendekatan holistik diperlukan dalam hal ini, berfokus pada tujuan membangun komunitas yang inklusif. 

Salah satu tantangan terbesar adalah membangun pemahaman dan kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan anggota keluarga returnis dalam memfasilitasi proses repatriasi.  Dalam konteks ini, Ruangobrol memperkenalkan pendekatan holistik 5R (Repatriasi, Rehabilitasi, Relokasi, Reintegrasi, dan Resiliensi), dan tak lupa mengarusutamakan gender dalam prosesnya. Pendekatan 5R telah diperkenalkan kepada pekerja sosial di beberapa lokasi di Indonesia, seperti di Bandung, Surakarta, dan Surabaya, dalam suatu program yang bertujuan meningkatkan pemahaman di antara para pemangku kepentingan – pemerintah pusat dan daerah, tokoh masyarakat, anggota keluarga returnis – semua pihak yang diharapkan memahami kompleksitas repatriasi dan integrasi sosial, dengan pengakuan bahwa tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua. 

Dalam rangka mendukung program tersebut, Ruangobrol meluncurkan buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan film Road to Resilience. Peluncuran kedua sarana pendukung Komunikasi Strategis terkait isu penanganan FTF/Returnis itu,  diselenggarakan pada Kamis 27 Februari 2025, di Ruang Auditorium Lt. 2 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Kec. Gambir, Kota Jakarta Pusat, pukul 09.00 WIB sampai selesai.

Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah

Dalam buku ini, sang penulis Dr. Noor Huda Ismail merefleksikan pengalaman pribadinya dalam proses repatriasi 18 orang Indonesia dari Suriah pada Agustus 2017. Cerita yang dikisahkan dalam buku ini terbukti berhasil melampaui isu radikalisasi, menghadirkan perjalanan memahami manusia, konflik, dan harapan akan masa depan yang lebih baik, memperlihatkan bahwa kemanusiaan dan harapan masih menjadi inti dari setiap langkah kehidupan manusia.

Pengalaman Dr. Noor Huda Ismail yang banyak bekerja dalam pengembangan narasi alternatif terhadap berbagai narasi kelompok ekstremisme kekerasan, memberikan perspektif yang sangat berharga mengenai kompleksitas masalah yang dihadapi. Buku ini tidak hanya menawarkan narasi kemanusiaan yang mendalam, tetapi juga menyelami kompleksitas konflik dengan penuh empati, sekaligus menawarkan harapan bagi terciptanya masa depan yang lebih baik. 

Dalam kata pengantarnya, Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono, S.I.K., M.H.  menyampaikan “Karya ini menjadi bagian dari pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE), khususnya dalam pengembangan Komunikasi Strategis Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan (Komstra PE) yang lebih efektif dan terukur.”

Road To Resilience

Film dokumenter ini mengisahkan perjalanan panjang Febri, remaja Indonesia yang terjebak dalam janji-janji manis ISIS namun akhirnya menemukan jalan kembali ke tanah air. Film diawali dengan pengenalan masalah yang lebih luas, mengangkat isu perang saudara di Suriah dan kebangkitan ISIS yang menarik ribuan orang dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Road to Resilience berkisah tentang perjalanan berliku seorang remaja Indonesia yang terbujuk propaganda ISIS (Dok. Riangobrol.id)
 

Ketika Febri dan rombongannya akhirnya berhasil kembali ke Indonesia, mereka menghadapi kenyataan pahit berupa penolakan dan stigma dari masyarakat yang menganggap mereka sebagai pengkhianat bangsa. Selama satu bulan penuh, mereka menjalani karantina untuk menerima berbagai pelatihan dan juga interogasi dari BNPT dan Densus 88. Meskipun begitu, Febri dan keluarganya tidak menyerah. Memulai hidup baru di Depok, Jawa Barat, mereka berusaha menata kembali kehidupan mereka dari awal, yang berpuncak momen kebahagiaan ketika Febri berhasil menyelesaikan pendidikannya dan merayakan wisuda bersama kedua orang tuanya.

Road to Resilience menyoroti keteguhan hati dan semangat tak kenal lelah seorang pemuda yang berusaha membangun kembali hidupnya, sambil mengatasi stigma dan tantangan besar dari masa lalunya. Selain menyajikan cerita tentang perjuangan pribadi Febri, film ini juga menggambarkan upaya lebih besar untuk pemulihan dan reintegrasi eks-ISIS ke dalam masyarakat, dan mengajak penonton untuk merenungkan arti sebenarnya dari penebusan dan kesempatan kedua. 

Roadshow dan Kolaborasi

Ruangobrol menyadari bahwa berbagai upayanya tidak akan berdampak luas jika hanya berhenti pada peluncuran ini. Karenanya serangkaian roadshow untuk mensosialisasikan buku dan film tersebut akan diadakan di beberapa kota. Dalam kegiatan roadshow itu Ruangobrol akan bekerjasama dengan para pemangku kepentingan di tingkat daerah dan berbagai komunitas lokal yang meliputi para aktivis, akademisi, organisasi pemuda/mahasiswa, ormas, media lokal, dan para pekerja kreatif. Agenda terdekat sudah dijadwalkan di empat kota, yaituBandung, Semarang, Surabaya, dan Bandar Lampung. Kota-kota lain in sya Allah menyusul setelah usai roadshow di empat kota tersebut. [ ]

Komentar

Tulis Komentar