Konflik Suriah merupakan sebuah fenomena yang sangat mempengaruhi situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah. Banyak negara di luar Suriah yang berkepentingan di kawasan itu. Sebut saja Turki, Qatar, Amerika di satu sisi, dan di sisi lain ada Rusia dan Iran. Semua ingin memperkuat pengaruhnya dengan berbagai cara.
Di kalangan jihadis, konflik Suriah memiliki daya tarik istimewa. Selain merupakan konflik Sunni-Syiah, Suriah merupakan negeri yang termasuk dalam wilayah Syam. Syam disebut dalam hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ sebagai wilayah yang menjadi pusat kekuasaan Islam di akhir zaman.
Maka kemudian berdatanganlah para jihadis dari berbagai negara. Mereka bergabung dengan kelompok perlawanan lokal semacam Free Syrian Army (FSA), atau dengan kelompok multinasional seperti Jabhah Nusrah (Al Qaeda) dan Islamic State in Irak and Syria (ISIS).
ISIS kemudian secara sepihak mendeklarasikan kekhilafahan versi mereka pada pertengahan 2014. Mereka melakukan propaganda masif mengenai indahnya hidup di bawah khilafah. Ditambah dengan narasi tentang kewajiban bergabung dengan khilafah dan deklarasi akan memerangi siapapun yang menentang khilafah mereka.
Narasi-narasi itu membuat ribuan WNI berangkat ke Suriah dengan berbagai motivasi. Dari yang terpesona propaganda indahnya hidup di negeri khilafah, ingin mengasah kemampuan bertempur dan menjalin hubungan dengan berbagai kelompok jihadis, hingga yang ingin mati dalam pertempuran memperjuangkan keyakinannya.
Hari ini keberadaan WNI di kamp-kamp pengungsian Suriah yang mayoritas perempuan dan anak-anak menimbulkan banyak persoalan baru. Tidak hanya bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga bagi komunitas internasional. Inti dari persoalan itu adalah: mau dikemanakan mereka?
Baca juga: Cerita WNI Perempuan Mantan Simpatisan ISIS di Camp Al Roj Suriah
Melalui buku ini DR. Noor Huda Ismail mencoba mengurai persoalan seputar keberadaan WNI dalam konflik Suriah. Sudut pandangnya sebagai pakar hubungan dan keamanan internasional yang dipadukan pengalamannya sebagai aktivis penanggulangan terorisme, membuat kajian dalam buku ini menjadi sangat menarik.
Life history yang dikumpulkan dari para mantan FTF (Foreign Terrorist Fighter), keluarga WNI yang ada di kamp, beberapa returni non-combatan, dan sebagian WNI yang berada di kamp menjadikan isi buku ini sangat istimewa. Pembaca akan diajak untuk memahami proses dan konteks dari sebuah fenomena. Sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih baik yang bisa dijadikan acuan dalam menyelesaikan persoalan WNI yang pernah terlibat di pusaran konflik Suriah.
Judul Buku: Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah
Penulis: DR. Noor Huda Ismail
Editor: Lies Marcoes
Ukuran: A5 (14,8 x 21 cm)
Tebal: 300+ halaman
ISBN: (masih dalam proses)
Penerbit: Kreasi Prasasti Perdamaian
Info pemesanan:
Amalia Sekar (081-239726827)
Komentar