Bicara masalah reputasi, ada beberapa contoh upaya yang dilakukan teman-teman mantan napiter yang didukung oleh orang-orang di sekitarnya dalam membangun reputasi. Banyak pihak yang kemudian menyadari bahwa cara paling ampuh untuk melawan stigma adalah reputasi. Sehingga mereka mulai terpanggil untuk turut membantu para napiter dalam membangun reputasi.
Tapi sebelum membahas upaya yang dilakukan teman-teman mantan napiter untuk membangun reputasi dalam rangka mengikis stigma negatif, saya ingin mengajak Anda untuk sedikit berfikir : Apa yang sebenarnya membuat masyarakat memberikan stigma negatif pada mantan pelaku terorisme ?
Ini penting karena tanpa menghilangkan sebabnya, meski sebaik apapun upaya yang dilakukan para mantan pelaku teorisme, tidak akan banyak berpengaruh pada stigma yang disematkan oleh masyarakat pada para mantan pelaku terorisme.
Jawaban masing-masing orang dari pertanyaan di atas mungkin akan berbeda-beda. Tetapi ada satu sebab yang paling umum, yaitu adanya anggapan bahwa terorisme adalah persoalan ideologis sehingga akan sangat sulit berubah. Anggapan ini kemudian menurunkan sikap-sikap yang kontra produktif dengan semangat pencegahan dan penanggulangan radikalisme seperti : masa bodoh dan kemudian menjauhi mantan pelaku terorisme karena yang bisa memahami atau mengubah mereka hanya para ulama atau cendekiawan.
Padahal para mantan pelaku terorisme itu apapun ideologinya atau bagaimana pun tingkat radikalnya, mereka tetaplah bagian dari masyarakat dan tidak akan bisa hidup sendirian. Berangkat dari sini, bukankah justru seharusnya masyarakatlah yang berada di garda terdepan dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan radikalisme ?
Akan tetapi, keresahan dan kekhawatiran masyarakat pada para mantan pelaku terorisme yang pulang dari penjara juga bukannya tanpa alasan atau tanpa dasar. Masyarakat tidak mengetahui riwayat pembinaan atau perubahan pemikiran dan perilaku mereka selama menjalani masa hukuman. Masyarakat tidak mengetahui seberapa jauh keterlibatan atau peran mereka dalam kelompok radikal. Masyarakat juga tidak mengetahui bagaimana proses mereka menjadi 'teroris'. Dan masih banyak ketidaktahuan masyarakat yang lainnya terkait isu terorisme dan radikalisme ini.
Tapi, bukankah dengan banyaknya ketidaktahuan itu masyarakat seharusnya malah pro-aktif untuk mendekati para mantan pelaku terorisme agar bisa mengetahui jawaban dari ketidaktahuannya itu ? Bukan malah menjauh ?
Teman-teman para mantan napiter itu ketika baru bebas biasanya yang pertama kali mereka lakukan adalah mencari pekerjaan. Mereka ingin segera mulai bekerja. Tapi seringkali mereka menghadapi persoalan seperti :
Terpaku pada bidang keahlian yang biasa mereka geluti sebelumnya
Tidak tahu peluang kerja atau peluang usaha
Tidak punya modal kerja
Kesulitan memenuhi persyaratan untuk melamar pekerjaan seperti semelampirkan SKCK dari kepolisian atau melewati batas usia
DLL
Padahal pekerjaan menjadi sangat penting bagi seorang mantan napiter. Karena pekerjaan bisa mengembalikan kepercayaan dirinya dan menengembalikan statusnya sebagai orang yang bertanggungjawab atas nafkah keluarganya setelah bertahun-tahun meninggalkan kewajibannya itu. Dan pekerjaan pula yang akan menjadi pondasi bagi dirinya dalam membangun reputasi.
Tidak mungkin seorang mantan napiter akan bisa berkontribusi misalnya dalam pembangunan masyarakat atau dilibatkan dalam kampanye kontra radikalisme jika ia dan keluarganya masih hidup serba kekurangan.
Untuk itulah ada kalanya teman-teman para mantan napiter mendapatkan booster berupa dukungan dari beberapa lembaga negara maupun LSM. Ada yang diberi bantuan modal usaha berupa uang maupun barang. Atau ada seperti yang dilakukan oleh Kapolres Lamongan kepada beberapa orang mantan napiter di wilayahnya yang sudah punya pekerjaan layak tetapi untuk mendongkrak reputasinya diberikan hadiah umroh gratis agar masyarakat semakin yakin bahwa mantan napiter yang mendapat hadiah itu benar-benar dianggap telah menjadi warga negara yang baik.
Semua pihak yang membantu para mantan napiter itu tentu berharap dengan bantuan itu para mantan napiter bisa membangun reputasi dan kembali hidup terhormat, bermartabat, serta bisa lebih bermanfaat bagi sesama dibandingkan di masa lalunya. Meskipun masih sering terjadi setelah mendapatkan bantuan para mantan napiter itu masih sulit untuk bisa dikatakan telah sukses dalam usahanya, namun setidaknya kehadiran pihak-pihak yang mau membantu sudah cukup membuat reputasi mereka terdongkrak naik.
Komentar