Penangkapan terduga teroris di Batu di awal Agustus lalu masih menarik untuk dibahas lebih jauh. Terutama mengenai proses radikalisasinya dan latar belakang usianya yang masih sangat muda.
Dalam keterangan pers yang disampaikan oleh juru bicara Densus 88 AT, Kombes Pol Aswin Siregar (5/8/2024), tersangka teroris Batu HOK (19 tahun) mulai mengikuti media sosial pendukung ISIS pada November 2023. Hanya butuh 8 bulan untuk membuat HOK siap melakukan bom bunuh diri dengan bom yang dirakitnya sendiri.
Baca juga: Bahaya Radikalisasi Online
Berikut kutipan keterangan Kombes Aswin tentang proses radikalisasi pada tersangka HOK yang saya catat karena menarik untuk dibahas:
“Yang bersangkutan sekira bulan November tahun 2023 itu pertama sekali berinteraksi berinteraksi dalam sebuah grup sosial media yang membawa yang bersangkutan termotivasi untuk mendalami lebih lanjut tentang Daulah Islamiyah (ISIS).
Yang bersangkutan bergabung dengan salah satu grup kemudian di grup tersebut terjadi interaksi antara ee tersangka dengan seseorang. Kemudian yang bersangkutan ditawarkan untuk ikut lagi ke grup sosial media yang lebih spesifik. Bahkan itu berbayar dan yang bersangkutan membayar dengan uang jajannya. Di dalam grup tersebut tersangka mendapatkan banyak sekali video-video yang terkait dengan propaganda ISIS Daulah Islamiyah, seperti video-video eksekusi, video-video peperangan ISIS, kemudian video tentang baiat dan video-video penjelasan bagaimana tindakan-tindakan ataupun aktivitas yang dilakukan oleh ISIS itu sudah sesuai dengan syariat Islam. Jadi video-video ataupun konten-konten tersebut didapat melalui sebuah grup sosial media.
Karena yang bersangkutan masih penasaran kemudian dia bergabung lagi ke dalam beberapa grup telegram kelompok-kelompok radikal yang lintas negara lintas negara. Jadi saya kira dengan kemudahan translasi atau penerjemahan AI (Artificial Intelligence) bahasa komunikasi bukan lagi menjadi masalah”
Saya mencoba menggarisbawahi “kemudahan translasi atau penterjemahan menggunakan AI”. Bagi saya, ini menyadarkan tentang kemajuan dalam proses radikalisasi online. Proses radikalisasi online menjadi semakin cepat karena setiap orang bisa dengan mudah memahami propaganda kelompok teroris global dalam berbagai bahasa. Bukan hanya rilisan berbahasa Inggris dan Arab yang bisa diterjemahkan oleh AI, tetapi juga bahasa Afrika dan bahasa-bahasa dari berbagai negara yang ada kelompok teroris globalnya.
Baca juga:
Kisah Mahasiswa Mengalami Radikalisasi Online di Masa Pandemi (1)
Kisah Mahasiswa Mengalami Radikalisasi Online di Masa Pandemi (2)
Dulu di era saya, untuk memahami sebuah rilisan kelompok jihad global, kami harus menunggu versi terjemahan bahasa Indonesia muncul di forum jihad. Itu pun hanya sedkit orang yang punya akses ke forum jihad.
Di samping itu, kemudahan translasi menggunakan AI yang real-time bisa menghilangkan kendala bahasa dalam komunikasi antar pendukung kelompok teroris seperti ISIS dan yang lainnya. Artinya, proses saling mempengaruhi dan koordinasi antar pendukung lintas negara menjadi semakin mudah dan cepat.
Bila proses radikalisasi semakin mudah dengan bantuan AI, maka potensi ancaman munculnya pelaku-pelaku teror yang baru semakin besar. Terutama pelaku dari kalangan anak muda seperti terduga teroris Batu. Masalah ini telah menjadi tantangan keamanan dunia tersendiri dan masih menjadi kajian serius oleh para ahli tentang bagaimana mengatasinya.
Foto: Detik.com
Komentar