Beberapa Tantangan Dalam Proses Resiliensi WNI Eks ISIS

Analisa

by Arif Budi Setyawan Editor by Arif Budi Setyawan

Dalam ilmu psikologi, resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan. Keadaan menekan yang dimaksud bisa berupa tekanan karena ketidaksengajaan seperti tertimpa musibah, atau karena sengaja seperti memilih jalan perjuangan bersama kelompok yang salah.

Dalam konteks penanganan WNI eks pengikut ISIS, resiliensi berarti kemampuan mereka untuk tetap dalam kondisi semula dan tidak terpengaruh lagi oleh pesona narasi dari kelompok lamanya. Untuk sampai pada tahapan resiliensi yang kuat, mereka akan menghadapi banyak tantangan yang tidak mudah.

Baca juga: Hasil FGD Ruangobrol Dengan Pekerja Sosial Sentra Handayani (1)

Proses menuju resiliensi WNI eks ISIS tidak akan jauh berbeda dengan proses resiliensi pada eks narapidana teroris (napiter). Karena penyebab mereka menjadi seperti itu adalah sama, yakni karena salah memilih jalan perjuangan bersama kelompok yang salah.

Sejauh pengalaman dan pengetahuan kami, setidaknya akan ada 2 tantangan terbesar dalam proses resiliensi, yaitu:

Pertama: Adanya kekecewaan dalam proses reintegrasi

Proses reintegrasi yang memerlukan peran berbagai menjadikannya rawan mengalami kegagalan mencapai target. Kegagalan itu ada bersifat hanya sementara atau jangka pendek, seperti soal pengadaan bantuan modal kerja atau penyediaan lapangan kerja oleh stakeholder terkait. Di mana dalam hal seperti itu memang perlu proses birokrasi yang terkadang kurang disadari oleh pelaku reintegrasi (WNI eks ISIS/eks napiter). Ada juga kegagalan yang bersifat jangka panjang, seperti sikap masyarakat di lingkungannya yang masih menganggap mereka sebagai ‘sumber masalah’.

Kegagalan-kegagalan itu pasti menimbulkan kekecewaan pada pelaku reintegrasi yang dalam proses menuju resiliensi. Dan kemampuan memanajemen kekecewaan itu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada yang bisa menerima dan memakluminya. Namun tidak jarang kekecewaan itu sampai berlarut-larut dan dikeluhkan kepada banyak orang.

Bagi yang mengalami kekecewaan akut seperti itu, dia akan berusaha mencari jalan alternatif bagi persoalan yang dihadapinya. Semua peluang akan dicoba. Termasuk mencoba menghubungi kembali teman-teman di kelompok lamanya dulu, barangkali mereka bisa membantu memberikan solusi.

Maka di sini diharapkan orang-orang terdekat di sekitar pelaku reintegrasi bisa membantu mereduksi adanya kekecewaan yang dialami dengan memberikan dukungan moral. Karena dukungan moral dari luar itu akan sangat membantu menguatkan. Dan akan lebih baik lagi bila mampu memberikan solusi alternatif.

Kedua: Terhubung kembali dengan teman-teman dari jaringan lamanya

Dalam proses reintegrasi WNI eks ISIS, ada satu kondisi yang unik, yaitu tidak semua yang nanti akan direpatriasi dan direhabilitasi itu bersedia dengan sukarela atau atas dasar keinginan sendiri. Sehingga ketika sudah diserahkan kepada keluarga (penjamin) setelah selesai rehabilitasi, mereka masih berpotensi akan mencoba menghubungi teman-teman dari kelompok lamanya.

Media sosial akan menjadi sarana termudah untuk menemukan kembali teman-teman dari kelompok lamanya. Apalagi para pendukung ISIS sangat aktif menyebarkan propaganda dan pemikiran kelompoknya di media sosial. Sangat mudah menemukannya tanpa diketahui oleh orang-orang di sekitarnya.

Jika mereka sampai terhubung kembali dengan teman-teman di jaringan lamanya, itu jelas akan menghambat proses reintegrasi sehingga resiliensi juga menjadi semakin sulit tercapai. Karena ada peluang bagi teman-teman di jaringan lamanya itu untuk melakukan intervensi. Bentuk intervensi bisa berupa provokasi dari sisi psikologis, dan bisa dalam bentuk bantuan materi untuk mendukung kehidupannya yang baru.

Untuk memitigasi risiko terhubung kembali dengan jaringan lamanya ini diperlukan perhatian ekstra dari orang-orang terdekat (keluarga, kerabat, teman). Hubungannya memang tidak terlihat. Tetapi ada indikasi yang bisa terlihat.

Berdasarkan pengalaman kami, ada beberapa indikasi eks napiter atau WNI eks ISIS terhubung kembali dengan jaringan lamanya yang bisa dilihat, antara lain:

1. Sering menerima transferan dana yang bukan dari keluarga atau kerabat atau dari instansi pemerintah

Jika ini terjadi, coba tanyakan dan cek dari mana asal transferan. Eks napiter atau eks WNI eks ISIS ketika baru pulang hampir pasti tidak punya rekening aktif. Ia akan meminta bantuan pinjam rekening orang-orang terdekatnya. Tanyakan tentang siapa yang mentransfer dan bagaimana bisa ada orang yang mau mengiriminya uang. Dari penjelasannya yang misalnya terkesan ada yang ditutup-tutupi, itu memperkuat indikasi dia telah terhubung kembali dengan jaringan lamanya.

2. Menyatakan ingin merantau atau pindah ke kota lain dan yang dituju bukan keluarga atau kerabat

Jika ini yang terjadi maka keluarga terdekat harus ikut mendampingi dan memastikan siapa yang dituju. Disurvei dulu dan dipastikan alasan kenapa orang yang dituju itu mau menerima.

3. Menerima tamu dari luar kota yang memberikan bantuan materi

Bila ada tamu asing yang seperti itu dan bukan dari instansi pemeintah, sebaiknya keluarga meminta foto identitas tamu tersebut. Juga ditanyakan bagaimana bisa mengenal si WNI eks ISIS yang baru pulang dari rehabilitasi.





Ilustrasi: By AI

Komentar

Tulis Komentar