JI dan JAD Masih akan Jadi Ancaman Terorisme di Tahun 2021

News

by Akhmad Kusairi

Kelompok Teroris Jamaah Islamiyah (JI) masih akan menjadi ancaman terorisme di tahun 2021. Pasalnya, JI mempunyai keunggulan dibanding kelompok teror yang lain seperti Jamaah Anshorud Daulah (JAD) ataupun Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Prediksi ini disampaikan oleh Direktur Identifikasi Sosial Densus 88 Mabes Polri AKBP Moh Sodik dalam disksusi yang diselenggarakan oleh Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia pada Jumat (15/1/2021).

Lebih lanjut, Sodik menambahkan bahwa meskipun akhir-akhir ini banyak anggota JI ditangkap, akan tetapi masih banyak anggotanya yang belum tertangkap. Menurut Sodik, anggota aktif JI diperkirakan berjumlah sekitar 6.000 orang. Selain itu, dari segi pendanaan JI juga masih sangat kuat. Pendanaan ini berasal dari dua sumber, yaitu dari dana internal dan dari eksternal yang berasal dari kotak amal yang tersebar di sejumlah minimarket di Indonesia.

“JI masih akan jadi ancaman terorisme tahun 2021. Karena anggota aktif yang masih banyak. Selain dana internal dari anggotanya yang harus menyisihkan pendapatan 5 persen. JI juga mempunyai sumber pendanaan dari ribuan kotak amal yang tersebar di banyak tempat di Indonesia,” kata Sodik. JI juga memiliki regenerasi kepemimpinan. Mulai tahun 1993 hingga tahun 2008, JI dipimpin oleh alumni Afghanistan. Sementara itu, dari tahun 2008 hingga sekarang, JI dipimpin oleh Alumni Moro Filipina.

“JI terus meregenarasi pengikutnya melalui 69 tempat-tempat kantong belajar. Ini lah faktor utama JI meregenerasi. JI dari awal sampe 2008 berasal dari Alumni Afghan. Sedangkan JI sampe sekarang dipimpin oleh alumni Moro,” jelas Sodik.

Meskipun demikian, Sodik juga mengungkapkan bahwa kelompok JAD juga masih akan jadi ancaman terorisme di tahun 2021. Walaupun secara organisasi JAD tidak sebagus JI, akan tetapi kelompok JAD masih punya potensi melakukan serangan. Terutama dari kelompok sempalannya. Ancaman lain juga akan tetap datang dari Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan kelompok-kelompok kecil teroris yang bermain lewat media sosial.

“MIT juga akan masih jadi ancaman. Selain itu kelompok Medsos, seperti tahun-tahun sebelumnya juga akan masih mengancam,” imbuh Sodik.

Sejalan dengan itu, Direktur Pencegahan Badan Nasional Pencegahan Terorisme Irjen Pol Ahmad Nurwahid membenarkan jika beberapa kelompok teroris tersebut masih akan jadi ancaman keamanan di Indonesia. Karena itu, Penanggulan radikalisme dan terorisme harus dilakukan secara menyeluruh dari hulu sampai hilir. Menurutnya, sisi hilir tidak ada masalah karena Densus 88 dianggap berhasil dalam melakukan penegakan hukum. Sementara di hulu, yaitu soal radikalisme, sampe sekarang masih menjadi masalah.

“Hulunya sampai saat ini masih ada masalah. Karena tidak ada aturan yang bisa menjerat pelaku radikalisme. Khilafah itu sifatnya multi dimensial. Radikalisme terrorisme bukan monopoli agama tertentu. Tapi ada di semua sekte dan aliran dalam agama,” kata Nurwahid

Nurwahid menambahkan jika motif utama aksi terorisme di Indonesia adalah ideologi. Karena itu, perlu ada program deradikalisasi yang dilakukan terhadap terdakwa, napiter dan mantan napiter. Sementara bagi kelompok intoleran, program deradikalisasi tidak dapat digunakan. Pelaku intoleransi harus menggunakan program Moderasi umat beragama yang sekarang lagi digalakkan oleh Kementerian Agama.

“Perlunya Vaksinasi ideologi melalui program moderasi umat beragama. Kita diutungkan dengan UU Terorisme yang baru. Kita bisa preventif strike. Sejauh ini sudah lebih 200 orang ditangkap,” jelasnya

Sementara itu Dosen Sekolah Kajian Stratejik Global UI Sapto Priyanto membenarkan jika ideologi menjadi motif utama pelaku aksi terorisme. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dia lakukan pada tahun 2012.

“Motif pelaku, itu ada ideologi keagamaan. Selain itu motif pelaku terorisme ada solidaritas komunal. Terus ada mob mentality, revenge seeking, situasional dan separatis seperti yang dilakukan oleh kelompok GAM di BEJ Jakarta,” kata Sapto

 

 

Komentar

Tulis Komentar