Teror di Mako Brimob: Konspirasi?

Other

by Eka Setiawan

Oleh: Fahd Pahdepie

Untuk kalian, siapa siapapun kalian, yang berusaha sekuat tenaga mencari-cari cara untuk membuktikan bahwa teror di Rutan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat kemarin adalah konspirasi atau ‘pengalihan isu’ semata, kalian memang luar biasa konyol dan memuakkan. Entah racun apa yang sudah merasuk dan merusak pikiran kalian, kabut kedunguan apa yang membutakan kalian…

Terorisme itu nyata, kawan! Aku setuju, terorisme memang tak punya agama. Ia tak ada kaitannya dengan Islam dan agama ini tak pernah mengajarkan umatnya untuk membunuh apalagi membantai.

Tapi memang sial, ISIS mengatasnamakan Islam untuk semua aksi barbar mereka… Begitu pun para teroris di Rutan Mako Brimob itu, mereka mengaku-ngaku muslim yang sedang berjihad? Mereka tak lebih dari para iblis sadis nan biadab karena tega menghabisi nyawa manusia lainnya seolah tak ada harganya.

Jika mereka memang mengaku beragama Islam, tak tahukah mereka bahwa para polisi yang mereka bunuh secara membabi-buta itu beragama Islam juga? Muslim macam apa mereka jika tega membunuh sesama saudara seimannya?

Kawan, jika kau terus berpikir bahwa terorisme yang terjadi di Rutan Mako Brimob itu ‘settingan’ atau ‘konspirasi pemerintah zalim untuk memojokkan Islam’ seperti katamu, apakah kau mesti menunggu agar teror itu terjadi di kediamanmu untuk percaya bahwa ancaman terorisme ini nyata? Apakah kau perlu menunggu korban yang jatuh harus orang-orang yang kau kenal—mereka yang di sekelilingmu—untuk berhenti nyinyir dan secara bodoh terus mengimani teori konspirasi?

Jika benar klaim ISIS bahwa teror kemarin itu ulah mereka, bagian dari aksi mereka, kutuklah mereka, kawan! Itulah selemah-lemahnya iman perjuangan. Katakanlah pada dunia bahwa kata ‘Islam’ dalam kepanjangan ISIS adalah semacam perampokan dan kau tak rela sebiji zarah pun karenanya!

ISIS bukan Islam, kawan, bukan bagian dari agama kita! Siapapun mereka, mereka harus kita perangi bersama-sama.

Tentang kejadian ini, pemerintah juga harus introspeksi. Polisi harus memperbaiki kebobrokan pengelolaan institusinya—terutama soal manajemen penjara dan penyimpanan senjata di rumah tahanan. Ketahuilah, kawan, setiap terjadi peristiwa terorisme di sebuah negara, itu berarti aib yang memalukan. Itu bukti nyata intelijen tumpul dan gagal, bukti nyata bahwa sistem keamanan nasional kita rapuh dan bobrok.

Negara harus memperbaiki itu semua. Korban lima orang polisi yang menjadi syahid kemarin adalah jumlah yang terlalu banyak dan tak boleh terulang lagi. Jangan sampai masyarakat jadi cemas dan takut, negara kalah sekaligus gagal total jika masyarakat merasa terancam oleh kelompok teroris semacam ini.

Namun, harus kita akui polisi juga bekerja luar biasa. Kita perlu mengapresiasi penanganan yang mereka lakukan. Penyanderaan dan kerusuhan berhasil dilokalisir dan diselesaikan dalam waktu 40 jam—padahal ini peristiwa teror berskala cukup besar.

Kini, kelompok teroris berhasil dilumpuhkan dan dibuat menyerah. Meski bayarannya terlalu mahal, meski kita khawatir peristiwa ini berhasil membangunkan sel-sel teror yang tengah tertidur.

Terorisme tak boleh kita biarkan, kawan. Bersama harus kita lawan. Kita tumpas sampai ke akar-akarnya.  Sekarang mari berdiri di belakang negara, di belakang Polri, di belakang TNI. Katakan: Kita tidak takut!

Bersatulah. Mari kita lawan!

Komentar

Tulis Komentar