MY DAILY LIFE

Other

by Arif Budi Setyawan

Episode kali ini adalah episodeselingan yang ringan tapi penting karena pada episode selanjutnya saya akanbercerita tentang keseharian saya di penjara berikut suka duka dan pelajaranyang saya dapat di dalamnya. Saya perlu menjelaskan tentang idealisme sayadalam kehidupan sehari-hari agar Anda bisa lebih mudah memahami kisah-kisahkehidupan sehari-hari saya nanti.


Sebenarnya saya agak bingungmenentukan apa saja yang akan saya ceritakan di episode ini mengingat begitubanyak ragam warna kehidupan yang telah saya lewati. Tetapi akhirnya sayamemutuskan akan menceritakan hal-hal yang menjadi pokok pangkal dari semuaaktivitas saya sehari-hari yang sebenarnya tidak berubah dari dulu sampaisekarang.


Sedari dulu kriteria sukses dalamhidup saya tetap tidak berubah, dan saya berusaha terus mempertahankannyasebagai sebuah idealisme. Yang berubah dan bergerak secara dinamis adalahproses yang saya lalui di mana pada beberapa bagian saya melakukan beberapakesalahan yang membuat saya harus melakukan beberapa revisi.


Pada intinya kriteria sukses ataucita-cita saya sebagai muslim hanyalah ingin menjadi pribadi yang sholeh danbermanfaat bagi sesama. Baik sebagai seorang anak, seorang suami, seorang ayah,dan sebagai bagian dari ummat. Di manapun saya berada saya selalu berusahamenepati idealisme saya tersebut. Bahkan di penjara pun saya masih berusahamenepatinya. Bagaimana saya melakukannya di penjara ? Nanti akan sayaceritakan.


Semenjak saya sekolah di SMK sayatelah menetapkan dua jalan hidup yang akan saya lalui, yaitu : Pertama,  untuk menjadi pribadi yang sholeh saya harusmenjadi pengusaha muslim yang bisa mendanai ‘kewajiban’ saya sebagai anak yangberbakti, sebagai suami dan ayah yang membahagiakan istri dan anak-anak, danmendanai aktivitas perjuangan menjayakan Islam.


Kedua, untuk menjadi pribadi yangbermanfaat bagi sesama saya harus banyak bergaul dan membantu orang lain.


Inilah dua jalan utama yangselalu saya lakukan dari dulu, meskipun harus sempat tersendat karena adakesalahan dalam bergaul dan membantu orang lain. Ya, karena pergaulan akhirnyasaya membantu banyak orang untuk mencoba menghidupkan jihad di Indonesia yangkemudian membawa saya ke penjara.


Mengapa saya memilih menjadipengusaha dan tidak terinspirasi oleh ayah saya yang menjadi pegawai negeri ?Alasan utama adalah : Dalam mengelola sebuah usaha akan ada lebih banyaklapangan amal seperti sabar,syukur,menghargai orang lain, lebih banyaktantangan, dll. Selain itu dengan memiliki usaha saya bisa lebih bebas menentukanaktivitas saya.


Saya mulai belajar berwirausahasejak kelas 2 SMK yaitu berjualan buku milik seorang teman yang awalnyaberjualan buku tapi kemudian mendapatkan pekerjaan lain yang lebih bagus. Sayaberjualan di sekitar masjid yang menyelenggarakan pengajian umum setiap hariAhad pagi. Di situlah saya merasakan beberapa keindahan dalam berniaga. Adatransaksi, ada tawar menawar, ada senyuman pelanggan, ada tolong menolongsesama pedagang, ada kepuasan, dan kejutan-kejutan yang membuat bahagia. Itulahawal saya mengenal dunia wirausaha sampai terakhir sebelum saya tertangkap sayamemiliki sebuah usaha penjualan roti yang ingin kembali saya tekuni lagi saatini.


Idealisme bahwa saya harusmenjadi anak yang berbakti, menjadi suami dan ayah yang baik, dan tetap bisabermanfaat bagi ummat pada saat yang sama adalah  yang membuat saya bisa seperti saat ini. Sayamenganggap semuanya sama pentingnya.


Jika misalnya saya menganggapmemperjuangkan ummat adalah yang terpenting mungkin kawan-kawan jihadis sayasudah sukses membuat saya menjadi pelaku amaliyah. Mungkin keluarga saya akanterlantar dan orang tua saya akan bersedih melihat keadaan saya. Tapi hal inijuga membuat keterlibatan saya dalam dunia eksperimen jihad menjadi banyakmeskipun perannya tak terlalu dalam.


Idealisme itu pulalah yangmembuat saya bisa menjalani masa hukuman dengan baik, karena saya selaluberusaha menjadi bermanfaat bagi sesama dan berusaha tegar agar keluarga dirumah tidak mengkhawatirkan saya. Idealisme itu pulalah yang membuat saya terusbekerja dan berkarya hingga saat ini. Idealisme itu pulalah yang membuat sayabisa menuliskan kisah ini.


Satu-satunya kesalahan saya dalammerealisasikan idealisme itu adalah memilih jalan ‘eksperimen jihad’ dalammewujudkan nilai ‘bermanfaat bagi ummat’ yang pada akhirnya justru membawa sayasemakin jauh dari ummat. Tapi banyak pelajaran yang saya dapat dari kesalahanitu yang akhirnya membuat saya menyadari bahwa agar dapat bermanfaat bagi ummatsaya harus berjuang bersama ummat dan bahwa jihad itu tidak bisa dipaksakanpada kondisi yang tidak tepat.

Komentar

Tulis Komentar