Beberapa tahun lalu dalam wawancara dengan Ruangobrol.id, saat ditanya mengapa memilih tinggal di Solo ketimbang kampung halamannya di Kulonprogo, Yogyakarta, Jack Harun setengah bercanda mengutip sahabatnya, “Solo itu lengkap, ada pintu surga dan ada pintu neraka.” Jadi tinggal kita pilih yang mana, tambahnya.
Tentu sudah banyak yang tahu pintu mana yang akhirnya dipilih pria bernama asli Joko Triharmanto ini. Usai menjalani hukuman atas keterlibatannya dalam peristiwa Bom Bali I, Jack pun mengalami change of heart. Dari yang semula menentang NKRI dan Pancasila, menjadi pembela dan bahkan menyuarakan Pancasila. Sembari berusaha melebur ke tengah masyarakat dengan membuka warung soto Bang Jack di Sukoharjo, Solo – dari semula meracik bom jadi meracik soto – dia juga mendirikan Yayasan Gema Salam yang bermotto Untuk Indonesia yang Damai.
Dan, pada 19 April lalu, Jack Harun lagi-lagi menapaki sebuah tonggak baru. Bersama 497 wisudawan dari jenjang S1, S2, dan S3 Universitas Sebelas Maret, UNS, Periode IV 2025, Jack berhasil meraih gelar Magister Pendidikan Pancasila, dengan IPK yang nyaris sempurna, yaitu 3,75. Dia pun menyelesaikan jenjang pendidikan S2-nya itu dalam waktu yang relatif singkat, 1 tahun 10 bulan.

Masuk jurusan PPKN sebenarnya merupakan tantangan tersendiri bagi Jack, yang mengaku semula tidak tahu apa-apa tentang Pancasila bahkan mengalami kemunduran pemahaman tentang dasar negara itu. “Berat memang di awal saya masuk, sesuatu yang dulu saya benci dan musuhi kini harus saya tekuni.” Jack bahkan mengaku sempat punya niat tidak menyelesaikan studinya.
Namun akhirnya berkat bimbingan para dosen, Jack pun dapat merasakan bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai yang sangat dalam dan mulia. Dia juga menambahkan, keberhasilannya meraih gelar Magister ini sekaligus membuktikan kepeloporan UNS sebagai benteng Pancasila. Jack juga memuji UNS yang mampu merangkul dan merehabilitasi sosok yang pernah terlibat ekstremisme seperti dirinya. “UNS tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga terjun langsung dalam proses integrasi sosial. Saya adalah bukti hidup bahwa perubahan itu mungkin,” Jack menegaskan.

Mantan “murid” tokoh teroris Malaysia Dr. Azahari ini menyatakan terharu sekaligus bersyukur karena berhasil melewati suka duka menempuh pendidikan S2 PPKN tersebut. Terharu mengenang betapa jauh lompatan yang dibuatnya, dari sosok yang dulu membenci negara dan Pancasila, kini malah menjadi seorang Master Pendidikan Pancasila. Jack juga berterima kasih kepada Ganjar Pranowo, karena berkat dukungan mantan Gubernur Jawa Tengah ini, dia mendapatkan beasiswa di UNS. “Dan saya berterima kasih pula kepada Prof. Yunus, Prof. Triyanto, Prof. Winarno, Dr. Machmud Al-Rosyd, serta semua dosen yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran,” imbuhnya. Tak lupa, Jack juga menyampaikan terima kasih kepada sang ibunda yang hadir mengantarnya wisuda. "Penghargaan tak ternilai saya sampaikan kepada Simbok saya, karena berkat nasihat-nasihat saktinya saya dapat melepaskan pemahaman-pemahaman radikal."
Sebelum menyelesaikan kuliah S2-nya, Jack Harun sendiri sudah cukup lama aktif menjadi pembicara di berbagai forum diskusi perdamaian dan deradikalisasi. Transformasi dirinya dari pelaku aksi kekerasan menjadi penyebar nilai-nilai kebangsaan, semogalah dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak muda. Bahwa pilihan itu ada di tangan kita, dan punya ilmu itu perlu, agar tidak salah memilih antara pintu surga atau pintu neraka. [png]
Komentar