Setelah absen di tahun 2023, SEAN-CSO (South East Nations-Civil Society Organisation) kembali mengadakan workshop di tahun ini. Kali ini lokasi yang terpilih adalah Yogyakarta setelah yang terakhir di Manila pada September 2022 lalu. Workshop selama 3 hari (13-15 Agustus) itu bertempat di Hotel Santika Premiere Yogyakarta dan mengambil tema: “Community Based Social Rehabilitation & Reintegration And Risk & Needs Assessment Development”.
Acara ini diselenggarakan dengan tujuan agar peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan rehabilitasi dan reintegrasi sosial berbasis masyarakat (komunitas) secara efektif dan berkelanjutan. Juga agar dapat berkontribusi pada pengembangan rancangan alat penilaian risiko dan kebutuhan dalam CVE. Selain itu harapannya peserta juga dapat berkontribusi pada pengembangan rencana aksi kolaboratif di Asia Tenggara dan Australia.
Hadir dalam acara tersebut sekitar 40 orang perwakilan CSO dari 6 negara, yaitu: Australia, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Beberapa CSO yang hadir antara lain: Australian Moslem Foundation (Australia), Deakin University (Australia), IMAN Research (Malaysia), Empatiku (Indonesia), Peacegen (Indonesia), CISForm (Indonesia), DASPR (Indonesia), Gagandilan Women Mindanao (Filipina), dan masih banyak lagi yang lainnya. Ruangobrol.id (Kreasi Prasasti Perdamaian) sendiri mengirimkan satu orang perwakilan, yaitu saya, untuk mengikuti acara tersebut.
Sesuai dengan temanya, workshop tersebut banyak membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh CSO-CSO dari negara peserta dalam rehabilitasi dan reintegrasi berbasis masyarakat. Ada yang berbagi hasil penelitian, hasil kajian strategis, atau pengalaman dari program-program yang telah dijalankan. Selain itu juga mendiskusikan strategi apa yang akan dilakukan selanjutnya dan kemungkinan kolaborasi antar CSO untuk saling melengkapi.
Selama workshop para peserta kerap memanfaatkan waktu senggang di luar forum dengan berdiskusi saling bertukar pengalaman. Termasuk saling update perkembangan terkini dan saling melengkapi temuan di lapangan dari sudut pandang yang berbeda. Meskipun terkadang obrolan atau diskusi terkendala bahasa, namun semuanya tetap bisa saling menginspirasi.
Ada satu sesi workshop yang paling ditunggu dan membuat semua peserta penasaran, yaitu sesi sharing dari DR. Noor Huda Ismail dengan tema: “Community Based Reintegration principles and practice in Indonesia”. Kenapa sesi ini paling ditunggu? Pertama karena sesi ini akan diadakan di rumah komunitas “Omah Betakan” milik DR. Noor Huda Ismail, bukan di hotel. Kedua, peserta dapat bocoran bahwa akan disuguhi pertunjukan dan jamuan makanan khas tradisional Jawa. Ketiga, sesi ini akan menjadi sesi penutup dari semua rangkaian workshop.
Sesi sharing di “Omah Betakan” sukses membuat para peserta rileks dan riang gembira. Disambut dengan hidangan pembuka aneka minuman dan jajanan khas tradisional sambil menikmati pertunjukan musik angklung oleh seniman lokal. Para peserta kemudian diajak main angklung bersama-sama sambil bernyanyi mengikuti arahan dari instruktur. Setelah itu barulah makan malam bersama dan dilanjutkan dengan sesi sharing.
(Jalannya kegiatan di Omah Betakan akan menjadi liputan khusus tersendiri)
Komentar