Idensos Densus 88 AT Lampung Bantu Anggota Yayasan Mangkubumi Budidaya Bibit Ikan

News

by Arif Budi Setyawan Editor by Arif Budi Setyawan

Permasalahan umum yang dihadapi oleh para eks napiter setelah bebas adalah soal ekonomi dan pembuktian kepada masyarakat bahwa mereka telah berubah menjadi lebih baik. Pulang dari penjara dan memulai hidup baru dari nol ditambah status mantan napiter itu memang berat. Dan persoalan ini tentu tidak bisa diselesaikan oleh mereka sendiri.

Sebagian napiter ada yang beruntung langsung mendapatkan pekerjaan setelah bebas, meski seringkali pekerjaan itu belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian lagi ada yang kembali melanjutkan usaha yang ditekuni sebelum masuk penjara. Atau ada juga yang memulai usaha baru dengan bantuan modal dari kerabatnya.

Tapi kebanyakan para napiter mengalami kesulitan memulai usaha karena keterbatasan kemampuan dan ketiadaan modal. Sementara jika mereka tak kunjung mendapatkan pekerjaan, itu akan menjadi beban pikiran yang bila tidak kuat bisa menimbulkan pikiran yang negatif.

Maka di sinilah dibutuhkan kehadiran pihak-pihak yang bisa membantu dalam hal peningkatan kemampuan ataupun dalam permodalan. Di pemerintahan daerah ada dinas-dinas yang memiliki wewenang untuk membantu para napiter itu. Namun sayangnya penanganan eks napiter sejauh ini masih belum menjadi salah satu program kerja dari dinas-dinas terkait itu. Atau pun jika ada programnya, biasanya akan membutuhkan proses birokrasi yang tidak sebentar.

Menghadapi persoalan itu, Unit Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Densus 88 AT wilayah Lampung melakukan berbagai upaya inisiatif awal yang diharapkan mendapatkan respon lanjutan dari pihak-pihak terkait. Salah satunya seperti yang baru-baru ini dilakukan pada eks napiter anggota Yayasan Mangkubumi atas nama Dino Nurlianda di Kalianda Lampung Selatan.

Idensos memberikan bantuan modal untuk rintisan usaha budidaya bibit ikan gurame. Usaha ini dipilih karena eks napiter yang bersangkutan memiliki lahan dan sumber air yang cukup untuk memulai budidaya bibit ikan gurame. Di samping itu kebutuhan pasar akan bibit ikan gurame masih sangat besar, karena permintaannya berasal dari seluruh penjuru Sumatera dan bahkan dari Batam. Bila usaha ini terus berkembang, harapannya sebagian hasil usahanya bisa menjadi salah satu sumber kas keuangan Yayasan Mangkubumi Putra Lampung.

Untuk sementara Dino Nurlianda mengambil bibit ikan yang baru menetas 2 hari dari pemasok, lalu dipelihara hingga ukuran standar bibit ikan yang siap disalurkan ke para petani budidaya ikan gurame. Idealnya nanti dia ingin memiliki kolam pemijahan sendiri, sehingga tidak tergantung dari pemasok dan keuntungannya bisa lebih besar.

Salah satu kolam budidaya bibit ikan gurame (Foto: Dok. Pribadi Dino Nurlianda)

Saat ini Dino memulai usaha bermodalkan 6 kolam dengan berbagai variasi ukuran, dari 2x3 meter hingga 3x4 meter. Harapannya ke depan dia ingin mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari Dinas Peternakan agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas sehingga mampu bersaing di pasar.

Dengan adanya usaha yang sudah mulai ini, seharusnya pemerintah daerah melalui Dinas Peternakan lebih mudah dalam memberikan bantuan. Karena tidak mulai dari nol lagi, sudah dirintis oleh Idensos Densus 88 AT. Minimal bisa membantu dalam bentuk pendampingan atau pelatihan peningkatan kemampuan.

Komentar

Tulis Komentar