Pagi itu sekira pukul 09.00 WIB, Lapas Kelas 2A Kota Metro kedatangan rombongan dari Yayasan Mangku Bumi Putra Lampung. Rombongan itu terdiri dari Martin Sudarmawan (anggota yayasan asal Metro), Arif Budi Setyawan dari Ruangobrol.id, dan satu orang petugas dari Unit Idensos Satgaswil Lampung Densus 88 AT.
Kedatangan rombongan merupakan bagian dari program kerja Yayasan Mangku Bumi Putra Lampung dalam melakukan pembinaan mental kepada para napiter yang ada di lapas-lapas di wilayah Lampung. Program ini secara resmi telah diberi nama “Program Sahabat Lapas”, yang artinya Yayasan Mangku Bumi ingin menjadi mitra Lapas dalam pembinaan napiter.
Rombongan disambut oleh Pamong Napiter dan Kalapas Metro, Bapak Much. Mulyana, yang kemudian mengajak rombongan untuk berbincang di ruangan KPLP. Sambil menunggu kedatangan para napiter, Kalapas menyampaikan perkembangan terakhir pembinaan para napiter. Selama 3 bulan sejak kedatangannya, para napiter sudah cukup membaur dengan semua warga binaan, rajin beribadah, dan mulai mengikuti program pembinaan ketrampilan. Sementara ini pembinaan ketrampilan yang telah diikuti adalah pelatihan pengolahan hasil pertanian dan berkebun.
Tak lama kemudian kedua napiter datang memasuki ruangan. Dengan memakai baju dis berwarna oranye, kedua napiter atas nama Abdul Robbi Rodhiya (31 tahun) dan Isnaen Girarto (50 tahun) tampak berseri-seri menyambut kehadiran rombongan.
Petugas dari Idensos Satgaswil Lampung Densus 88 AT dengan bangga menjelaskan kepada Kalapas, bahwa Isnaen Girarto adalah salah satu tokoh kunci dalam proses “islah” (cabut baiat dann ikrar setia NKRI) para anggota Jamaah Islamiyah (JI) Lampung. Karena melalui beliaulah kabar adanya program islah sampai kepada para anggota JI lainnya dengan perantaraan istri beliau.
Sebelum meninggalkan ruangan untuk melanjutkan aktivitasnya, Kalapas menyampaikan komitmennya untuk secepatnya memproses pengajuan remisi dan Pembebasan Bersyarat (PB) bagi para napiter. Menurut laporan dari pamong napiter, semua persyaratan dari pihak Lapas dan napiter telah terpenuhi, tinggal menunggu surat keterangan deradikalisasi dari BNPT. Pihak Idensos menanggapi akan membantu mengkomunikasikan dengan BNPT agar keterangan deradikalisasi itu bisa segera dikeluarkan.
Dalam sesi obrolan dan diskusi, Isnaen Girarto mengungkapkan bahwa dirinya sangat bersyukur bisa dipindahkan ke Lapas yang dekat dengan keluarga, sehingga lebih memudahkan keluarga bila ingin membesuk. Mengenai proses pengajuan remisi atau PB, dirinya tidak ambil pusing. “Kalau bisa cepat alhamdullillah, bila agak terlambat ya berarti memang seperti itu ketetapannya”, ujarnya santai.
Baginya, lebih baik dirinya fokus mengisi waktu dengan kegiatan positif seperti mengikuti berbagai pelatihan ketrampilan. “Mumpung ada pelatihan gratis”, katanya sambil tertawa. “Saya sebenarnya mau ikut pelatihan mengelas juga, tapi sayang kemampuan mata saya tidak memenuhi syarat”, tambahnya lagi.
Sedangkan Abdul Robbi Rodhiya atau akrab dipanggil Ridho tampak antusias ketika ditawari oleh Ruangobrol untuk menuliskan kisah pengalamannya selama di Suriah. Mantan FTF (Foreign Terrorist Fighter) dari kelompok JI ini mengungkapkan keinginannya menjelaskan kepada publik tentang sisi lain konflik Suriah. Bahwa di sana itu tidak hanya ada peperangan. Dan juga tentang perbedaan dari setiap kelompok pejuang di Suriah. Menurutnya itu penting dijelaskan agar masyarakat tidak men-generalisir ketika menyikapi orang-orang yang pernah terlibat dalam konflik Suriah.
Ruangobrol kemudian menyampaikan soal teknis pengiriman tulisan, yaitu tulisan itu cukup ditulis tangan lalu diserahkan kepada pamong napiter untuk difoto dan dikirimkan ke Ruangobrol. Selanjutnya akan segera diproses dan setelah terbit akan dikabari.
Dari pihak Yayasan Mangku Bumi menyampaikan tentang visi misi yayasan dan ajakan untuk bergabung bila sudah bebas nanti. Dengan bergabung dengan yayasan, akan lebih memudahkan untuk mendapatkan akses kerjasama dengan berbagai pihak yang dibutuhkan. Yayasan juga bisa menjadi wadah untuk berkarya bagi masyarakat.
Pertemuan itu berakhir ketika kedua napiter dipanggil ke ruang kunjungan karena ada keluarganya yang datang membesuk. Kebetulan hari itu memang bertepatan dengan jadwal kunjungan keluarga. Sebelum berpisah, rombongan dari Yayasan Mangku Bumi menyerahkan bingkisan berisi bahan makanan dan makanan siap saji.
(Foto: Dokumentasi Yayasan Mangku Bumi)
Komentar