Sekilas Outlook K-Hub PCVE dari K-Hub Forum 2024

Analisa

by REDAKSI Editor by Kusairi & Febri Ramadhani

Mencegah ekstremisme kekerasan tentu banyak caranya. Berbagai organisasi masyarakat sipil berkontribusi dalam upaya ini dengan pendekatan masing-masing yang sangat beragam. Dan tidak ada pendekatan yang paling benar di antara berbagai pendekatan yang lain, karena sesungguhnyalah mereka justru saling melengkapi. Kira-kira itulah salah satu gagasan yang mendasari pengembangan Knowledge-Hub (K-Hub) pencegahan dan penanggulangan ekstremisme kekerasan.  

K-Hub pun menjadi platform digital yang menghimpun upaya atau inisiatif dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan aktor non pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan ekstremisme kekerasan dan bina damai di Indonesia. Platform yang mengudara sejak 2021 ini dapat diakses pada https://khub.id/. Saat ini 59 Organisasi Masyarakat Sipil pada bidang PCVE telah terdaftar sebagai anggota pada platform K-Hub. 

Dalam upaya memperkaya produk pengetahuan PCVE, pada tahun ini K-Hub kembali menerbitkan dua Outlook. Dengan berkolaborasi bersama Tim Peneliti dari Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) UGM, K-Hub telah menyusun dan mengemas riset K-Hub PCVE Outlook dengan tema Ensiklopedia Modul Pendidikan Perdamaian di Indonesia. Outlook ini menganalisis ragam dan sebaran praktik baik penyusunan modul-modul pencegahan ekstremisme kekerasan yang telah disusun kalangan OMS di Indonesia. K-Hub PCVE Outlook 2 telah dirilis secara digital pada 2 Mei 2024, serta dapat diakses melalui link https://outlook.khub.id/id/ensiklopediamodulpve. 

Pada tahun yang sama, K-Hub berkolaborasi dengan Tim Peneliti dari Yayasan Ilmu Psikologi dan Sosial Terapan (DASPR) dalam menyusun dan mengemas riset K-Hub PCVE Outlook dengan tema Ensiklopedia Modul Deradikalisasi di Indonesia. Outlook ini menganalisis ragam dan sebaran praktik baik penyusunan modul-modul deradikalisasi yang disusun OMS di Indonesia. 

Kedua outlook tersebut disusun dalam upaya menyebarkan beragam praktik baik dan pembelajaran penyusunan modul-modul PCVE, serta dapat menjadi rujukan dalam penyusunan modul-modul PCVE lainnya di masa mendatang. Selain itu, sejak memasuki fase baru pada 2022, penting bagi K-Hub untuk menjembatani ruang perjumpaan antar sesama OMS untuk saling bertukar cerita dan data mengenai upaya-upaya PCVE yang telah dilakukan, serta menjadikan K-Hub sebagai wadah yang mengarsip beragam cerita dan data tersebut agar dapat menjangkau lebih banyak penerima manfaat. Pada 18 September lalu, kegiatan “K-Hub Forum 2024: Potret Cerita dan Data Jadi Makna” diselenggarakan dalam upaya memperluas dampak dan keterjangkauan dari K-Hub, serta beragam praktik baik kerja-kerja PCVE yang dilakukan OMS. 

Pada pertemuan tersebut, Dodi Wibowo dari Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM menyampaikan sesi temuan riset Outlook #2. Menurut Dodi, riset tersebut lebih difokuskan pada pengembangan modul, bukan pada dampak modul yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan masukan dari berbagai pihak terkait, terutama rekan-rekan yang bekerja dalam bidang P/CVE.

Modul yang dibahas berfokus pada tiga aspek utama: pengetahuan, keterampilan, dan penanaman nilai. Namun, Dodi menyoroti bahwa aspek gender dan komunikasi belum menjadi prioritas dalam modul ini, padahal kedua aspek tersebut sangat penting dalam konteks P/CVE. Dodi menyampaikan harapannya agar hal itu dapat diperbaiki dalam pengembangan modul-modul K-Hub ke depan.

Pada kesempatan yang sama, Siti Kholisoh dari Wahid Foundation memaparkan modul "Sekolah Damai", yang berfokus pada pengurangan intoleransi di sekolah-sekolah. Wahid Foundation memfasilitasi kebijakan di sekolah yang menghasilkan lima Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah, sehingga dibentuk satuan tugas (satgas) khusus. Satgas ini bertugas membantu guru dalam menyusun Rencana Kerja Program (RKP) sekolah.

Modul "Sekolah Damai" yang disusun Wahid Foundation mulai digarap sejak 2023 dan diterbitkan pada 2024. Modul ini membantu guru dan kepala sekolah untuk lebih memahami dan mengimplementasikan P/CVE dengan pendekatan yang lebih mudah dan terintegrasi. Fungsi utama modul adalah memberikan panduan praktis bagi sekolah-sekolah dalam menjalankan program P/CVE. Namun, salah satu tantangan yang dihadapi adalah, meskipun modul ini kaya akan pengetahuan, alat bantu atau tools untuk implementasi masih terbatas.

Selanjutnya, pemaparan Outlook #2 disampaikan juga oleh Nur Ikhwan dari Center for The Study of Islam and Transformation CISForm UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang mengungkapkan bahwa sasaran modul-modul mereka adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan pesantren. CISForm fokus pada penyampaian materi terkait literasi digital dan peran penting guru dalam pendidikan. Ikhwan menekankan, sebagus apapun materi modul yang tersedia, efektivitasnya sangat bergantung pada bagaimana para guru menerapkannya di lapangan. 

Sesi berikutnya (Outlook #3) berfokus pada analisis modul dalam sektor deradikalisasi, dipimpin oleh Faisal Magrie. Dalam sesi ini juga terdapat pemaparan dari Iwa (CDS) dan Sanita (INFID). Salah satu isu utama yang diangkat adalah proses reintegrasi mantan ekstremis yang masih terhambat karena dianggap sebagai urusan kementerian dan lembaga tertentu, tanpa melibatkan sektor yang lebih luas.

Sesi terakhir menekankan pentingnya kerja sama antara Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan pemerintah. Salah satu poin penting yang diangkat adalah bahwa integrasi antara i-KHub dan KHub perlu diperkuat. Kolaborasi ini dilihat sebagai bentuk implementasi nyata dari kerja sama antara pemerintah dan OMS dalam bidang P/CVE. Indonesia disebut sebagai contoh baik dalam hal ini, terutama ketika keterlibatannya diapresiasi dalam kegiatan internasional di Malaysia.

Secara keseluruhan, K-Hub Forum 2024 mencerminkan komitmen dari berbagai pihak untuk terus memperkuat peran modul-modul pendidikan dalam mencegah ekstremisme kekerasan dengan tidak melupakan unsur GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion), baik di lingkungan sekolah maupun di tengah masyarakat yang lebih luas. []

Komentar

Tulis Komentar