Film Pulang Rimba diputar di Semarang: Orang Rimba Berbagi Kisah dengan Anak-Anak SMK Milik Pemerintah

News

by Eka Setiawan

Mt. Pauzan (24) pemuda dari Suku Anak Dalam Jambi alias Orang Rimba, Selasa (14/2/2023) selepas Isya, tiba di Kota Semarang. Dia baru saja menempuh beberapa jam perjalanan naik kereta api dari Bogor, tempatnya kini menimba ilmu. Pauzan saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester V Jurusan Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor.

Bagi Orang Rimba, menyandang gelar status mahasiswa, itu luar biasa. Sebab, dari sekira 4.000 Orang Rimba (data dinas sosial setempat hingga Juli 2022), hanya 117 anak yang bersekolah, di antara itu hanya 4 yang berkuliah, termasuk Pauzan.

Kedatangan Pauzan di Ibu Kota Jawa Tengah itu bukan tanpa tujuan. Dia mengambil izin 2 hari untuk pesiar, istilah di tempatnya berkuliah. Rabu (15/2/2023) alias esok harinya, Pauzan akan berbagi kisahnya di SMK N Jateng di Semarang, Jl. Brotojoyo nomor 1, Kelurahan Plombokan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Sekolah itu adalah sekolah gratis model asrama yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Terjadwal, ada 240 siswa SMK N Jateng di Semarang itu yang akan ikut kegiatan nonton film. Belum lagi guru-guru di sana juga ikut.

Setelah sempat menyantap makan malam di kawasan Pujasera Simpanglima, Pauzan kembali ke hotel bersama tim dari Kreasi Prasasti Perdamaian, lewat Prasasti Production yang membuat film dokumenter kisahnya bertajuk “Pulang Rimba”.

“Semarang dua kali ini saya ke sini, tapi yang sebelumnya cuma di bandara, pas mau terbang ke Kalimantan,” kata Pauzan.

Malam itu, menjelang pukul 24.00 WIB, obrolan santai seputaran kegiatan esok hari terjadi. Setelah ngobrol ngalor-ngidul semuanya kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Berbagi Kisah

Menjelang pukul 09.00 WIB pagi, sesuai jadwal, ratusan anak-anak SMK N Jateng di Semarang, sudah berkumpul di Convention Hall lantai 3 sekolahan. Guru-guru juga hadir.

Lewat 3 layar besar, film dokumenter berdurasi 15 menit itu diputar. Semuanya terlihat menikmati tontonan hingga mereka menghadiahi tepuk tangan panjang selepas film rampung.

Pauzan naik ke atas panggung, duduk di kursi yang sudah disiapkan. Begitupun sutradara film itu, Rahmat Triguna. Satu lagi yang naik panggung adalah Wakil Kepala SMK N Jateng Bidang Humas dan Kerjasama Heri Purnomo. Semuanya menghadap ke audiens.

Ya, sesuai tema kegiatan itu “Hopempathy”, pendidikan adalah salah satu solusi untuk mengubah nasib dan masa depan jadi lebih baik. Banyak tantangan untuk mengeyam pendidikan, mulai dari persoalan ekonomi bahkan hingga persoalan adat yang turun-temurun dipercaya.

“Jadi ada anggapan dari orangtua (Orang Rimba) kalau sekolah itu artinya meninggalkan orangtua, karena pergi jauh merantau. Jadi takut nanti gara-gara pendidikan nanti nggak pulang-pulang (tidak kembali ke komunitas Suku Anak Dalam),” ungkap Pauzan.


[caption id="attachment_15098" align="alignnone" width="1600"] Ratusan siswa SMK N Jateng di Semarang pada kegiatan itu[/caption]

Dia tinggal di Desa Air Panas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Lokasi itu ditempuh hingga 7 jam perjalanan mobil dari Kota Jambi, ditambah 2 jam perjalanan sepeda motor.

Rata-rata anak seusia Pauzan, sudah menikah dan punya anak. Adik Pauzan bernama Asropi (18) sudah menikah dan sudah punya satu anak. Mayoritas pemuda di sana, bekerja di hutan atau di kebun. Tradisi melangun, sebut Pauzan, masih dilakukan anggota suku Anak Dalam, yakni berpindah dari satu hutan ke hutan lain untuk mencari sumber penghidupan, entah itu dari tumbuh-tumbuhan atau berburu hewan liar.

“Tapi sekarang sudah tidak terlalu banyak, karena hutan juga sudah mulai habis, jadi mau berpindah ke mana?,” lanjutnya.

Berangkat dari berbagai dinamika yang terjadi di Orang Rimba itu, Pauzan akhirnya memutuskan untuk bersekolah hingga pendidikan tinggi. Meskipun sempat hampir 3 tahun berhenti sekolah saat duduk di kelas 3 SMP, dia melanjutkannya hingga lulus dari SMP 23 Merangin. Pauzan melanjutkan SMK Perkebunan MM 52 Yogyakarta.

“Nanti setelah lulus akan pulang, mengembangkan pertanian di kampung,” ungkap Pauzan sembari memberi motivasi ratusan anak SMK N Jateng di Semarang itu untuk terus giat bersekolah.

[caption id="attachment_15101" align="alignnone" width="1600"] Sesi tanya jawab[/caption]

Sutradara film Pulang Rimba, Rahmat Triguna, mengemukakan proses pembuatan film itu dilakukan tahun 2022, mulai bulan September hingga Desember. Film ini adalah sekuel pertama, rencananya akan dibuat sekuel selanjutnya dengan mengangkat kisah Orang Rimba lainnya.

“Kami selalu dengan pendekatan empati kepada para tokoh yang kami filmkan, kami menyebutnya credible voice. Mereka ini punya suara yang kredibel,” kata Mamato, sapaannya.

Film-film dokumenter lainnya karya KPP, sebut Mamato, mengangkat aneka fenomena. Mulai dari Pandemi Covid-19, LGBT hingga isu radikalisme terorisme. Film, disebutnya, sebagai media yang mudah untuk menyajikan suatu fenomena dan kemudian dibahas dengan diskusi bersama.

[caption id="attachment_15099" align="alignnone" width="1600"] Berfoto bersama guru-guru setempat[/caption]

Wakil Kepala SMK N Jateng Bidang Humas dan Kerjasama, Heri Purnomo, mengemukakan sekolah ini bermodel boarding asrama, para siswanya dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sekolah ini sejak ada sejak tahun 2014 dan terus berkembang. Sekarang ada di SMK N Jateng di Pati dan SMK N Jateng di Purbalingga, itu yang boarding. Selain itu ada pula di 15 lokasi lain yang semi boarding. Terobosan di dunia pendidikan seperti ini, dilakukan untuk tetap memberikan kesempatan mereka yang berkekurangan untuk mengakses dunia pendidikan.

“Syaratnya dari keluarga miskin. Di sini yang kami ubah pertama adalah karakternya, kami ajarkan sopan santun, unggah-ungguh. Semuanya gratis,” ungkap Heri.

Sekolah itu bekerja sama dengan berbagai perusahaan. Tujuannya agar nantinya setelah lulus terserap untuk bekerja. Saat ini, ada 6 siswa setempat yang belum lulus namun sudah diterima bekerja di Jakarta, bergaji Rp4juta per bulan. Namun, karena masih berstatus siswa, maka uang makannya tetap diberikan ke mereka.

“Mereka ini tetap lanjut (sekolah) daring. Di sini saat lulus, yang mewisuda Pak Gubernur (Ganjar Pranowo),” ungkap Heri.

Mulai Selasa kemarin, sudah dibuka pendaftaran untuk SMK N Jateng ini, kuotanya sekira 700 siswa. Di akhir acara pemutaran film itu, seorang alumni SMK N Jateng yang berkuliah di Polbangtan Bogor Fika Ayu Riskiani dari Cilacap, berbagi kisah via video call.

Kembali ke Stasiun

Selesai acara, Pauzan dan tim sempat mampir di sebuah kafe kopi di wilayah Gajahmungkur Kota Semarang. Membahas seputar kegiatan tadi, hingga rencana kegiatan serupa ke depan. Tim KPP itu datang dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada kantor di sana, yakni di Omah Betakan, Sleman.

Annisa Triguna selaku produser mengemukakan, roadshow kegiatan film’n forum ini akan digelar di Polbangtan Bogor, rencananya pada Sabtu (18/2/2023). Ada sekira 500 mahasiswa yang hadir offline, dan diikuti daring oleh semua mahasiswa Polbangtan di seluruh Indonesia.

“Kalau di Bogor itu nanti temanya petani millenial, karena emang mereka kan belajar pengembangan pertanian,” kata Nisa, sapaannya.

Saat petang, Pauzan kemudian bersiap pulang. Di antar tim, sempat mampir di Kawasan Kota Lama Semarang. Pauzan terlihat mengambil beberapa foto, termasuk meminta rekannya untuk memfoto dirinya. Bergaya di kawasan bersejarah itu.

[caption id="attachment_15100" align="alignnone" width="1600"] Berfoto di Kota Lama[/caption]

Tak lama, Pauzan dan beberapa anggota tim kemudian meluncur ke Stasiun Besar Semarang Tawaang, yang lokasinya memang dekat, masih satu kawasan. Mereka naik kereta menuju Jakarta, terjadwal pukul 20.00 WIB. Esok hari, Pauzan kembali ke rutinitasnya berkuliah.

 

baca juga: Diskusi Film Pulang Rimba: Mengurai ‘Benang Kusut’ Permasalahan Suku Anak Dalam

 

Komentar

Tulis Komentar