Pelatihan Ecoprint di Omah Betakan: Libatkan Ibu-Ibu Warga Lokal hingga Mantan Napiter Perempuan

News

by Eka Setiawan

Minggu (17/4/2022) menjelang Magrib di Dusun Betakan, Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa perempuan terlihat memamerkan kain-kain bermotif alam. Kain itu dibentangkan, mereka berjejer rapi. Beberapa pengguna jalan di tepian sawah itu sejenak menghentikan lajunya.

Ya, sore itu yang juga bertepatan dengan pertengahan Ramadan, para perempuan itu mendapatkan pelatihan ecoprint. Sebuah teknik pewarnaan pada kain menggunakan bahan alami, sebuah produk ramah lingkungan.

Lokasi pelatihannya di Omah Betakan, sebuah rumah komunitas yang juga merupakan kantor dari ruangobrol.id. Pelatihan itu terselenggara dari kerjasama ruangobrol.id dengan Yayasan Pelangi dan dari Pusat Pengembangan Perempuan Indonesia (P3I) sebagai mentornya.

Pelatihan digelar sejak siang hari, sekira pukul 13.00 WIB. Mereka yang mendapatkan pelatihan, sebagian besar adalah ibu-ibu yang tinggal di sekitar Omah Betakan, pun termasuk ada istri-istri dari mantan narapidana terorisme yang tinggal di Yogyakarta. Dua mantan narapidana terorisme perempuan yang berasal dari luar DIY juga tampak mengikuti pelatihan tersebut.

“Kain yang awalnya putih, kami proses menjadi kain yang bermotif alam, yaitu dengan daun-daun dan dengan pewarna alam yang awalnya juga dari daun, seperti kayu tingi, daun ketapang, daun jenetri, kayu secang,” kata Pupung Pursita dari P3I, mentor pelatihan tersebut.


Dia menyebut, pelatihan ini total diikuti oleh 18 ibu-ibu. Pantauan di lokasi, para peserta tampak antusias mengikutinya. Mereka kerjsama dengan teman-temannya, baik saat memilih daun untuk motif kainnya, menempel di kain, sampai proses selanjutnya hingga kain ecoprint itu jadi.

Motif yang mereka pilih beragam, mulai dari daun kayu jati, bunga kamboja, daun sirih hingga daun pakis. Setelah melewati proses yang tak lama, kain itu sudah jadi. Kain-kain itulah yang dibentangkan satu-satu dari mereka sore itu di tepian sawah Betakan.
Memilih aneka daun dan bunga sebagai motif kain ecoprint

“Ibu-ibu ini nantinya diharapkan dapat berkelanjutan dari pelatihan ini, semoga senang melihat hasilnya kemudian bisa memproduksi lagi, minimal untuk dirinya sendiri, diharapkan bisa membantu perekonomian keluarga, itu yang kami harapkan,” lanjut Pupung.

Selepas kain itu jadi, hari sudah Magrib. Kegiatan dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Setelah selesai, mereka membawa pulang kain ecoprint buatan mereka sendiri.

Muhamad Saifudin, salah satu mantan napiter yang tinggal di dekat Omah Betakan, hari itu datang mengantar istrinya ikut pelatihan, salah satu dari beberapa peserta asal Yogyakarta yang ikut.

“Kegiatan untuk istri-istri (mantan napiter) ini baru pertama kali dilakukan,” kata Saifudin seraya menambahkan kegiatan seperti itu sangat positif dan perlu dikembangkan berkelanjutan.

Peserta tengah menggarap proses pembuatan kain ecoprint di Omah Betakan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (18/4/2022). Foto-Foto: Ruangobrol.id/Eka Setiawan

Hal senada disampaikan Tasnima Salsabila alias Salsa, yang juga seorang mantan napiter perempuan.

Alhamdulillah, bagiku ini acara yang luar biasa. Bisa menumbuhkembangkan minat dan kreativitas baru. Sangat mengesankan sekali bagiku, kayaknya aku sangat minat sekali dengan ecoprint,” kata Salsa, bukan nama sebenarnya kepada ruangobrol.id, Senin (18/4/2022) via telepon.  


Dia juga berharap kegiatan seperti itu dapat berkelanjutan. Sebab, dirinya melihat pula peserta yang lain juga sangat antusias mengikutinya. Terlebih setelah melihat kain ecoprint karya mereka sendiri sudah jadi. Di pelatihan tersebut, Salsa juga bertemu dengan Teteh (bukan nama sebenarnya), yang juga mantan napiter perempuan kasus rusuh Mako Brimob 2018 silam. Mereka berdua tampak antusias mengikutinya.

“Sejak di penjara dulu, ini baru pertama kali (ada pelatihan yang diikutinya). Kalau dulu di Lapas kan aku diisolasi,” tutup Salsa.

 

Komentar

Tulis Komentar