Tak Perlu Pertentangkan Agama dan Pancasila

News

by Eka Setiawan

Stabilitas keamanan yang baik jadi faktor penting untuk mendukung pembangunan negara. Untuk menciptakan suasana kondusif, perlu peran serta masyarakat luas, tak bisa hanya mengandalkan pemerintah melalui aparaturnya.

Hal itu salah satunya yang dibahas saat kegiatan Sarasehan Kebangsaan bertema “Pemantapan dan Penguatan Ideologi Pancasila sebagai Wujud Kecintaan kepada NKRI” di Hotel Assalam Syariah, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (5/3/2022). Kegiatan ini diinisiasi Paguyuban Karyawan Aqam, penerbit Buku Islam Solo.

“Di beberapa jurnal internasional, Indonesia dalam sepuluh tahun ke depan akan menjadi 10 besar negara yang menguasai perekonomian global. Namun, perlu diketahui semua itu dapat terwujud jika bangsa ini mempunyai stabilitas keamanan yang aman dan kondusif,” ungkap Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, di lokasi acara.

Saat ini, sebut Wahyu, adalah era revolusi industri 4.0, semua terhubung dengan gadget termasuk ponsel. Sehingga, semua informasi terbuka lewat platform media sosial, di mana banyak paham-paham yang tidak sesuai dengan kultur bangsa ini masuk. Di situlah, informasi-informasi yang tidak akurat masuk atau hoaks hingga ujaran kebencian.

“Untuk itu, di sini kami mengajak saudara-saudara sekalian untuk bersama-sama menjaga Pancasila dan keutuhan NKRI,” ujar Kapolres.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukoharjo, M. Mualim, menyebut Pancasila dan agama pada prinsipnya tidak perlu dipersoalkan, muaranya adalah mencapai kesejahteraan lahir maupun batin pada masyarakat. Pancasila, sebutnya, merupakan kristalisasi kondisi masyarakat yang ada di Indonesia.

“Jadi, nilai-nilai yang ada di Pancasila itu digali dari hal-hal yang menjadi budaya ataupun adat masyarakat Indonesia,” kata Mualim yang hadir pada kegiatan itu.

Menurutnya, pada konteks Islam, nilai-nilainya ada dalam Alquran. Misalnya untuk Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila, pada intinya adalah Tauhid atau ketuhanan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Kab. Sukoharjo, Abdullah Faishol, menyebut setiap negara harus mempunyai landasan ideologi yang dijadikan sebagai dasar negara.

“Ini jadi pedoman hidup bermasyarakat dan bernegara, maka disepakatilah Pancasila sebagai dasar negara,” kata dia.

Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Sukoharjo, Gunawan Wibisono, menyebutkan masyarakat luas perlu mengetahui tentang sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, mulai dari era Hindu Buddha, era kerajaan Islam, kolonial, kebangkitan nasional maupun era menuju kemerdekaan.

“Dalam sejarahnya Indonesia memang terdiri dari kelompok-kelompok yang ingin bersatu dan Sumpah Pemuda merupakan tonggak bersatunya Indonesia,” kata Gunawan.

Kegiatan itu juga dihadiri beberapa tokoh di Solo Raya, di antaranya Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Aris Munandar; Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta, M. Syihabudin hingga Direktur Aqwam, Bambang Sukirno.

Aris Munandar selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia mengatakan seorang Muslim wajib mengikuti apa yang sudah menjadi kesepakatan dalam bernegara, yang sudah menjadi kesepakatan para leluhur atau para pendiri bangsa ini.

“Pancasila tak pernah bertentangan dengan nilai-nilai dalam beragama, justru menguatkan langkah kita dalam beragama,” sebutnya.

Syihabudin dari Dewan Syariah Kota Surakarta mengemukakan Pancasila adalah karakter masyarakat Indonesia.

“Pancasila bukanlah sesuatu yang baru dibentuk, melainkan sudah sejak zaman dahulu,” kata dia.

Sementara, Direktur Aqwam Bambang Sukirno, juga mengatakan hal senada. Dia menyebutkan tidak perlu ada pertentangan antara NKRI dan Islam. Sebab yang diajarkan adalah taat kepada Allah, Rasul dan ulil amri dalam hal ini pemimpin teritorial maupun ulama.

“Berlebihan merupakan hal yang tidak dianjurkan, bahkan dalam hal beragama sekalipun,” ungkapnya.

Bambang Sukirno juga mengemukakan pihaknya siap memfasilitasi penerbitan jika ada dari para mantan narapidana terorisme mempunyai naskah untuk dibuat buku.

Pada kegiatan itu, mantan narapidana terorisme yang hadir adalah Joko Triharmanto alias Jack Harun, Hasan Partono dan Sumarno. Ketiganya dari Yayasan Gema Salam. Ketua Yayasan Persadani, Machmudi Hariono alias Yusuf juga hadir. Kegiatan ini juga dihadiri personil Direktorat Idensos Densus 88/Antiteror Mabes Polri maupun dari Jawa Tengah.

 

 

 

Komentar

Tulis Komentar