Guru Besar Sejarah Undip yang Gusar Sebab Yel-Yel Intoleran Anak SD

News

by Eka Setiawan

Benih-benih sikap intoleran yang “ditanamkan” kepada anak-anak sekolah dasar (SD) menjadi perhatian tersendiri bagi Prof. Dewi Yuliati. Beliau adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip).

Prof. Dewi mengemukakan itu saat kegiatan focus group discussion (FGD) Undip yang digelar Selasa 4 Agustus 2020 via aplikasi Zoom. Para profesor dari Undip, termasuk rektor, aparat keamanan hingga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar ada di FGD itu.

Prof. Dewi bercerita, benih-benih intoleransi keberagaman dilihatnya, salah satunya ada di yel-yel di sejumlah SD sebelum mereka memulai pelajaran sekolah.

“Mohon maaf, ada yang yel-yelnya seperti ini Islam Yes! Islam Yes! Kafir No! Kafir No!, itu yel-yel di anak SD ada yang seperti itu,” kata Prof. Dewi.

Dia melanjutkan, beberapa temuannya yang lain, adalah anak-anak SD itu ternyata lebih banyak menghafal pahlawan-pahlawan dari negara lain.

“Tapi dari negara sendiri (pahlawan) malah tidak (tahu), tidak tahu misalnya siapa itu Diponegoro?,” lanjutnya.

Dia mempertanyakan bagaimana negara (Indonesia) melalui aparaturnya mengawasi hal-hal seperti itu, mengontrolnya. Mengingat Indonesia ini punya wilayah begitu luas, termasuk pulau-pulau. Dia ingin hal-hal seperti ini jadi perhatian serius, sebab akan berpengaruh kepada sikap anak-anak itu nantinya ketika tumbuh dewasa.

“Dari SD sudah tanamkan intoleransi, ini bagaimana (solusinya)?,” sambung Dewi.

Sementara itu, Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam) Polri Brigjen Pol. Umar Effendi yang pada kegiatan itu menjadi salah satu pemateri, menyebut sejauh ini pengawasan dilakukan menggunakan regulasi.

“Memang cikal bakal radikalisme, termasuk di kampus dimulai dari intoleransi, baik sesama agama, berlainan agama termasuk soal rasis,” kata Umar.

 

FOTO RUANGOBROL.ID/EKA SETIAWAN

FGD Universitas Diponegoro via aplikasi Zoom, Selasa 4 Agustus 2020.

 

Komentar

Tulis Komentar