Cerita Tjoki Bagaimana Sultan Brunei Gunakan Salat Jumat untuk Sambung Rasa dengan Warga

News

by Eka Setiawan

Seorang diplomat tak hanya mahir berbahasa asing, tetapi harus punya pengetahuan tentang urusan-urusan teknis di berbagai bidang, sejarah negara atau kawasan tempat bertugas, hingga punya empati terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

Hal itu diungkapkan Praktisi Hubungan Luar Negeri, Tjoki Aprianda Siregar, saat mengobrol dengan ruangobrol.id, Sabtu (13/6/2020) siang via telepon.

Selain hal tersebut di atas, pengalaman tugasnya selama 24 tahun juga mengajarkan banyak hal. Dia memotret peristiwa demi peristiwa yang terjadi di luar negeri, termasuk apa yang dilakukan pemimpin setempat di sana.

Dia mencontohkan bagaimana yang terjadi di Brunei Darussalam. Sultan Haji Hassanal Bolkiah selaku pimpinan tertinggi di sana, menggunakan Salat Jumat dan masjid sebagai momen untuk sambung rasa dengan rakyatnya.

“Sultan ini keliling ketika Salat Jumat dari masjid ke masjid, tak hanya di pusat kota juga sampai di dekat KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), jadi sekali dalam seminggu warga bisa bertemu langsung Sultan, di situ Sultan akan tanyakan langsung kepada warga persoalan-persoalannya, kadang-kadang rakyat ini titipkan surat dalam amplop ke Sultan,” kata Tjoki yang pernah bertugas menjadi Koordinator Fungsi Politik KBRI di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, tahun 2008 - 2011 ini.

Tjoki bercerita, Brunei itu memang negara kecil dan orang Indonesia jarang ke sana. Negara tersebut kaya akan minyak dan punya filosofi nasional Melayu Islam Beraja, disebut Tjoki mirip dengan Pancasila yang ada di Indonesia.

“Melayu itu bahasa Melayu yang dipakai, walaupun ada keturunan Tionghoa, Islam itu sekarang berlaku syariat Islam di sana, sementara Beraja adalah sistem kerajaan, Raja adalah umaro walaupun ada juga majelis ulama di sana,” lanjut Tjoki.

Bentuk pemerintahan di sana adalah monarki absolut. Namun demikian, lewat forum-forum sambung rasa tersebut, sepengetahuan Tjoki, cukup efektif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.

Ketika H+3 Lebaran, Sultan juga menggelar open house di kediamannya, Istana Nurul Iman, khusus untuk menerima warganya. Warga yang hadir bisa puluhan ribu orang, selain silaturahmi juga bisa berkesempatan langsung menyampaikan keluh kesahnya. Sultan dan para petinggi di sana kemudian langsung cepat merespons untuk solusinya.

“Ini yang membuat Sultan disukai rakyat,” kata Tjoki.

Ketika Tjoki bertugas di sana, ada sekira 50 ribu orang warga negara Indonesia yang bekerja di Brunei, mayoritas bekerja di sektor informal sebagai asisten rumah tangga, sebagian kecil berkerja sebagai tenaga ahli perminyakan di Brunei Shell Petroleum. Brunei sendiri memang mayoritas Muslim, ada etnis Melayu, Dayak maupun Tionghoa di sana.

Kenyang Pengalaman

Selain Brunei, Tjoki juga pernah bertugas di Afrika Selatan, kemudian di negara-negara Timur Tengah seperti Afrika Utara, Maroko, Aljazair, Tunisia, Kuwait, Irak hingga Yordania dan di wilayah Asia Timur dan Pasifik.

Tugas maupun kasus yang Tjoki ikut menyelesaikannya di antaranya; soal anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang ditelantarkan di Afrika Selatan, hingga kepentingan kerjasama berbagai bidang termasuk ekonomi bisnis Indonesia dengan negara mitra.

Dia juga sempat bertugas di Irak, saat pemulihan pasca jatuhnya Saddam Husein, dan banyak terjadi aksi teror bom di sana baik oleh ISIS maupun kelompok Alqaeda.

“Sempat takut juga, tapi karena tugas tetap dijalankan. Diplomat itu bertugas memperjuangkan kepentingan Indonesia, termasuk soal bagaimana promosi produk ke sana,” cerita Tjoki.

Dia berharap, generasi muda yang sekarang, jika ingin mengikuti jejaknya menjadi diplomat, setidaknya harus mempersiapkan banyak hal. Tak hanya kecakapan berbahasa asing, tetapi pengetahuan dan empati.

“Harus banyak belajar, banyak baca buku dan suka pelajaran sejarah,” tutup Tjoki yang juga penulis buku “Cara Jitu Jadi Diplomat” ini.

 

FOTO DOK. PRIBADI

Tjoki Aprianda Siregar ketika berdinas di KBRI di Singapura, mengunjungi Singapore Air Show tahun 2015.

Komentar

Tulis Komentar