Teroris Ancam Etnis Tionghoa di Indonesia

News

by Akhmad Kusairi

Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR) mengadakan diskusi Ancaman Terorisme Terhadap Pemerintah, Warga China, dan Etnis Tionghoa di Indonesia. Diskusi yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting ini mengahadirkan Direktur Eksekutif Moh Adhe Bakti dan Mantan Napi Teroris Jaringan Al Qaeda yang juga Pengamat Terorisme Sufyan Tsaury sebagai pembicara. Diskusi ini diikuti oleh berbagai kalangan, seperti peneliti, akademisi, hingga aparat pemerintah.

Adhe Bakti dalam paparannya menyampaikan pasca merebaknya Pandemi Covid19 di Indonesia, Etnis Tionghoa dan Warga Negara China menjadi target dari kelompok teroris. Namun menurut  Adhe, ancaman atau serangan terhadap warga China bukan kali ini saja terjadi. Tetapi sudah lama terjadi. Latar belakang ancaman serangan itu terjadi lantaran adanya kecemburuan sosial dan ekonomi terhadap etnis Tionghoa.

Selain itu latar belakang selanjutnya adalah Krisis Muslim Rohingya di Myanmar. Menurut Adhe kenapa Rohingnya menjadi motif serangan, karena Pelaku represip Muslim Rohingnya adalah berasal Agama Budha. Sementara Agama Budha merupakan agama mayoritas yang dianut oleh etnis Tionghoa di Indonesia.

“Latar belakang serangan terhadap etnis Tionghoa dan Warga Negara China adalah krisis Rohingnya di Myanmaar. Apa hubungannya dengan China? Hal itu karena Pelaku Represip terhadap Warga Muslim Rohingya bergama Budha yang juga menjadi agama mayoritas etnis Tionghoa di China” kata Moh Adhe Bakti dalam Diskusi PAKAR pada Senin (1/6/2020)

Latar belakang berikutnya adalah isu penistaan agama atau Pilkada DKI Jakarta. Isu penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahja Purnama membuat sentimen rasial memanas terutama saat kontestasi Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2017 lalu.

Selanjutnya yang menjadi motif serangan adalah perlakuan semena-mena Negara China terhaap Muslim Uighur di Xinjiang China. Isu Uighur ini seringkali dijadikan justifikasi bagian kelompok radikal dan teroris untuk melakukan kekerasan terhadap Etnis Tionghoa dan Warga Negara China.

Lebih lanjut Adhe menambahkan dalam catatannya ada beberapa serangan yang menargetkan Warga China dan yang terkait dengan China. Pertama adalah ledakan bom Plaza Hayam Wuruk jalan Gajah Mada Jakarta pada 15 April 1999. Pelaku peledakan ini adalah Angkatan Mujahidin Islam Nusantara (AMIN) Pimpinan Eddy Ranto. “Batalion AMIN ini adalah sempalan dari Negara Islam Indonesia (NII). Kenapa Plaza Hayam Wuruk yang diserang? Karena banyak warga China dan kepentingan China di plaza tersebut,” jelas Adhe

Serangan terhadap warga Tionghoa dan Warga Negara China selanjutnya adalah perampokan (Fai) toko Emas Elita Indah Serang pada 22 Agustus 2002. Menurut Adhe Pemilik toko emas ini adalah berasal dari etnis Tionghoa. Pelaku perampokan ini adalah empat orang suruhan Imam Samudra. Salah satu pelaku perampokan toko emas ini adalah juga terlibat dalam Bom Bali pertama.

Komentar

Tulis Komentar