Wisata Dan Pencegahan Radikalisme Kontemporer

Tokoh

by Abu Fida Editor by Redaksi

Dinas Pariwisata Pemprov Jatim mengadakan Pelatihan Penguatan Desa Wisata yang diselenggarakan di Hotel Royal Trawas Mojokerto pada 11-13 Juni 2024. Dalam acara itu turut hadir para eks napiter binaan Idensos Densus 88 Satgaswil Jawa Timur yang tergabung dalam Yayasan Fajar Ihwan Sejahtera (FIS). Mereka yang diundang ini kebetulan dipercaya mengelola sebuah area Wanawisata dan perkebunan kopi di daerah Pacet Mojokerto.

Acara ini telah membuka cakrawala pengetahuan luas akan dunia yang belum saya pijak selama ini. Kegiatan ini banyak sekali manfaatnya terutama bagi pelaku industri pariwisata, apalagi seperti kita sebagai pegiat perdamaian.

Baca juga: Idarah Al-Tawakhusy: Berebut Simpati di Area Tak Bertuan

Pada salah satu kesempatan, Pak Munir dari Pehutani menjelaskan dalam paparannya seraya mengutip surat Ar Ruum ayat 41 bahwa manusia adalah faktor utama dan terpenting dalam mendistorsi alam ciptaan tuhan semesta ini. Betapa dalam arus globalisasi yang semakin pesat, ancaman radikalisme dan terorisme telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh banyak negara di dunia. Radikalisme merupakan paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Sementara itu, terorisme adalah tindakan kekerasan yang ditujukan untuk menciptakan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Kedua hal ini sering kali saling terkait dan menjadi masalah serius yang dapat mengancam keamanan dan stabilitas suatu negara.

Dalam upaya menanggulangi radikalisme dan terorisme, berbagai pendekatan dan strategi telah diupayakan, baik melalui pendekatan keamanan maupun non-keamanan. Salah satu pendekatan non-keamanan yang semakin mendapat perhatian adalah pemanfaatan sektor pariwisata sebagai sarana pencegahan radikalisme dan terorisme. Melalui tulisan ini, saya akan mengeksplorasi peran industri wisata dalam pencegahan radikalisme kontemporer.

Peran Industri Wisata dalam Pencegahan Radikalisme

1. Mendorong Pemahaman Lintas Budaya:

Salah satu faktor utama yang dapat memicu radikalisme adalah ketidakpahaman dan prasangka terhadap budaya dan tradisi yang berbeda. Seringkali, ketidaktahuan dan stereotip negatif ini dapat memicu sikap xenofobia (kebencian terhadap orang asing) dan intoleransi yang pada gilirannya dapat menjadi lahan subur bagi paham radikalisme. Pariwisata dapat membantu mengatasi masalah ini dengan memfasilitasi interaksi lintas budaya dan memupuk rasa saling pengertian di antara masyarakat yang berbeda.

Melalui perjalanan wisata, individu dapat mengalami langsung keragaman budaya, tradisi, dan cara hidup yang dimiliki oleh masyarakat lain. Interaksi ini dapat menumbuhkan rasa penghargaan dan toleransi terhadap perbedaan, sekaligus menyadarkan bahwa di balik perbedaan itu, terdapat banyak kesamaan yang mengikat kita sebagai manusia. Pemahaman lintas budaya ini dapat menjadi tameng yang kuat dalam Mencegah tumbuhnya kebencian dan radikalisme.

2. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan masyarakat.

Adalah Kemiskinan dan ketimpangan ekonomi merupakan salah satu faktor pendorong radikalisme. Individu atau kelompok yang hidup dalam kemiskinan dan ketidakadilan ekonomi dimana seringkali merasa frustrasi dan mudah tersulut oleh ajaran radikal yang menjanjikan perubahan drastis. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan mengurangi ketimpangan menjadi kunci penting dalam mencegah radikalisme.

Baca juga: Idarah Al-Tawakhusy dalam Jihad yang Disalahpahami (1)

Begitu juga Pariwisata dapat berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Sektor pariwisata melibatkan berbagai industri seperti perhotelan, restoran, transportasi, kerajinan tangan, dan lain-lain.

Pengembangan pariwisata dapat memberikan dampak multiplier effect bagi perekonomian lokal dan menciptakan peluang usaha baru bagi masyarakat sekitar. Dengan meningkatnya peluang ekonomi dan kesejahteraan, masyarakat terutama pegiat perdamaian akan lebih terlindungi dari ajaran radikal yang seringkali memanfaatkan kondisi kemiskinan sebagai lahan subur penyebarannya.

3. Mempromosikan Perdamaian dan Resolusi Konflik

Pariwisata juga dapat menjadi sarana untuk mempromosikan perdamaian dan resolusi konflik. Melalui perjalanan wisata, individu dapat mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang menjadi saksi bisu konflik dan kekerasan masa lalu. Pengalaman ini dapat menumbuhkan kesadaran akan dampak destruktif dari konflik dan pentingnya menjaga perdamaian.

4. Pariwisata juga dapat menjadi media untuk mempromosikan dialog dan pemahaman antar-kelompok yang pernah terlibat konflik.

Dengan saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain melalui pariwisata, kelompok-kelompok yang berbeda dapat menghapuskan prasangka dan mencairkan ketegangan yang ada. Ini merupakan langkah awal yang penting dalam membangun rekonsiliasi dan resolusi konflik yang berkelanjutan.

5. Mendorong pemberdayaan masyarakat lokal serta menjadi bagian dalam upaya reintregasi eks napiter yang masih merah

Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan juga akan mendorong pemberdayaan masyarakat lokal. Masyarakat lokal dapat terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata seperti menjadi pemandu wisata, menyediakan akomodasi, menjual kerajinan tangan, dan lain-lain. Keterlibatan ini tidak hanya memberikan peluang ekonomi, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budaya dan tradisi mereka.

Baca juga: Idarah Al-Tawakhusy dalam Jihad yang Disalahpahami (2)

Ketika masyarakat lokal merasa dihargai dan dilibatkan dalam pengembangan pariwisata, mereka akan lebih resisten terhadap pengaruh radikalisme. Rasa memiliki dan kebanggaan terhadap identitas budaya mereka akan menjadi tameng yang kuat menghadapi paham-paham radikal yang seringkali menentang nilai-nilai lokal dan menganjurkan perubahan drastis yang merusak

Apalagi bila pemain wisata ini teman-teman dalam proses rehabilitasi dan reintregasi maka ini bagian dari usaha untuk terus menyibukkan tangan dengan kegiatan positif yang bermanfaat



Tantangan dan Strategi Implementasi

Meskipun memiliki potensi besar dalam mencegah radikalisme, pemanfaatan pariwisata sebagai sarana pencegahan juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah pengelolaan pariwisata yang kurang berkelanjutan dan tidak melibatkan masyarakat lokal. Jika pengembangan pariwisata hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu dan mengabaikan kepentingan masyarakat lokal, justru dapat memicu kecemburuan dan kekecewaan yang akhirnya menjadi lahan subur bagi radikalisme.

Oleh karena itu, pengembangan pariwisata sebagai sarana pencegahan radikalisme harus dilakukan dengan strategi yang tepat. Strategi tersebut meliputi:

1. Melibatkan masyarakat lokal dan terutama para pejuang perdamaian secara aktif dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata.ini akan kita rasakan manfaat ekonomi dari pariwisata dapat dinikmati secara adil oleh masyarakat lokal.

2. Mempromosikan pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

3. Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat lokal dan pegiat perdamaian agar dapat terlibat langsung serta andil dalam usaha-usaha pariwisata.

4. Mengintegrasikan Program-program pencegahan radikalisme dalam kegiatan pariwisata, seperti diskusi, pameran, dan pertukaran budaya.

Dengan mengimplementasikan strategi yang tepat, pariwisata dapat menjadi kekuatan yang efektif dalam mencegah radikalisme dan terorisme, sekaligus mendorong pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Radikalisme dan terorisme merupakan ancaman global yang memerlukan upaya pencegahan dari berbagai sektor, termasuk sektor pariwisata dengan memberikan kesempatan kepada teman teman yang pernah terpapar untuk ikut menyibukkan diri dalam suatu yang bermanfaat

Sebaik baik manusia adalah yang bermafaat bagi manusia yang lain

Trawas 13 juni 2024

Abu Fida

Pegiat Perdamaian

(Foto: Dokumentasi pribadi Abu Fida)

Komentar

Tulis Komentar