Menemukan Cinta dari Balik Jeruji Penjara

Tokoh

by Kharis Hadirin

Cinta merupakan rasa yang dimiliki setiap orang. Bahkan cinta merupakan hak dari setiap manusia yang ada di dunia, sehingga setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai oleh orang lainnya. Namun bagaimana jika cinta tersebut justru bersemi dari balik penjara?

Adalah Abu Abdillah, seorang terpidana kasus terorisme yang kini masih mendekam di balik penjara.

Sebelum ia terjerat dalam kasus tersebut, ia merupakan salah satu pelaku yang terlibat dalam penembakan anggota polisi di Maluku pada pertengahan 2005 lalu. Akibat dari insiden ini, 5 anggota kepolisian gugur tertembus peluru tajam.

Abdillah bersama beberapa temannya akhirnya berhasil ditangkap. Dia divonis penjara seumur hidup oleh majelis pengadilan sebagai akibat perbuatannya.

Tidak banyak hal yang bisa ia lakukan kecuali hanya memasrahkan hidup pada suratan takdir. Ia menyadari bahka perbuatan yang ia lakukan bukanlah perkara ringan, terlebih hal tersebut menyangkut institusi negara.

Tapi toh rasa kecewa tak akan bisa membalikkan keadaan. Maka mau tidak mau, ia harus menjalani sisa hidupnya di dalam penjara.

Menjalani status sebagai narapidana dengan vonis seumur hidup, tentu bukanlah perkara mudah. Pasalnya, ia tidak tahu akan sampai kapan dirinya berada di dalam pengapnya penjara. Memikirkan hal tersebut, ia gamang menatap masa depannya.

Di sisi lain, ia masih bujang dan memiliki orangtua yang sudah ringkih. Berharap untuk bertemu dengan orangtua, tentu tidak mungkin. Kondisi jarak yang jauh, sulitnya moda transportasi, akan sulit bagi keluarganya untuk melakukan perjalanan. Terlebih mereka juga bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan.

Sementara, kadang muncul keinginan untuk menikah dan melepas status lajangnya. Namun buru-buru ia menepis keinginan tersebut. Baginya, perempuan mana yang rela menikah dengan dirinya yang seorang terpidana dengan hukuman seumur hidup.

Sering ia cemburu kala melihat narapidana lain menerima kunjungan istri dan anak-anaknya. Jika demikian, ia hanya akan berlalu dan menyibukkan diri dengan berkumpul bersama narapidana lainnya.

Hingga tahun demi tahun berganti, ia semakin dirundung gelisah. Hampir setiap malam ia menenggelamkan diri dalam kidung-kidung doa. Sementara harapan untuk mendapat jodoh tak juga kunjung tiba.

Kadangkala ia hampir menyerah, namun firman Tuhan meneguhkan kembali agar dirinya tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Perihal jodoh, semua sudah ada masanya. Kadang ia dicepatkan jodohnya, atau bisa juga diakhirkan.

Dan benar saja, menjelang tahun 2014 atau setelah 7 tahun masa penantian. Ia menerima sebuah kabar bahagia, seorang gadis bersedia menerima pinangan dirinya. Berkali-kali Abdillah menanyakan kepada calon walinya akan kepastian berita tersebut.

Ia kemudian dipertemukan dalam momen sakral, prosesi taaruf di dalam bilik kamar penjara. Bergetar hatinya kala mendengar jawaban dari seorang gadis yang menjadi calon istrinya. Ia menerima dengan ikhlas pinangan Abdillah tanpa ada paksaan sedikitpun dari siapapun.

Tak kuasa menahan tangisnya, Abdillah kemudian merangkul walinya. Ia tidak pernah membayangkan jika ada seorang gadis yang mau menerima kondisi dirinya sebagai pesakitan di dalam penjara.

Dan sebulan pasca pertemuan tersebut, keduanya pun melaksanakan prosesi pernikahan secara sederhana di dalam penjara dengan disaksikan narapidana lain juga pihak lapas.

Dari kisah tentang Abu Abdillah ini tentu kita belajar, bahwa siapapun tetap punya hak untuk mendapatkan cinta dan merayakannya meski dirinya seorang terpidana sekalipun.

Erich Fromm dalam bukunya ‘The Art of Loving’ menjelaskan, “Love is a decision, it is a judgment, it is a promise. If love were only a feeling, there would be no basis for the promise to love each other forever. A feeling comes and it may go. How can I judge that it will stay forever, when my act does not involve judgment and decision.

Baginya, cinta merupakan sesuatu yang aktif yang dapat memecahkan tembok yang menjadi pemisah antara dua insan, juga dapat menyatukan seseorang dengan yang lainnya.

 

Sumber ilustrasi https://cdn.pixabay.com/photo/2015/03/30/20/33/heart-700141_960_720.jpg

Komentar

Tulis Komentar