Kali Pertama Pergi dengan Jujur (Bagian 2)

Other

by Administrator

Oleh: Hadi Masykur

Selepas mengerjakan Salat Zuhur, saya persiapan berangkat menuju Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang untuk bertemu dengan Pak Huda. Beberapa waktu sebelumnya, Pak Huda memberi kabar kalau sudah sampai Jakarta dan akan meneruskan penerbangan ke Semarang.

Saya naik ojek online menuju terminal. Sebelumnya, dari pagi, saya sudah bantu ibu belanja, memasak dan jualan di warung sebuah kampus di Kabupaten Semarang. Istri dan anak ragilku alias anak terakhir kini yang sekarang membantu ibu berjualan ketika saya pergi ini.

Baca Juga: Perjumpaan Awal dengan Pak Huda (Bagian 1) 

Bagi saya, kepergian kali ini sangat berbeda sekali dengan yang mungkin selama hampir 20 tahun belakangan ini tidak pernah saya lakukan. Adalah saya berpamitan dengan jujur akan pergi ke mana dan bersama siapa. Saya katakan ke keluarga akan pergi ke Jepara bersama Pak Huda.

Kalau dulu-dulu, saya nyaris tidak pernah berterus terang ke mana tujuan akan pergi, hendak bertemu siapa, apa urusannya. Karena masa-masa dulu kegiatan yang saya ikuti hampir semuanya bersifat rahasia.

Tak lama, sampai juga saya di terminal. Saat itu gerimis mulai membasahi bumi. Dari teminal menuju bandara, saya lanjut menggunakan transportasi umum BRT.

Alhamdulillah, sampai juga di bandara. Ternyata Pak Huda belum sampai, pesawatnya belum mendarat. Saya menunggu saja, sebagaimana keinginanku lebih baik menunggu daripada ditunggu.

Tak lama, pesawat yang ditumpangi Pak Huda mendarat di bandara. Kami akhirnya bertemu di sana. Selain kami, ada juga driver dan mobil yang sudah menunggu kami, disiapkan panitia untuk mengantarkan.

Mobil perlahan bergerak ke luar bandara, membelah ramainya lalu lintas Kota Semarang. Kami mencari warung karena perut terasa lapar. Karena Pak Huda ingin makan yang segar, oleh driver diarahkan ke sebuah warung soto legendaris.

Rampung makan, kami melanjutkan perjalanan menuju Jepara. Ketika itu sudah sore, sehingga lumayan terjebak macet di beberapa titik. Alhamdulillah tol Demak ternyata sudah buka fungsional, sehingga cukup menyingkat waktu tempuh ke Jepara.

Kami tiba di Jepara saat hari sudah gelap. Sebelum masuk hotel, kami menyempatkan diri mencari makan malam. Kembali sang driver yang memilihkan, meskipun antreannya agak lama tapi masakan di sana nendang rasanya.

Oh ya! Warung tempat kami makan malam itu pemiliknya termasuk amanah lho. Sebab, ada barang kami yang tertinggal, hampir 3 jam kami cari ternyata barang tersebut ditemukan pengunjung yang kemudian disimpan pemilik warung.

Hari mulai larut, kami masuk hotel tempat kami menginap. Hotel yang sudah disiapkan panitia.

Perjumpaan dengan Orang-Orang Baru

Esok hari, selepas Salat Subuh, Pak Huda mengajak saya berjalan-jalan di sekitar hotel. Kali pertama, saya dikenalkan dengan Ibu Lies Marcoes, salah satu pemateri di acara sore harinya selain Pak Huda.

(Baca juga: Ribuan Ulama Perempuan Bertemu Perjuangkan Hak Keadilan Perempuan)

Sembari menikmati sejuknya udara pagi, kami berjalan keluar hotel menyusuri pantai yang indah menawan. Sampailah kami ke sebuah warung sederhana; memesan pecel untuk sarapan. Ternyata rasanya luar biasa. Alhamdulillah.

Begitu kembali ke hotel, ternyata sudah ada Mbak Ani. Dia kameramen di Ruangobrol.id (Kreasi Prasasti Perdamaian) sekaligus seorang pembuat film.

Kami mengobrol di restoran hotel. Diskusi terjadi spontan, antara saya, Pak Huda dan Mbak Ani. Tak lama, datang pula rombongan keluarga Pak Huda dari Yogyakarta. Kami berbincang ringan, suasananya hangat kekeluargaan.

Menjelang siang, kami bergerak meninggalkan hotel menuju lokasi acara. Kami sempat transit ke Pantai Empu Rancak, atas rekomendasi penjaga restoran hotel, untuk menikmati makan siang.

Meski jalannya lumayan masuk dari jalan utama, tapi rasa lelah perjalanan terbayar lunas ketika kita menikmati hidangan yg disediakan. Ada ikan bakar, ikan goreng juga bandeng serani.

Sesampainya di lokasi acara ternyata masih ada beberapa jam sebelum sesi Pak Huda. Ketika kami sedang mengikuti salah satu kelas yang membahas soal khitan bagi perempuan, kami berjumpa Ustaz Syafaat Muhammad dan Kang Dedi. Mereka berdua dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas) Kementerian Agama Republik Indonesia.

Pak Huda mengenalkan saya ke mereka berdua. Ternyata, Ustaz Syafaat memberikan undangan bagi Yayasan Persadani, tempat di mana saya bergabung setelah bebas, untuk ikut dialog nasional kebangsaan. Lokasi acaranya di Bandung, Jawa Barat.

Saya langsung mengiyakan. Bagi saya, tawaran ini sangat berharga dan sayang kalau sampai dilewatkan.

Sementara itu, setelah selesai acara KUPI, kami persiapan pulang ke Semarang. Sembari menunggu mobil dari panitia yang akan mengantar, saya berkenalan dengan Pak Munajat. Sosok yang selama ini ingin saya temui namun belum kesampaian karena belum ada waktu yang pas.

[caption id="attachment_14899" align="alignnone" width="1600"] Bertemu Pak Munajat (foto-foto: Dok Pribadi)[/caption]

Alhamdulillah, takdir Allah mengarahkan saya ke acara ini. Mempertemukan saya dengan orang-orang hebat…(bersambung)

Komentar

Tulis Komentar