Bagi penikmat musik progresif rock tentu sudah tidak asing lagi dengan nama band legendaris asal Boston, Amerika Serikat, Dream Theater. Band yang berdiri pada 1985 digawangi oleh John Petrucci (gitar), Mike Portnoy (drum) yang kemudian digantikan Mike Mangini dan John Myung (bass) ini memang mengusung konsep musik yang tidak “biasa-biasa” saja.
Dream Theater memang membawa karya yang cenderung tidak lazim sebagaimana musik pada umumnya. Sebab, hampir semua karya musiknya—mulai dari alur dinamika arransemen yang sangat kompleks, rumit, birama dan ketukan berubah-ubah, durasi yang sangat panjang, hingga lirik berjenis prosa dengan tema-tema berat—membutuhkan energi khusus untuk sekadar mendengarkannya.
Kali ini, ruangobrol.id mencoba mereview salah satu lagu Dream Theater berjudul “In The Name Of God”. Lagu yang berdurasi 14 menit 16 detik ini menjadi lagu ketujuh dan terakhir di album ketujuh “Train of Thought” yang dirilis pada 11 November 2003. Yang menarik—selain alur arransemennya yang kaya teknik dan berliku-liku, di balik lirik lagu ini memuat penggambaran fenomena paham radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat.
“Listen when the prophet
Mendengarkan ketika nabi
Speaks to you
Berbicara kepadamu
Killing in the name of God
Membunuh atas nama Tuhan..”
Salah satu penggalan lirik tersebut memantik kontroversi dan memunculkan perdebatan penafsiran tentang siapa dan apa sebenarnya yang sedang terjadi. Bahkan tidak sedikit orang menafsirkan bahwa lagu ini menyindir “Islam”. Sebab, isu terorisme dan beberapa insiden pengeboman di Indonesia kerap membawa label “Islam” dan berlatar belakang Jihad. Tetapi apabila hanya dengan menggunakan sudut pandang pada kasus—dan konteks yang terjadi di Indonesia saja—tentu seperti menggunakan kaca mata kuda saja.
Dalam melihat fenomena terorisme yang sangat kompleks, kita perlu keluasan cara pandang. Sebab, dalam sejarah menyebut bahwa radikalisme dan terorisme bukan monopoli satu agama. Banyak bukti fakta sejarah bahwa radikalisme dan terorisme tidak hanya terjadi dalam Islam, tetapi juga terjadi di agama lain, Kristen, Hindu, Buddha dan seterusnya.
BACA JUGA: Fakta Terorisme bukan Monopoli Satu Agama
Lirik lagu yang ditulis oleh John Petrucci dan diarransemen oleh Dream Theater ini lebih menggambarkan atas terjadinya fenomena radikalisme dan terorisme yang dikenal Pengepungan Waco, Texas, Amerika Serikat pada 1993 tersebut menewaskan 86 orang.
David Koresh, memimpin umatnya untuk mati secara bersama-sama. Koresh merupakan pemimpin dari kultus agama Kristen, Branch Davidian. Cerita itu bermula ketika Victor T. Houteff mendirikan suatu afiliasi keagamaan dengan Gereja Gerika Orthodoks. Sekte Protestan tersebut berdiri sejak 1959 kemudian dikenal sebagai The Branch Davidians. Houteff mengumumkan kedatangan Yesus kedua di puncak sebuah bukit di wilayah Texas.
Namun apa yang dikatakan Houteff ternyata tidak terbukti. Oleh karenanya, kepemimpinan diambil oleh beberapa nabi dari sekte tersebut, salah satunya adalah Vernon Howell—yang kemudian mengganti namanya menjadi David Koresh. Dialah nabi yang dipercaya mengamalkan dan mendoktrin ajaran sekte kepada pengikut The Branch Davidians.
Koresh sempat dituding atas kepemilikan senjata api ilegal dan pelecehan seksual terhadap anak-anak di Mount Carmel Center (Pusat Kegiatan Persekutuan Advent) di Kota Waco. Atas hal itulah Bureau of Alcohol, Tobacco, Firearms, and Explosives (BATF) mendapat perintah untuk melakukan penggeledahan.
Namun demikian, sekte pimpinan David Koresh melakukan perlawanan atas tindakan represif dari BATF itu. Pengepungan terjadi selama 51 hari. FBI pun turun tangan bermaksud membubarkan orang-orang di dalam Mount Carmel Center. Namun saat FBI melemparkan gas air mata ke dalam bangunan, para anggota sekte tersebut justru membakar gas-gas hingga berkobar. Mount Carmel Center pun luluh-lantak dilumat si jago merah.
Koresh bersama 85 umatnya melakukan bunuh diri massal di dalam kobaran api. Di dalamnya termasuk ada 17 anak-anak. Ini menjadi insiden bunuh diri massal terbesar setelah insiden bunuh diri massal di Jonestown, 18 November 1978. Saat itu, pendeta Jim Jones memimpin umat People’s Temple menenggak racun potassium cyanide. Lebih dari 910 orang termasuk 276 anak-anak meregang nyawa.
The Branch Davidians percaya bahwa kedatangan Kristus yang kedua dan akhir dunia sudah dekat. Koresh disebut sering berkhotbah tentang kiamat yang akan datang hingga 19 jam. Pasca insiden maut tersebut, ekspresi anak-anak yang selamat terlihat polos. Mereka mengekspresikan imajinasinya melalui gambar: ada ledakan dahsyat, istana di langit dan kata-kata “semua orang akan mati.”
Berikut ini kutipan lirik lagu berjudul In the Name Of God Dream Theater.
[embed]https://www.youtube.com/watch?v=T9UnlRZR8tg[/embed]
Dream Theater - In the Name Of God
How can this be?
Bagaimana ini bisa terjadi?
Why is he the chosen one?
Kenapa dia yang dipilih?
Saint gone astray
Orang suci jadi sesat
With a scepter and a gun
Dengan tongkat dan pistol
Learn to believe
Belajar untuk percaya
In the mighty and the strong
Dalam perkasa dan kuat
Come bleed the beast
Ayo berdarah binatang
Follow me it won't be long
Ikuti aku itu tidak akan lama
Listen when the prophet
Mendengarkan ketika nabi
Speaks to you
Berbicara kepadamu
Killing in the name of God
Membunuh atas nama Tuhan
Passion
Gairah
Twisting faith into violence
Memutar iman menjadi kekerasan
In the name of God
Atas nama tuhan
Straight is the path
Luruskan jalan
Leading to your salvation
Yang mengarah ke keselamatanmu
Slaying the weak
Membantai yang lemah
Ethnic elimination
Penghapusan etnis
Any day we'll all be
Setiap hari kita semua akan
Swept away
Hanyut
You'll be saved
Kau akan diselamatkan
As long as you obey
Selama kau mematuhi
Lies
Kebohongan
Tools of the devil inside
Alat iblis di dalam
Written in Holy disguise
Ditulis dalam menyamar Kudus
Meant to deceive and divide
Dimaksudkan untuk menipu dan membagi
Us all
Kita semua
Listen when the prophet
Mendengarkan ketika nabi
Speaks to you
Berbicara kepadamu
Killing in the name of God
Membunuh atas nama Tuhan
Passion
Gairah
Twisting faith into violence
Memutar iman menjadi kekerasan
In the name of God
Atas nama tuhan
Blurring the lines
Mengaburkan garis
Between virtue and sin
Antara kebajikan dan dosa
They can't tell
Mereka tidak bisa mengatakan
Where God ends
Di mana Tuhan berakhir
And mankind begins
Dan umat manusia dimulai
They know no other life but this
Mereka tahu tidak ada hidup lain tapi ini
From the cradle
Dari buaian
They are claimed
Mereka mengklaim
Listen when the prophet
Mendengarkan ketika nabi
Speaks to you
Berbicara kepadamu
Killing in the name of God
Membunuh atas nama Tuhan
Passion
Gairah
Twisting faith into violence
Memutar iman menjadi kekerasan
In the name of God
Atas nama tuhan
Hundreds of believers
Ratusan orang percaya
Lured into a doomsday cult
Terpikat ke kultus kiamat
All would perish
Semua akan binasa
In the name of God
Atas nama tuhan
Self-proclaimed messiah
Memproklamirkan diri mesias
Led his servants
Memimpin hamba-Nya
To their death
Kematian mereka
Eighty murdered
Delapan puluh dibunuh
In the name of God
Atas nama tuhan
Forty sons and daughters
Empat puluh putra dan putri
Un-consenting plural wives
Tak menyetujui istri jamak
Perversions
Penyimpangan
In the name of God
Atas nama tuhan
Underground religion
Agama bawah tanah
Turning toward
Berbalik arah
The mainstream light
Lampu utama
Blind devotion
Pengabdian buta
In the name of God
Atas nama tuhan
Justifying violence
Kekerasan dibenarkan
Citing from the Holy Book
Mengutip dari Kitab Suci
Teaching hatred
Pengajaran kebencian
In the name of God
Atas nama tuhan
Listen when the prophet
Mendengarkan ketika nabi
Speaks to you
Berbicara kepadamu
Killing in the name of God
Membunuh atas nama Tuhan
Passion
Gairah
Twisting faith into violence
Memutar iman menjadi kekerasan
In the name of God
Atas nama tuhan
Religious beliefs
Keyakinan agama
Fanatic obsession
Obsesi fanatik
Does following faith
Apakah mengikuti iman
Lead us to violence?
Membawa kita ke kekerasan?
Unyielding crusade
Perang salib pantang menyerah
Divine revelation
Wahyu Ilahi
Does following faith
Apakah megikuti iman
Lead us to violence?
Membawa kita ke kekerasan?
Mine eyes have seen the glory
Mataku telah melihat kemuliaan
of the coming of the Lord
dari kedatangan Tuhan
he is trampling out the vintage
ia menginjak-injak keluar peninggalan kuno
where the grapes of wrath are stored
dimana anggur murka disimpan
he hath loosed the fateful lightning
ia telah lepaskan petir naas
of his terrible swift sword
pedang cepat yang mengerikan
his truth is marching on.
kebenarannya berbaris.
glory, glory, hallelujah
glory, glory, hallelujah
glory, glory, hallelujah...
kemuliaan, kemuliaan, haleluya. (*)
Teror Di Balik Lagu “In The Name Of God” Dream Theater
Reviewby Abdul Mughis 28 November 2022 5:12 WIB 2
Komentar