Resensi Buku Kembali Ke Merah Putih

Other

by Arif Budi Setyawan

Akhir pekan lalu, saya dapat kabar dari salah satu mantan klien dampingan saya, Syahrul Munif, bahwa buku yang berisi kisahnya seputar perjalanan bersama kelompok radikal esktrem telah mulai beredar di toko-toko buku. Setidaknya, dia memastikan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sudah mulai beredar.

Gambar desain sampulnya dia kirimkan via pesan WhatsApp (WA), bukunya berjudul “Kembali ke Merah Putih”.

Saya meresponnya dengan buru-buru mencarinya di salah satu platform penyedia belanja online terkemuka. Langsung ketemu! Sebab masih baru, saya dapat harga diskon yang lumayan.

Buku dengan kata pengantar dari Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri Irjen Pol Marthinus Hukom itu memiliki dimensi ukuran 15cm x 23 cm, tebal xii + 292 halaman, ditambah 6 halaman berwarna berisi galeri foto. Ditulis oleh Khoirul Anam, penulis buku “Muhammad Adnan Arsal: Panglima Dami Poso” (2021), dan “Seni Merayakan Patah Hati ala Lord Didi” (2022).

Tiga hari setelah pemesanan, buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo itu telah sampai di rumah dan langsung dibaca. Tak butuh waktu lama untuk menamatkannya. Kurang dari 24 jam saya telah menyelesaikan membacanya. Tentu saja saya membacanya secara maraton.

Bukunya cukup asyik dibaca karena seperti layaknya membaca novel saja. Ini berkat gaya penulisan yang dipilih oleh Khoirul Anam. Pada buku ini dia menjadi narator sekaligus memposisikan diri sebagai pengamat isu radikalisme terorisme.

Dia cukup berhasil dalam menggabungkan cerita yang dituturkan oleh Syahrul Munif dengan penjelasan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya tentang isu radikalisme terorisme.

Syahrul Munif memiliki contoh kisah yang komplet terkait kelompok-kelompok radikal ekstrem yang ada di Indonesia. Sejak menjadi mahasiswa di awal dekade 2000-an, Syahrul telah malang melintang berpindah-pindah kelompok pergerakan yang berpaham radikal ekstrem. Menariknya, kelompok-kelompok yang pernah diikutinya itu masih eksis hingga hari ini.

Ceritanya mengenai bagaimana ia sampai bisa terekrut, kenapa pindah-pindah, sampai terakhir ikut kelompok yang membawanya berangkat bergabung dengan ISIS di Suriah, penting untuk diketahui masyarakat. Masyarakat perlu tahu modus-modus perekrutan yang masih terjadi hingga hari ini. Sehingga bisa mencegah orang-orang terdekatnya agar tidak mudah terekrut oleh kelompok-kelompok radikal ekstrem itu.

Tak kalah penting untuk diketahui khalayak adalah bagaimana ia akhirnya bisa kembali ke jalan yang benar. Pengetahuan ini akan berguna dalam proses menyadarkan kembali orang-orang yang pernah terpapar paham itu. Ini akan menjadi semacam salah satu resep ampuh dalam menyembuhkan orang-orang yang pernah terpapar.

Buku-buku seperti ini menurut saya sangat diperlukan oleh masyarakat yang ingin memahami persoalan radikalisme terorisme di Indonesia. Memahami persoalan radikalisme terorisme sangat penting dalam upaya pencegahan yang melibatkan masyarakat. Tanpa adanya pemahaman bersama, tidak akan ada yang namanya kesadaran bersama dalam melakukan upaya pencegahan.

Sedangkan pemahaman itu sendiri lahir dari pengetahuan yang cukup. Semakin sedikit pengetahuan semakin dangkal pula pemahaman. Di sisi lain, tak dapat dipungkiri bahwa pengetahuan paling berbobot tentang isu radikalisme terorisme adalah yang bersumber dari pengalaman mantan pelaku yang telah bertobat. Cerita pengalaman mantan pelaku lebih mudah diterima dan lebih dapat mempengaruhi emosi pembacanya.

Buku Kembali ke Merah Putih ini tidak hanya mengupas kisah pengalaman Syahrul Munif sebagaimana yang ia tuturkan kepada penulisnya. Tetapi oleh penulis juga disertai penjelasan mengenai fenomena persoalan terorisme yang sedang kita hadapi bersama-sama. Termasuk disisipkan pula data-data dari temuan berbagai penelitian yang dikutip dengan cukup ringkas dan padat.

baca juga: Catatan Akhir Tahun Penanggulangan Terorisme

Komentar

Tulis Komentar