Radikalisasi online telah menjadi fenomena yang menkhawatirkan karena tidak hanya dapat menimbulkan ancaman keamanan negara, tetapi juga keamanan insani yang disebabkan perubahan sikap dan perilaku terhadap sesama yang ekstrem. Dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi informasi, terutama perkembangan Artificial Intelegence, membuat proses radikalisasi online semakin cepat dan semakin tanpa batas.
Di sisi lain kita belum banyak menemukan hal yang sebaliknya, yaitu deradikalisasi online. Pencegahan radikalisasi online melalui produksi dan penyebaran konten-konten kontra/alternatif narratif mungkin sudah ada beberapa pihak yang melakukannya. Tetapi belum banyak ditemukan bukti ada orang yang terderadikalisasi setelah menyimak konten online.
Baca juga: Narasi-narasi Radikalisme-Ekstremisme
Baru-baru ini kami (peneliti KPP) menemukan sebuah fakta baru pada sosok Bayu -bukan nama sebenarnya- salah satu eks napiter kelompok Jamaah Islamiyah (JI). Dia mengaku ketika galau melihat dampak negatif dari perjuangan kelompok JI, dia merasa sangat tercerahkan oleh ceramah-ceramah KH. Baha`uddin Nursalim (Gus Baha`) yang disebarkan oleh para pengikutnya di berbagai platform media sosial. Ceramah-ceramah Gus Baha` itu berhasil membantunya menemukan apa yang seharusnya diperjuangkan dalam hidup ini. Gaya penyampaian Gus Baha` yang mengambil perumpamaan dan contoh dari kehidupan sehari-hari menjadi salah satu yang membuatnya langsung relate dan mudah memahami pesan-pesannya.
Gus Baha` dalam salah satu ceramahnya pernah menyampaikan bahwa bodohnya umat itu salah satu sebabnya adalah karena diamnya orang-orang 'alim (ahli ilmu agama). Pada kesempatan yang lain beliau membuat perumpamaan dengan dokter yang memasang papan nama di depan tempat prakteknya. Bagaimana masyarakat tahu ada dokter ahli kalau tidak diumumkan bahwa di situ ada dokter ahli?
Demikian pula dalam hal keilmuan, utamanya ilmu agama, bagaimana umat tahu ada orang 'alim jika orang 'alim tersebut tidak menunjukkan bahwa dirinya 'alim? Maka ketika ada orang-orang yang bukan 'alim tapi malah terkenal di media sosial hanya karena sering posting konten nasehat dan dakwah, bukan karena kedalaman ilmu agama, seharusnya itu menjadi tamparan bagi orang 'alim. Dengan kata lain, seharusnya materi-materi kajian dari para ‘alim lebih berhak untuk diviralkan.
Dari situlah mungkin yang kemudian menyebabkan para murid Gus Baha` dan para pengikut beliau rajin memposting ceramah-ceramah Gus Baha`. Baik berupa audio maupun video yang kemudian ramai membanjiri media sosial. Sampai kemudian ada anggota JI yang terpesona dan terderadikalisasi oleh ceramah-ceramah Gus Baha`.
Fakta ini meskipun mungkin masih sedikit yang mengalaminya (bisa juga karena kita belum menemukannya), tetapi menjanjikan sebuah harapan akan adanya peluang “deradikalisasi online”. Ke depan mungkin perlu kajian lebih lanjut tentang kenapa konten pengajian Gus Baha` bisa viral dan terbukti ada orang yang terderadikalisasi setelah menyimak ceramah-ceramah Gus Baha`.
Baca juga: Bahaya Radikalisasi Online
Foto Ilustrasi: AI (Canva.com)
Komentar