Pemanfaatan AI: Antara Ancaman Radikalisasi dan Potensi Kontra Radikalisasi Di Ranah Digital

Analisa

by Arif Budi Setyawan Editor by Redaksi

Dalam perkembangan terkini, Artificial Intelligence (AI) memainkan peran yang semakin signifikan dalam kehidupan manusia. Termasuk dalam ranah keamanan dan ancaman terorisme. Di satu sisi, AI memiliki potensi besar untuk mencegah dan mendeteksi aktivitas terorisme melalui analisis data yang cepat dan akurat. Namun di sisi lain, AI juga dapat menjadi alat yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak dengan niat jahat untuk menyebarkan ideologi radikal.



Misalnya saja pemanfaatan algoritma media sosial yang bisa digunakan untuk mempersonalisasi konten bagi pengguna. Oleh kelompok-kelompok ekstremis pro-kekerasan hal ini bisa dikustomisasi untuk menargetkan individu yang rentan dengan propaganda yang disesuaikan dengan preferensi dan keyakinan mereka.



Penyebaran ideologi dan propaganda kelompok radikal-ekstrem dapat membentuk apa yang dikenal sebagai efek echo chamber di dunia maya. Efek echo chamber adalah kondisi di mana individu hanya terpapar pada informasi dan opini yang sama, yang memperkuat keyakinan setiap individu sendiri, tanpa mendapat paparan informasi yang beragam atau bertentangan.



Hal itu dapat dilakukan melalui pembuatan akun palsu atau bot yang menyebarkan informasi menyesatkan dan memanipulasi diskusi online. AI juga memungkinkan otomatisasi produksi konten, di mana video, artikel, atau postingan di media sosial yang mengandung pesan-pesan ekstremis dapat diproduksi dan disebarkan dalam jumlah besar dengan cepat.



Baca juga: Ancaman Di Balik Kemudahan AI: Hilangnya Sikap Kritis Yang Memicu Radikalisasi



Kemudian echo chamber effect memperburuk situasi dengan menciptakan lingkungan informasi yang tertutup dan homogen. Individu yang terperangkap dalam echo chamber hanya akan terpapar pada konten yang mendukung keyakinan mereka, sehingga memperkuat ideologi ekstremis dan mengurangi kemungkinan individu untuk berpikir kritis atau terbuka.



Fenomena tersebut jelas dapat meningkatkan ancaman penyebaran terorisme di ranah digital. Kelompok-kelompok ekstremis dapat memanfaatkan platform digital dan AI untuk memperluas jangkauan propaganda mereka, merekrut anggota baru, dan bahkan mengkoordinasikan serangan dengan lebih mudah.



Namun di sisi lain, AI juga bisa digunakan untuk menjadi alat dalam mendeteksi ancaman terorisme digital yang efektif. Teknologi ini memungkinkan analisis data dalam jumlah besar dari berbagai sumber, seperti media sosial, forum diskusi, dan situs web yang sering dikunjungi oleh kelompok-kelompok radikal.



Dengan desain algoritma pembelajaran mesin yang disesuaikan, AI dapat mengidentifikasi pola dan indikasi aktivitas terorisme, seperti komunikasi yang mencurigakan atau perubahan perilaku online yang drastis pada pengguna. Selain itu, AI juga dapat membantu dalam proses verifikasi berita atau konten hoax secara cepat dan verifikasi identitas pengguna media sosial, sehingga dapat mengurangi risiko penyalahgunaan identitas dalam penyebaran konten negatif.



Dengan demikian, meskipun AI memiliki potensi besar dijadikan alat radikalisasi oleh kelompok radikal, namun pada saat bersamaan AI juga dapat digunakan sebagai alat mendeteksi ancaman terorisme di ranah digital. Dengan pendekatan yang tepat dan komprehensif, kemungkinan besar AI dapat dimanfaatkan untuk menjaga keamanan dan perdamaian di dunia maya, sambil melindungi hak dan kebebasan individu.





(Diolah dari berbagai sumber)



Ilustrasi: By AI

Komentar

Tulis Komentar