Fenomena Perang Siber Pendukung HTS vs Pendukung ISIS

Analisa

by Arif Budi Setyawan Editor by Arif Budi Setyawan

Keruntuhan rezim Bashar Assad seiring jatuhnya Damaskus secara penuh ke tangan pemberontak Suriah hampir sebulan yang lalu masih menjadi topik utama bahasan para pakar dan pengamat. Terutama pakar dan pengamat di bidang hubungan internasional dan keamanan. Perkembangan dan dinamika di lapangan yang berlangsung sangat cepat menjadi tantangan tersendiri bagi para pakar dan pengamat dalam menganalisis.

Salah satu alasan utama kenapa Suriah menjadi fokus perhatian adalah karena yang memimpin faksi-faksi pemberontak adalah kelompok Hayat Tahrir al- Sham (HTS). Kelompok Hayat Tahrir al-Sham merupakan metamorfosis dari kelompok Jabhat al Nusra yang dulu merupakan bagian dari jaringan teroris Al Qaeda. Meskipun ketika pembentukannya di awal 2017, pimpinan HTS, Abu Muhammad Al Jaulani, menyatakan bahwa HTS berlepas diri dari Al Qaeda dan gerakan HTS ke depan akan lebih moderat untuk mengakomodir kepentingan yang lebih besar, tetapi rupanya tetap sulit untuk melepaskan HTS dari bayang-bayang Al Qaeda.

Di Indonesia, kelompok HTS memiliki banyak pendukung, yatu dari kalangan para aktivis pro-jihad di luar pendukung ISIS. Keberadaan mereka biasanya nyaris tidak terdeteksi. Karena sebelum penaklukan Damaskus, mereka tidak aktif memposting kalimat dukungan pada HTS. Paling jauh mereka berani posting kalimat dukungan pada jihad adalah dalam konteks mendukung pejuang Palestina.

Sebagai mantan narapidana teroris yang masih aktif mengikuti perkembangan dunia jihad di ranah online, saya menemukan ada beberapa fenomena menarik setelah penaklukan Damaskus yang perlu kita ketahui bersama. Fenomena yang semakin menunjukkan betapa beragamnya tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

HTS: Memadukan Politik Cerdas dan Moderat dengan Narasi Takdir Keagamaan

Kesuksesan HTS bersama faksi-faksi sekutunya menjatuhkan rezim Bashar Assad dianggap oleh para pendukungnya sebagai bukti HTS lebih hebat dari ISIS. HTS lebih bagus dari sisi strategi dan manajemen kekuatan karena berhasil membentuk aliansi dengan faksi-faksi lain. Tidak seperti ISIS yang mudah terbuai euforia dan kesombongan sesaat yang justru menjadikan semua faksi di luar kelompoknya sebagai musuh.

Dalam pidatonya di Masjid Umayyah Damaskus (8/12/2024), Pemimpin HTS Abu Muhammad al Jaulani menyerukan persatuan dan mengajak rakyat Suriah untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik. Hal ini dianggap sebagai bukti sikap moderat HTS yang akan mengutamakan kepentingan rakyat Suriah daripada kepentingan kelompok. Sikap ini juga dinilai sebagai strategi cerdas untuk memenangkan hati rakyat Suriah sekaligus meredakan kekhawatiran dunia internasional atas masa depan Suriah.

Glorifikasi Para Pendukung HTS Di Media Sosial

Para aktivis pro-jihad itu selalu mengharapkan keberlangsungan jihad di muka bumi meskipun mereka tidak terlibat di dalamnya. Mendukung jihad seakan menjadi sebuah kewajiban bagi mereka. Sehingga ketika sebuah operasi jihad meletus di suatu tempat, terlebih lagi di Bumi Syam (Palestina, Lebanon, Yordania, dan Suriah), mereka sangat antusias memberikan dukungan, minimal membantu dalam bentuk doa dan menyebarkan narasi dukungan.

Jihad di Bumi Syam telah lama menarik perhatian para aktivis pro-jihad dari seluruh dunia. Hal ini dikarenakan adanya teks-teks hadits dari Nabi Muhammad tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman yang menyebut Bumi Syam. Beberapa di antaranya menyebut Bumi Syam sebagai pusat negeri Islam pada akhir zaman, sebagai benteng terakhir perang dahsyat di akhir zaman, sebagai lokasi turunnya Nabi Isa AS, sebagai tempat Dajjal akan menemui ajalnya, dan sebagai tempat keimanan sejati di akhir zaman.

Kajian-kajian eskatologi sangat mempengaruhi narasi yang diusung oleh para pendukung jihad di Bumi Syam. Ketika banyak eksperimen jihad yang gagal di berbagai negeri sejak setengah abad yang lalu, ditambah kenyataan api jihad yang selalu menyala di Palestina (bagian dari Bumi Syam), belakangan ini membuat para aktivis pro-jihad semakin meyakini jihad terbaik adalah yang terjadi di Bumi Syam. Meskipun sempat muncul ISIS yang merusak jihad di Bumi Syam, tetapi ini tak mengubah harapan akan keberlangsungan jihad yang benar dan diberkahi di Bumi Syam.

Maka tidaklah mengherankan bila setelah penaklukan Damaskus para pendukung HTS ramai-ramai menunjukkan dukungannya melalui unggahan di media sosial mereka. Dari narasi yang beredar di media sosial, para aktivis pro-jihad gembira atas kemenangan itu dan berharap dengan jatuhnya rezim Assad dapat memudahkan jalan bagi mujahidin untuk masuk ke Palestina. Sebagian lagi menampilkan narasi bahwa kemenangan atas rezim Assad itu sebagai bagian dari tahapan menuju perang akhir zaman di mana umat Islam yang akan keluar sebagai pemenangnya.

Baca juga: Hay’at Tahrir al-Sham: Sempalan Al-Qaeda Yang Merebut Aleppo 

Potensi Ancaman Dari “Perang Siber” Pendukung HTS vs Pendukung ISIS

Di sisi lain, para pendukung ISIS juga gencar mengunggah narasi-narasi yang menghujat dan menjatuhkan HTS. Perseteruan antara ISIS dan HTS di masa lalu masih terus terbawa oleh para pendukungnya hingga saat ini. Para pendukung ISIS banyak mengunggah kutipan fatwa para pemimpin ISIS tentang kesesatan kelompok HTS dan menyerang pribadi Al Jaulani. Mereka juga melemparkan berbagai tuduhan negatif yang minim bukti terhadap HTS.

Pihak pendukung ISIS mengklaim bahwa mereka melakukan itu sebagai bentuk pembelaan atas pengkhianatan yang dilakukan HTS kepada ISIS. Mereka meyakini penyebab utama kekalahan ISIS di Suriah dan Irak karena HTS bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memerangi ISIS. Sedangkan di kubu pendukung HTS menyebut dukungan dan pembelaan mereka atas pencapaian HTS merupakan kewajiban membela kehormatan mujahidin.

“Perang Siber” antara pendukung HTS dan pendukung ISIS akan menciptakan gelombang kampanye baru tentang fenomena jihad global. Adu argumen di antara kedua kubu akan melahirkan persepsi-persepsi baru tentang peristiwa yang sedang terjadi di Suriah. Dan persepsi baru itu bisa jadi akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan.

Misalnya bagi pendukung HTS yang kemudian tertarik untuk terlibat dalam penggalangan dana bagi HTS. Ini mungkin saja terjadi, apalagi disinyalir masih ada WNI yang tergabung di kelompok HTS yang bisa menjadi penghubung antara pendukung di Indonesia dengan pihak HTS.

Atau di kubu pendukung ISIS yang kemudian ingin melakukan aksi serangan terhadap musuh-musuhnya agar tidak diremehkan oleh para pendukung HTS. Ini sudah terjadi di Afghanistan baru-baru ini. Kelompok terafiliasi ISIS yaitu IS-K(Islamic State Khurasan) melakukan serangan bom bunuh diri yang menewaskan menteri Taliban urusan pengungsi, Khalil-Ur-Rahman Haqqani sewaktu ia keluar gedung kantornya di Kabul (11/12/2024).

Bukan tidak mungkin pendukung ISIS di Indonesia juga akan melakukan aksi serangan meskipun dalam skala yang jauh lebih kecil untuk sekedar menunjukkan eksistensi mereka. Apalagi jika sampai ada perintah atau arahan dari pimpinan ISIS untuk melakukan serangan sebagai upaya menandingi popularitas HTS.

Sebagai mantan pengikut kelompok teror, saya sangat mengkhawatirkan akan hal itu bila melihat pola yang sedang terjadi. Tetapi sebagai anak bangsa, saya selalu berharap semoga kekhawatiran itu tidak terjadi.

Ilustrasi: GettyImages

Komentar

Tulis Komentar