Menelusuri Kota Bekas “Medan Jihad” Jamaah Islamiyah di Masa Lalu (2-habis)

Other

by Arif Budi Setyawan

Kota dengan Nuansa Musik yang Kuat


Konon masyarakat Ambon memandang musik sebagai kebutuhan primer, mungkin sama pentingnya dengan makanan dan sandang. Ketika berkendara dari bandara menuju pusat kota, saya melihat semboyan raksasa Ambon City of Music tertancap di pinggir jalan. Di jalan-jalan kota, hampir seluruh angkot mendentumkan musik hingga menyerupai klub malam berjalan.


Selama saya berada di Ambon, kota ini memang seperti tak henti bernyanyi. Sepanjang hari, sejak pagi, siang, sore, hingga malam tiba, saya selalu menemukan suara orang menyanyi terdengar di mana-mana. Tempat-tempat seperti pasar, pinggiran pantai, warung kopi, restoran, bahkan di dalam angkot nyaris tak pernah sepi oleh dendang. Mungkin menyanyi di Tanah Maluku memang tidak sekadar untuk menghibur diri, tetapi juga untuk merekatkan diri.


Musik dan Kota Ambon seperti tidak dapat dilepas pisahkan. Musik seakan-akan telah menjadi nadi pergerakan dari sebuah kota yang dikenal dengan julukan Ambon Manise ini. Karena intuisi bermusik secara lahiriah seakan sudah melekat di dalam nadi dan darah orang Ambon, maka muncullah ungkapan “orang Ambon sejak didalam rahim sudah bisa bernyanyi atau bersenandung”.


Ungkapan ini tidak berlebihan. Ambon atau Maluku memang telah melahirkan banyak penyanyi top bersuara emas. Sebut saja Franky Sahilatua, Bob Tutupoly, Ruth Sahanaya, Harvey Malaiholo, Utha Likumahua, Melly Goeslow, Glenn Fredly, dan masih banyak lagi.


Pantai Kota Jawa yang Syahdu


Hari ketiga saya berada di Ambon, saya bertanya kepada warga lokal yang saya temui, di mana bisa menikmati malam dengan view Teluk Ambon di malam hari sekaligus menikmati kuliner khas Ambon. Dia kemudian menyarankan agar saya mengunjungi Pantai Kota Jawa.


Namanya Pantai Kota Jawa, tapi pantai ini adanya di Teluk Ambon. Pantai ini terletak di Jalan Ir. M. Putuhena, Kelurahan Rumah Tiga, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku. Masuk Pantai Kota Jawa tidak dikenakan biaya alias gratis. Hanya perlu bayar parkirnya saja.


Menurut penuturan salah satu pengunjung, tempat ini juga menjadi lokasi favorit ngabuburit di bulan Ramadan. Ada beberapa titik ngabuburit lainnya di Kota Ambon, tapi yang paling ramai biasanya terlihat di Pantai Kota Jawa.


Selain lokasinya yang mudah dijangkau, di Pantai Kota Jawa pengunjung bisa menikmati indahnya Kota Ambon dari seberang laut. Di tempat ini juga bisa melihat sunset dengan sangat jelas. Sayangnya menjelang petang hujan mengguyur Kota Ambon dan sekitarnya, sehingga saya baru bisa kesana selepas Maghrib. Beruntung, malam itu langit cerah setelah diguyur hujan.


Tempat ini juga menjadi pusat kuliner yang menjual makanan khas Maluku hingga kuliner nusantara lainnya seperti bakso, nasi goreng, soto, dan lainnya. Ada banyak warung tenda berjejer di sepanjang kawasan pantai.


Malam itu saya mewujudkan imajinasi tentang suasana Teluk Ambon di malam hari yang menjadi salah satu latar cerita dalam novel yang saya tulis ketika berada di penjara dulu. Memandang Kota Ambon yang bertaburkan kelap-kelip lampu dari seberang yang dipadukan dengan pemandangan laut Teluk Ambon yang tenang. Ditemani dengan segelas air jahe gula merah yang ditaburi kacang kenari dan sepiring pisang bakar dengan saus gula merah kental. Sungguh ini sebuah pemandangan yang cantik dengan suasana yang syahdu dan tenang.


Meskipun pernah menjadi “medan jihad” kelompok Jamaah Islamiyah di masa lalu, namun Kota Ambon memang tetap manise. Bagi saya, Kota Ambon adalah kota yang energik dan dinamis tapi memiliki sisi lembut dan romantisme.


baca juga: Menelusuri Kota Bekas “Medan Jihad” Jamaah Islamiyah di Masa Lalu (1) 

Komentar

Tulis Komentar