Abu Mus'ab As-Suri, atau nama aslinya Mustafa bin Abd al-Qadir Seet Mariam Nasar, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan ideologi jihad global. Lahir di Aleppo, Suriah pada tahun 1958. As-Suri telah menjadi figur kunci dalam membentuk strategi dan pemikiran gerakan jihad kontemporer. Tulisan ini akan mengeksplorasi latar belakang, karya, dan yang terpenting, evolusi pemikirannya terutama terkait dengan kritiknya terhadap kekerasan di Aljazair.
Latar Belakang dan Awal Karir
As-Suri tumbuh di lingkungan kelas menengah di Suriah dan menunjukkan bakat akademis sejak usia muda. Ia menempuh pendidikan teknik mesin di Universitas Aleppo, di mana ia juga mulai terlibat dalam aktivisme politik Islam. Pada akhir 1970-an, ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin Suriah, menandai awal keterlibatannya dengan gerakan Islam politik.
Konflik dengan rezim Ba'ath Suriah mendorong As-Suri meninggalkan negerinya pada tahun 1980. Ia kemudian menghabiskan beberapa tahun berpindah-pindah antara Yordania, Irak, dan akhirnya menetap di Eropa. Periode ini menandai awal dari studinya yang mendalam tentang strategi militer dan teori revolusioner, yang akan membentuk pemikirannya di kemudian hari.
Keterlibatan dengan Jihad Global
Perjalanan As-Suri ke Afghanistan pada akhir 1980-an menjadi titik balik dalam karirnya. Di sana, ia bertemu dengan tokoh-tokoh kunci dalam gerakan jihad, termasuk Osama bin Laden dan Abdullah Azzam. Meskipun awalnya sinis terhadap strategi Al-Qaeda, As-Suri akhirnya menjadi salah satu pemikir paling berpengaruh dalam lingkaran jihad global.
Selama periode ini, As-Suri mulai mengembangkan teorinya tentang "jihad individual" dan "perlawanan tanpa pemimpin", konsep yang akan menjadi sangat berpengaruh dalam strategi jihad modern. Ia menekankan pentingnya sel-sel kecil dan aksi individual, berpendapat bahwa struktur organisasi yang lebih longgar akan lebih sulit dideteksi dan dihancurkan oleh otoritas keamanan.
Karya-karya Utama
As-Suri adalah penulis produktif, dengan karya-karyanya menjadi rujukan penting dalam literatur jihad. Beberapa karya utamanya meliputi:
1. "Seruan Perlawanan Islam Global" (Dakwah al-Muqawamah al-Islamiyyah al-'Alamiyyah)
Sebuah teks panjang yang menggabungkan analisis historis, kritik terhadap strategi jihad sebelumnya, dan proposal untuk perjuangan masa depan.
2. "Pengalaman Revolusi Jihad di Suriah" (Tajribat al-Thauroh al-Jihadiyaah Fie Suriya)
Sebuah analisis kritis tentang kegagalan pemberontakan Ikhwanul Muslimin di Suriah.
3. "Muslimin di Asia Tengah dan Perang Chechnya" (al-Muslimun Fie Wasath Asiaa Wa-Ma'rakat al-Shyisyan)
Sebuah studi tentang konflik di Kaukasus dan implikasinya bagi jihad global.
Pemikiran Awal dan Strategi
Dalam karya-karyanya yang awal, As-Suri mengadvokasi pendekatan yang lebih terdesentralisasi terhadap jihad. Ia mengkritik struktur hierarkis tradisional organisasi jihad, berpendapat bahwa mereka rentan terhadap infiltrasi dan penghancuran. Sebagai gantinya, ia mengusulkan model "sistem, bukan organisasi", di mana individu-individu atau sel-sel kecil dapat melakukan aksi tanpa koordinasi langsung dari pusat komando. Kelak, konsep ini melahirkan apa yang dikenal sebagai gerakan teror “Lone Wolf”.
As-Suri juga menekankan pentingnya pendidikan dan indoktrinasi ideologis. Ia berpendapat bahwa menciptakan "budaya jihad" di kalangan Muslim adalah sama pentingnya dengan aksi militer langsung. Pemikirannya tentang hal ini tercermin dalam volume besar materi pelatihan dan indoktrinasi yang ia produksi.
Di Afghanistan, As-Suri dikenal sebagai salah satu pembela Taliban yang paling setia melawan Salafi. As-Suri selalu menunjukkan pragmatisme dan kerancuan hukum terhadap ketidaktaatan terhadap kode etik Salafi yang ketat.
Baca juga: Kisah Usamah Bin Laden dan Ringkasan "Letter From Abbottabad"
Kritik Terhadap Kekerasan di Aljazair
Salah satu aspek paling menarik dari pemikiran As-Suri adalah kritiknya terhadap kekerasan berlebihan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok jihad di Aljazair selama perang saudara tahun 1990-an. Meskipun awalnya mendukung perjuangan bersenjata melawan pemerintah Aljazair, As-Suri menjadi semakin kritis terhadap taktik yang digunakan oleh kelompok-kelompok seperti Groupe Islamique Armé (GIA) atau al-Jamāʿa al-ʾIslāmiyya al-Musallaḥa
Dalam tulisannya, As-Suri mengecam pembunuhan warga sipil dan taktik teror yang digunakan GIA. Ia berpendapat bahwa tindakan semacam itu tidak hanya tidak Islami, tetapi juga kontraproduktif secara strategis. Menurut As-Suri, kekerasan berlebihan terhadap penduduk sipil hanya akan mengasingkan masyarakat dan merusak legitimasi perjuangan jihad.
As-Suri menulis: "Apa yang terjadi di Aljazair adalah bencana bagi jihad global. Pembunuhan warga sipil yang tidak berdosa dan penerapan takfir [menuduh Muslim lain sebagai kafir] secara sembarangan telah mencoreng citra jihad dan membuat banyak Muslim berpaling dari perjuangan kita."
Peninjauan Ulang Pemikiran
Dalam tahun-tahun terakhir, terutama setelah penahanannya pada tahun 2005, ada indikasi bahwa pemikiran As-Suri telah mengalami evolusi lebih lanjut. Meskipun sulit untuk memverifikasi pernyataan-pernyataan yang dikaitkan dengannya karena statusnya sebagai tahanan, beberapa sumber melaporkan bahwa ia telah mengambil sikap yang lebih kritis terhadap penggunaan kekerasan secara umum.
Dalam sebuah pernyataan yang diduga berasal darinya, As-Suri dikutip mengatakan: "Setelah bertahun-tahun refleksi, saya semakin yakin bahwa jalan kekerasan telah membawa lebih banyak kerusakan daripada manfaat bagi umat Islam. Kita perlu meninjau kembali metode kita dan mencari cara-cara damai untuk mencapai tujuan kita."
Analisis akademis tentang beberapa faktor evolusi pemikiran As-Suri yang mungkin berkontribusi pada pergeseran ini adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman Historis
Kegagalan berbagai gerakan jihad dalm rangka mencapai tujuan politik mereka , telah menyebabkan peninjauan kembali strategi yang telah diaplikasikan selama ini.
2. Dampak Global
Konsekuensi negatif dari aksi teror terhadap masyarakat Muslim global mungkin telah mendorong pemikiran ulang dan titik balik tentang efektivitas taktik kekerasan.
3. Refleksi Teologis
Studi yang lebih mendalam tentang teks-teks Islam mungkin telah menyebabkan interpretasi ulang tentang konsep jihad dan penggunaan kekerasan.
4. Konteks Penahanan
Pengalaman penahanan dan isolasi mungkin telah memberikan waktu untuk refleksi mendalam dan berinstropeksi diri.
(Bersambung)
[Ilustrasi Foto: Telegraph,2012]
Komentar