Gagasan Konstruktif Para Mantan Anggota JI Lampung dan Kendalanya (2)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Melanjutkan bahasan mengenai gagasan-gagasan konstruktif dari teman-teman mantan anggota JI Lampung, berikut adalah pembahasan poin selanjutnya.

2. Melanjutkan kerja-kerja di bidang dakwah dan sosial di masyarakat dengan identitas baru.

JI dikenal memiliki infrastruktur dan SDM yang kuat dalam bidang dakwah dan sosial. Hal inilah yang diinginkan oleh teman-teman mantan anggota JI untuk terus dilanjutkan dan bahkan ingin ditingkatkan lagi di masa mendatang setelah melakukan islah.

Menurut mereka –dan kami juga sepakat- inilah yang justru menjadi kekuatan para mantan anggota JI dalam melakukan pembuktian kepada masyarakat dan negara. Selama ini gerakan dakwah JI sebenarnya justru terbukti membantu pemerintah di bidang pembangunan generasi berkarakter. Baik melalui lembaga pendidikan formal dan non formal yang dikelola oleh para anggota JI, maupun melalui dakwah di tengah masyarakat.

Belum lagi kiprah lembaga sosial JI. Keberadaan lembaga sosial itu merupakan upaya JI untuk menyelesaikan persoalan umat di bidang sosial dan ekonomi. JI ingin hadir sebagai solusi. Di era kepemimpinan Para Wijayanto, kerja-kerja menghadirkan solusi bagi permasalahan umat ini lebih dominan dan lebih diintensifkan.

Namun, untuk dapat melakukannya setelah islah, ada beberapa kendala yang dihadapi. Terutama adalah bagaimana memulihkan kepercayaan masyarakat setelah terbongkar akan adanya keterkaitan antara lembaga pendidikan dan lembaga sosial dengan rencana jangka panjang JI. Di samping itu ada persoalan bagaimana melibatkan stakeholder pemerintah dalam gerakan mereka itu nantinya.

Dalam rangkaian kegiatan pendampingan pada bulan Februari yang lalu, tercetus sebuah solusi dari kendala di atas; teman-teman mantan JI itu memerlukan wadah baru yang direstui oleh pemerintah. Dalam hal ini kami memandang bergabung dengan salah satu ormas Islam baik NU ataupun Muhammadiyah menjadi pilihan yang paling realistis. Kedua ormas tersebut memiliki infrastruktur yang lebih cari cukup untuk membina dan menaungi langkah teman-teman yang sudah islah itu. Setelah teman-teman mantan JI mulai nyaman dengan kerja-kerja bersama ormas Islam, pemerintah bisa mulai memberikan dukungan yang dibutuhkan seiring berjalannya proses.

3. Reformasi di bidang pendidikan

Di bidang pendidikan JI juga dikenal memiki puluhan jaringan pesantren yang tersebar di Sumatra, Jawa, Maluku, Madura, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). Pesantren-pesantren itu meskipun banyak yang telah mengadopsi pendidikan formal separti MTs, MA, SMA, SMK, dan lain-lain, namun tetap memiliki ciri khas dalam pelajaran kepondokannya. Ciri khas itu ada pada kitab rujukan dan kurikulum dalam pelajaran kepondokan.

Kita tidak akan bahas soal kitab atau kurikulum yang menjadi ciri khas lembaga pendidikan JI, karena itu akan membutuhkan kajian yang lumayan panjang. Kapan-kapan bila kami telah menemukan cara meringkas temuan-temuan di bidang pendidikan itu dan menemukan cara penyajiian yang ringkas pula, kami akan dengan senang hati menyajikannya untuk pembaca.

Hal yang ingin dibahas adalah soal bagaimana upaya reformasi di bidang pendidikan ini. Reformasi bidang pendidikan menjadi sangat penting karena selama ini stigma yang melekat adalah lembaga pendidikan JI dianggap menjadi salah satu sarana perekrutan anggota dan simpatisan JI.

Dengan kata lain, lembaga-lembaga pendidikan JI dianggap sebagai sarana menyebarkan pemikiran-pemikiran JI. Menghilangkan stigma ini tentu bukan perkara mudah.

Di wilayah Pesawaran dan Pringsewu upaya reformasi di bidang pendidikan ini telah mulai dilakukan. Dalam prosesnya ditemukan ada banyak kendala di internal maupun eksternal.

Di internal misalnya, ketika semua telah merasa di zona nyaman bertahun-tahun, lalu dituntut harus melakukan perubahan yang sebenarnya tidak banyak, terjadi penolakan oleh sebagian kalangan di bidang pendidikan. Menyamakan persepsi di antara mereka ini sudah merupakan sebuah pekerjaan berat tersendiri.

Sedangkan di sisi eksternal, kendala yang masih dirasakan adalah kurang intensifnya pembinaan dari lembaga terkait. Sudah mulai dilakukan dan teman-teman mantan JI sangat mengapresiasinya, namun masih perlu ditingkatkan intensitasnya.

(bersambung)


 

baca juga: Gagasan Konstruktif dari Para Mantan Anggota JI Lampung dan Kendalanya (1)

Komentar

Tulis Komentar