Garin Nugroho: Radikalisme Muncul dalam Bentuk Informasi dan Narasi

News

by Akhmad Kusairi

Sutradara Film Garin Nugroho mengatakan radikalisme tidak hanya tumbuh dalam bentuk gerakan-gerakan fisik melainkan dalam bentuk akses informasi dan narasi yang beredar. Karena itu menurutnya diperlukan film guna melakukan kontra narasi yang dilancarkan oleh kelompok radikal dan terorisme. Garin juga mengajak semua pihak agar meramaikan narasi terutama film untuk melawan narasi kelompok radikal.

“Film Mata Tertutup ini merupakan film pertama dengan tema radikalisme di Indonesia yang sangat terus terang. Karena Film Mata Tertutup terus terang menyebut salah satu kelompok yaitu Negara Islam Indonesia (NII),” kata Garin dalam acara diskusi Tribut to Syafi’i Maarif yang digelar Madani Internasional Film Festival di Taman Ismail Marzuki Jakarta Pusat pada Kamis (13/10/2022).

Lebih lanjut, Garin menyebutkan jika Film Mata Tertutup berasal dari riset yang dilakukan di sejumlah sekolah oleh Maarif Institute. Hasil riset itu, menurut Garin sangat mencengangkan. Di antaranya riset itu mampu menggambarkan ironi bahwa anak-anak sekolah bersedia melakukan bom bunuh diri.

“Film ini tentunya berbasis data. Selain data penelitian dari Maarif Institute. Kami bahkan menghadirkan ahli dari mantan orang NII. Saya kira tanggapan para penonton terutama orang tua sangat kaget soal fenomena radikalisme,” kata Garin

Sementara itu Peneliti Studi Keislaman Fajar Ziaul Haq  menjelaskan awal mula pihaknya terlibat Film Mata Tertutup. Menurut Fajar saat Maarif selesai penelitian pihaknya berdiskusi bagaimana menyampaikan hasil penelitian ini ke tengah masyarakat. Keputusannya hasil penelitian ini tidak cukup berakhir dalam bentuk buku atau policy paper saja.

“Karena itu kita putuskan untuk membuat film. Saat keputusan itu dibuat kita langsung mengingat nama Garin Nugroho. Alasan kenapa NII yang muncul dalam film ini adalah karena kita sebut NII ini salah satu kelompok yang memiliki ideologi paling keras. Sehingga menarik bila menjadi representasi kelompok radikal dalam film ini," kata Produser Film Mata Tertutup itu.

Lebih lanjut, Fajar menjelaskan banyak faktor orang menjadi radikal. Di antaranya adalah faktor ideologi dan ekonomi. Selain itu, orang radikal itu sangat suka dengan hal yang bersifat "hitam putih" atau benar dan salah.

“Makanya pemikiran atau pendapat orang moderat tidak masuk dalam pandangan mereka. Karena tidak to the point. Itu benar atau itu salah. Mereka juga sangat menginginkan dengan kematian. Sementara itu Islam itu Agama kehidupan, agama peradaban,” imbuhnya.

Fajar juga mengajak kepada Ormas Islam agar dalam dakwah dan ajarannya menekankan pentingnya kehidupan dibanding dengan kematian. Selain itu dia mengajak kepada semua Ormas agar rajin dan aktif dalam melakukan kontra narasi terhadap narasi radikalisme di manapun.

“Buya Syafi’I Maarif yang meninggal pada bulan Mei lalu berulang kali bersuara keras soal penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok radikal. Hingga akhir hayatnya Buya menyampaikan Islam tidak bertentangan dengan Islam. Bahkan menurutnya Islam dan Pancasila harus jalan beriringan bahkan satu napas. Ini proses hijrahnya dari yang pro khilafah. Secara personal Buya adalah seorang fundamentalis dalam ketaatan kepada Tuhan. Tapi dalam konteks muamalah, Buya sangat terbuka,” pungkas Mantan Direktur Maarif Institute itu. (*)

Komentar

Tulis Komentar