Risalah Ayman Az-Zawahiri (2): Negara Islam yang Kami Serukan Adalah...

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Ayman Az-Zawahiri sempat menuliskan penjelasan konsep "Negara Islam" yang ia maksudkan, dalam risalah berjudul "Matahari Kemenangan Bersinar dari Nusantara". 

Berikut ini isi Risalah tersebut - lanjutan dari artikel yang kami terbitkan sebelumnya:

Medan perang kalian juga medan perang dengan “bayan” (penjelasan) untuk membangunkan jiwa persatuan di tengah-tengah kaum muslimin. Dan untuk menjelaskan bahwa kita semua dari Samudera Atlantik hingga Turkistan Timur merupakan umat yang satu, disatukan oleh satu agama dan akidah. Tidak ada perbedaan antara si hitam dan si merah, juga tidak ada perbedaan antara Arab dan non-Arab kecuali dengan ketakwaan.

Saya menyeru para dai yang jujur di antara kalian untuk menjelaskan kepada umat langkah-langkah yang penuh berkah yang telah ditempuh oleh para mujahidin dengan komando dari Syaikh Usamah bin Ladin untuk menyatukan barisan dan mengumpulkan mereka melawan musuh. Syaikh Usamah bin Ladin telah berusaha menghasung umat untuk satu tujuan yaitu berjihad melawan Yahudi, Salibis dan berhala Hubal masa kini, yaitu Amerika.

Syaikh juga berusaha menyatukan jamaah-jamaah jihad dengan mendirikan “Global Islamic Front” (Jabhah Islamiyah Alamiyah) untuk berjihad melawan Yahudi dan Salibis. Beliau juga membaiat Imarah Islamiyah di Afganistan dan menyeru kaum muslimin untuk membaiat Imarah Taliban di bawah satu panji. Sambutlah seruan yang penuh berkah ini dan lanjutkan jalannya.

Kepada para dai yang jujur, hendaklah kalian menjelaskan kepada umat Islam di Asia Timur tentang hakikat negara Islam yang kami serukan.




Negara Islam yang kami serukan adalah negara yang berdasarkan ridha, musyawarah dan keadilan, bukan negara yang berlandaskan perampokan, pemaksaan, peledakan dan kekerasan.

Negara yang kami serukan (untuk didirikan) adalah negara yang berdiri berlandaskan ketundukan untuk berhukum kepada syariat, bukan negara yang dilandaskan atas keengganan dari hukum syariat.

Negara yang berdiri di atas kesetiaan terhadap janji dan bukan negara yang berdiri di atas pelanggaran janji.

Negara yang menjaga kehormatan kaum muslimin dan mujahidin, dan bukan negara yang berdiri di atas vonis kafir terhadap mujahidin, celaan kepada mereka dan tuduhan bahwa mereka (para mujahidin) adalah antek intelijen. Bukan pula negara yang dibangun atas dasar penghalalan darah kaum muslimin.

Negara yang mengambil petunjuk dari Al-Quran yang Allah turunkan di ayat, “Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.” (Asy-Syura: 38). Bukan memutuskan perkara dengan kebid’ahan Al-Baghdadi yang mengatakan bahwa “Urusan kalian (diputuskan) dengan musyawarah di antara kami”.

Negara yang kami serukan adalah negara yang menjadikan Sunnah Rasulullah sebagai petunjuk. Rasulullah pernah bersabda, “Orang yang pertama kali mengganti sunnahku adalah seseorang dari bani Umayyah”. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Albani dan beliau berkata, “sepertinya yang dimaksudkan oleh hadits di atas adalah perubahan sistem khilafah menjadi sesuatu yang diwariskan (kepada keturunan).

Rasulullah bersabda, “Saya wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa dan tetap mendengar dan taat walaupun terhadap seorang hamba Habasyah. Sesungguhnya siapa di antara kalian yang hidup sesudahku akan melihat perbedaan yang sangat banyak. Peganglah oleh kalian sunnahku dan Sunnah khulafaur rasyidin yang diberi petunjuk. Berpeganglah teguh kepadanya dan gigitlah hal tersebut dengan gigi geraham”.

Negara yang kami serukan adalah negara yang menjadikan Sunnah khulafaur Rasyisdin sebagai petunjuk. Umar bin Khaththab r.a berkata,“Sesungguhnya tidak ada khilafah kecuali didasari atas permusyawarahan”. (Hadits ini sanadnya shahih dan menyambung dengan para perawi yang tsiqah)

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abdurrahman bin Auf r.a berkata kepada Ali bin Abi Thalib r.a,

Amma ba’du, wahai Ali, saya telah melihat perkara manusia (rakyat Madinah). Saya tidak mendapati di antara mereka yang tidak setuju dengan Utsman, maka janganlah kamu mencari-cari jalan bagi dirimu (untuk menjadi khalifah)”. Kemudian Ali berkata, “Saya membaiatmu di atas sunnah yang Allah dan rasulnya tetapkan dan sunnah yang ditetapkan oleh dua khalifah setelah rasul”. Kemudian Abdurrahman membaiat Utsman dan diikuti oleh umat saat itu, baik dari kalangan muhajirin, Anshar, para komandan pasukan dan kaum muslimin.


ISI RISALAH SEBELUMNYA: Membedah Isi Risalah Ayman Az-Zawahiri Kepada Pendukung Al Qaedah di Indonesia (1)

Seperti itulah negara khilafah ala minhajin nubuwwah, yang tidak mengikuti cara-cara Hajjaj bin Yusuf dan Abu Muslim Al-Khurasani (untuk mendapatkan kekuasaan). Negara (yang kami serukan) tidak mengikuti kesesatan juru bicara Al-Baghdadi yang dengan bangganya mengatakan bahwa negara yang mereka dirikan (Negaranya Al-Baghdadi) didapat dengan kemenangan, perampasan melalui peledakan, pengeboman dan kekerasan. (Bersambung)

Komentar

Tulis Komentar