Melawan Rasa Malas Menulis

Analisa

by nurdhania

Hampir satu bulan tidak menghasilkan sebuah tulisan, dan ketika mencoba untuk memulainya kembali ternyata sangat sulit.

Jihad melawan hawa nafsu bukanlah hal yang mudah. Butuh Perjuangan ekstra, tekad yang besar serta niat yang lurus untuk melawan malas dan perasaan bosan.

Mencoba untuk menarik mundur ke belakang, apa yang menyebabkan tulisan tak kunjung jadi. Perasaan bosan, tentu jadi salah satunya.

Ada pikiran "Ah begini-begini mulu, pembahasannya tentang itu-itu saja".

Padahal, hal ini semestinya bisa diselesaikan dengan cepat, jika kita mau berkonsultasi dengan para mentor, agar bisa segera mendapatkan bimbingan atau arahan.

Tidak jarang mendapatkan usulan untuk tuliskan apa saja yang kamu bisa, kamu mau, apa yang sedang dipikirkan, apa yang dilihat. Entah itu cicak lagi berantem di atap dan mungkin peristiwa lainnya. Mungkin bisa bukan soal cicaknya yang lagi berantem, tapi mungkin dari melihat peristiwa itu bisa jadi inspirasi tersendiri.

Ini memang merupakan salah satu tips jitu untuk siapapun yang ingin menulis. Apalagi, bagi yang sempat lama libur dan memaksa diri untuk menulis.

Sereceh apapun atau seaneh apapun, tetap saja ditulis. Karena fungsinya untuk memunculkan kembali kemauan atau niat menulis dan merangsang otak kita sehingga memunculkan ide atau gagasan yang baru.

Cara seperti terkadang menghasilkan tulisan yang baik, yang sebelumnya tidak kita rencanakan atau pikirkan sebelumnya.

Namun, sayang sekali. Ternyata pikiran yang berlebihan terhadap sesuatu atau overthinking lebih besar menjangkiti diri. Tak dapat dipungkiri, dengan adanya “suruhan” untuk menuliskan apa saja, bakal jadi banyak mikir khususnya untuk ke depannya.

Apa yang kita tulis akan menjadi jejak digital. Jika jika hanya asal menulis, apa kata dunia? Bagaimana kalau ternyata informasi yang kita tuliskan itu tidak valid, sumber kurang jelas, merugikan pihak lain. Walaupun tentunya prediksi-prediksi ini bisa diantisipasi dengan, misalnya: membaca lebih dari satu referensi, kroscek informasi ataupun berusaha menulis dengan tidak menyudutkan pihak tertentu.

Mata lelah karena sebelumnya harus bekerja di depan layar komputer selama 8 jam, juga jadi salah satu faktor tulisan tak kunjung jadi. Mata yang lelah terkadang sulit untuk dapat membaca beberapa literatur atau sumber di layar komputer/handphone.

Sebenarnya, di sisi lain juga sedih karena kelamaan tidak menulis. Padahal manfaat dari menulis itu, buanyaaak banget.  Salah satunya, seperti yang pernah saya tulis dalama artikel ini: Love and Monsters dan Series Attack on Titan, Mengingatkan Saya Pentingnya Catatan Perjalanan

Generasi-generasi selanjutnya pun tetap bisa membaca karya atau tulisan kita meskipun kita sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Saya jadi teringat kembali, pada tahun 2018 silam, saya pernah membaca caption sebuah akun Instagram. Saya benar-benar minta maaf karena saya lupa, nama akunnya. Intinya tentang rasa syukur si pemilik akun, tetap bisa membaca buku-buku dan mendapatkan banyak ilmu, dari karya sang penulis meskipun sang penulis sudah tak ada.

Selain itu, dengan menulis kita bisa bebas berekspresi. Kita bisa menuliskan suatu hal dengan cara yang unik-unik.  Bisa menceritakan kisah nyata yang kita alami dan dibungkus dalam bentuk fiksi.

Jadi, hal yang perlu diperbaiki tuh apa sih?

Baik, pesan dari saya untuk saya sendiri. Kurangi overthinking itu, mengatur waktu dengan baik dan beranikan diri untuk berkonsultasi dengan para mentor, kemudian sampaikan apa yang sedang dipikirkan dan hal apa yang menghalangi.

Komentar

Tulis Komentar